Bismillahirrohmanirrohim,
Judul Buku : Al-Hayawan (Binatang)
Hikayah Jilid 3
Penulis : Saif Ibnu Rusly
DAFTAR ISI:
1. Keledai
Masuk Sumur
2. Pedagang
Topi dan Gerombolan Monyet
3. Kuda Salah
Didikan
4. Siput dan
Kodok
5. Lilitan Ular
6. Rantai Gajah
7. Bulu Ayam
8. Burung
Pindah Hutan
9. Tikus
Penakut
10. Kodok yang
Tuli
11. Raja Singa
dan Kelinci Cerdik
12. Anjing Rakus
13. Seandainya
Aku adalah Elang
14. Rumah 1000
Cermin
15. Perangkap
Tikus
16. Penderitaan
Anak Kerang
17. Kisah Seekor
Burung
18. Belajar dari
Perjuangan Burung Elang
19. Disini Jual
Ikan Segar
20. Anak Kecil, Kakek
dan Kura-Kura
21. Filosofi
Burung Angsa
22. Petani dan
Burung Bangau
23. Ayam Jago
24. Tikus dan
Banteng
25. Anak
Penggembala dan Serigala
26. Serigala
Berbulu Domba
27. Angsa dan
Telur Emas
28. Dua
Pengembara dan Seekor Beruang
29. Kisah Dua
Ekor Kambing
30. Anak Kambing
dan Serigala
31. Burung Elang
dan Burung Gagak
32. Keledai dan
Garam Muatannya
33. Keledai dan
Pemiliknya
34. Burung Gagak
dan Sebuah Kendi
35. Keledai
Memakai Kulit Singa
36. Kepiting
Mudan dan Ibunya
37. Kerbau dan
Kambing
38. Kodok dan
Seekor Kerbau
39. Anjing, Ayam
Jantan dan Rubah
40. Semut dan
Belalang
41. Singa dan
Tikus
42. Kura-Kura dan
Sepasang Itik
43. Orang Buta
Mencari Gajah
44. Memberi
Lonceng pada Seekor Kucing
1. Keledai
Masuk Sumur
Suatu hari keledai seorang petani jatuh ke dalam sumur. Binatang
itu menangis pilu berjam-jam, sementara si petani mencoba memikirkan apa yang
harus dia lakukan. Akhirnya dia memutuskan bahwa binatang itu sudah tua, dan
sumurnya pun perlu ditutup, sehingga tidak perlu untuk mengangkat keledai itu
keluar. Ia mengajak tetangganya untuk datang menolongnya. Mereka mengambil
sekop dan mulai menimbun sumur dengan tanah. Awalnya ketika si keledai
menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis sejadi-jadinya. Kemudian, semua
takjub ketika ia berhenti menangis. Setelah memasukkan beberapa sekop tanah, si
petani akhirnya melihat ke bawah sumur. Ia terkejut akan apa yang dilihatnya. Si
keledai melakukan sesuatu yang luar biasa. Ia mengibaskan badannya dan
menginjak tanah yang dilempar sehingga badannya semakin ke atas. Hal itu terus
dilakukan oleh keledai sehingga akhirnya dia tiba di permukaan sumur, dan
dengan gembira, dia melangkah keluar.
TARBIYYAH: Lemparan tanah itu seperti kritikan yang
dilemparkan kepada kita. Kita bisa menjadikannya sebagai motivasi pijakan untuk
memperbaiki diri sehingga kita menjadi semakin bijaksana.
2. Pedagang
Topi dan Gerombolan Monyet
Seorang penjual topi berjalan melintasi hutan. Karena cuaca
panas, ia memutuskan beristirahat di bawah pohon besar. Sebelum merebahkan diri,
ia meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya. Beberapa jam
ia terlelap dan terbangun oleh suara ribut. Hal pertama yang disadarinya adalah
bahwa semua topi dagangannya telah hilang. Kemudian ia mendengar suara monyet-monyet
di atas pohon. Ia mendongak ke atas dan betapa terkejutnya ia melihat pohon itu
penuh dengan monyet memakai topi-topinya. Penjual topi itu berpikir keras
bagaimana caranya ia bisa mendapatkan kembali topi-topi yang sedang dibuat dipakai
oleh monyet-monyet itu. Ia berpikir dan berpikir, dan mulai menggaruk-garuk
kepalanya. Ternyata monyet-monyet itu menirukan tingkah lakunya. Kemudian, ia
melepas topi dari kepalanya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya. Ternyata monyet-monyet
itu pun melakukan hal yang sama. Aha..! Ia pun mendapat ide. Dia buang topinya
ke tanah, dan serentak monyet-monyet itu juga membuang topi-topi mereka ke
tanah. Segera saja si penjual itu mengumpulkan dan mendapatkan kembali semua
topi-topinya. Ia pun melanjutkan perjalanannya. Lima puluh tahun kemudian, cucu dari si
penjual topi itu juga menjadi seorang penjual topi dan telah mendengar cerita
tentang monyet-monyet itu dari kakeknya. Suatu hari, persis seperti kakeknya, ia
melintasi hutan yang sama. Ia beristirahat di bawah pohon yang sama dan
meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya. Ketika terbangun
ia pun menyadari kalau monyet-monyet di pohon tersebut telah mengambil semua
topi-topinya. Ia pun teringat akan cerita kakeknya. Dia mulai menggaruk-garuk
kepala, dan monyet-monyet itu menirukannya. Ia melepas topinya dan mengipas-ngipaskan
ke wajahnya, monyet-monyet itu masih menirukannya. Nah, sekarang ia merasa
yakin akan ide kakeknya. Kemudian ia melempar topinya ke tanah. Tapi kali ini
monyet-monyet itu tidak menirukannya dan tetap memegangi topi-topi itu erat-erat.
Kemudian, seekor monyet turun dari pohon, mengambil topi yang dilemparkan oleh
cucu penjual topi itu, lalu menepuk bahunya sambil berkata…”Wooyyy, kamu pikir,
kamu saja yang punya kakek?”
Renungan: Apa yang dilakukan oleh pendahulu kita, mungkin
memang berhasil pada masanya. Tetapi di masa sekarang, untuk menghadapi
persoalan yang sama, mungkin diperlukan modifikasi dari hal yang telah
dilakukan sebelumnya.
3. Kuda Salah
Didikan
“Bismillah” biasanya diucapkan ketika kita akan memulai satu
pekerjaan. “Alhamdulillah” diucapkan ketika kita mengakhiri satu pekerjaan. Namun…
Ada seorang
lelaki yang keliru mengajari dua kalimat mulia itu. Berikut kisahnya…
Di sebuah pegunungan, hidup seorang lelaki yang punya kuda
pintar. Lelaki itu berhasil membuat dua kata perintah yang dimengerti oleh kuda
itu. “Alhamdulillah” dan “Bismillah”. Jika lelaki itu menunggang kudanya dan
berteriak “Alhamdulillah…” maka kuda itupun melompat dan berlari. Semakin cepat
lelaki itu berteriak, maka semakin cepat kuda pintar itu berlari. Jika lelaki
itu ingin berhenti, dia berteriak “Bismillah…” maka kuda pintar itu pun
berhenti. Hingga suatu hari, lelaki itu menguji kecepatan kudanya. Dia menaiki
kudanya, memegang tali kendalinya dan berteriak “Alhamdulillah… Alhamdulillah…”
maka melompatlah kuda itu dan berlari mengikuti teriakan lelaki itu. Lelaki itu
membawa kudanya berlarian di tepi-tepi gunung. Sesekali lelaki itu berteriak
dengan sangat nyaring “ALHAMDULILLAH…” maka melompatlah kuda itu dengan
lompatan yang lebih tinggi dan jauh. Lelaki itu terus-menerus berteriak
“Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah…” kuda itupun terus berlari tanpa
henti. Tiba-tiba… Lelaki itu melihat, ternyata kudanya sedang berlari lurus ke
arah jurang yang sangat dalam. Dengan cepat lelaki itu berteriak “BISMILLAH…
BISMILLAH… BISMILLAH…!!!” mendengar hal itu maka berhentilah kuda itu tepat
satu langkah di tepi jurang, lelaki dan kudannya pun selamat. Karena begitu
senangnya, lelaki itu tidak sengaja berteriak gembira “…ALHAMDULILLAH…”
mendengar ucapan itu, kuda itupun melompat ke jurang. Mereka berdua pun mati.
4. Siput dan
Kodok
Ada
seekor siput selalu memandang sinis terhadap katak. Suatu hari, katak yang
kehilangan kesabaran akhirnya berkata kepada siput: “Tuan siput, apakah saya
telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya?” Siput menjawab:
“Kalian kaum katak mempunyai empat kaki dan bisa melompat ke sana ke mari, Tapi saya mesti membawa
cangkang yang berat ini, merangkak di tanah, jadi saya merasa sangat sedih.”
Katak menjawab: “Setiap makhluk punya penderitaan masing-masing, hanya saja
kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami (katak).”
Dan seketika, ada seekor elang besar yang terbang ke arah mereka, siput dengan
cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak dimangsa oleh elang.
TARBIYYAH: Nikmati kehidupanmu, tidak perlu membandingkannya
dengan orang lain. Iri hati akan membawa lebih banyak penderitaan.
5. Lilitan Ular
Seorang pemain sirkus memasuki hutan untuk mencari anak ular
yang akan dilatih bermain sirkus. Beberapa hari kemudian, ia menemukan beberapa
anak ular dan mulai melatihnya. Mula-mula anak ular itu dibelitkan pada kakinya.
Setelah ular itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan yang lebih
berbahaya, di antaranya membelit tubuh pelatihnya. Sesudah berhasil melatih
ular itu dengan baik, pemain sirkus itu mulai mengadakan pertunjukkan untuk
umum. Hari demi hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang diterimanya
semakin besar. Suatu hari, permainan segera dimulai. Atraksi demi atraksi silih
berganti. Semua penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan menyambut setiap
pertunjukkan. Akhirnya, tibalah acara yang mendebarkan, yaitu permainan ular. Pemain
sirkus memerintahkan ular itu untuk membelit tubuhnya. Seperti biasa, ular itu
melakukan apa yang diperintahkan. Ia mulai melilitkan tubuhnya sedikit demi
sedikit pada tubuh tuannya. Makin lama makin keras lilitannya. Pemain sirkus
kesakitan. Oleh karena itu ia lalu memerintahkan agar ular itu melepaskan
lilitannya, tetapi ia tidak taat. Sebaliknya ia semakin liar dan lilitannya
semakin kuat. Para penonton menjadi panik, ketika
jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain sirkus itu, dan akhirnya ia
terkulai mati.
TARBIYYAH: Terkadang dosa terlihat tidak membahayakan. Kita
merasa tidak terganggu dan dapat mengendalikannya. Bahkan kita merasa bahwa
kita sudah terlatih untuk mengatasinya. Tetapi pada kenyataanya, apabila dosa
itu telah mulai melilit hidup kita, sukar dapat melepaskan diri lagi
daripadanya.”
6. Rantai Gajah
Suatu ketika ada sang pawang gajah bercerita tentang bagaimana
ia bisa membuat gajah bisa tunduk patuh dan tidak takut sang gajah akan
melarikan diri. Padahal tali yang dipakaikan ke gajah hanyalah seutas tali ijuk.
Ia mengkisahkan bahwa sejak kecil gajah-gajah diikat kakinya dengan rantai baja
yang sangat kuat. Rantai itu pun dikaitkan pada sebuag tonggak baja yang besar
dan kuat tertanam. Oleh karenanya, sang gajah kecil hanya bisa berjalan
sepanjang rantai terbentang. Jikapun ia ingin melarikan diri, rantainya akan
menahannya. Sekuat apapun gajah kecil itu mencoba, tentu akan sangat sia-sia
usahanya lepas dari cengkraman rantai baja yang memang sangat kuat. Atau
mungkin karena kekuatan sang gajah kecil yang masih lemah untuk lepas dari
rantai itu. Usaha sang gajah kecil pun sepertinya selalu sia-sia. Hal ini berlangsung
sampai sang gajah beranjak dewasa. Apa yang terjadi? Ternyata gajah tersebut
menyerah dengan keadaan. Di benaknya apa yang berada di pergelangan kakinya itu
adalah rantai baja yang sama, yang kekuatannya jauh lebih besar darinya. Ia pun
pasrah dengan apa yang harus ia kerjakan. Di benaknya pula apa yang dilakukan
adalah semata-mata perintah dari sang pawang yang mengikatnya, tanpa berpikir
panjang bahwa ia bisa lolos dan menjadi seperti yang ia inginkan. Dengan
demikian, sang pawang tidak pernah khawatir lagi akan gajahnya. Baginya
mengikat gajah dengan rantai tak jauh beda dengan tali ijuk. Setiap hari, sang
gajah hanya pasrah untuk dibawa ke ladang atau hutan untuk bekerja.
TARBIYYAH: Sesuatu yang pernah gagal di masa lalu, seharusnya
tidak menjadikan kita menyerah. Bisa saja, saat ini kita telah memiliki
kekuatan yang lebih baik dari masa yang lalu.
7. Bulu Ayam
Seorang teman menyebarkan berita buruk tentang temannya, kemudian
berita tersebar dan dia pun menyesal. Dia datang menemui orang bijak untuk
minta nasehat. “Agar hatimu bisa tenang,” kata orang bijak itu, “kamu harus
mengisi sebuah tas dengan bulu ayam, kemudian mendatangi setiap rumah di desa, dan
meletakkan sehelai bulu ayam di depan pintu.” Orang itu melakukannya dan
kembali sambil mengumumkan bahwa dia sudah melakukan tugas itu. “Belum selesai!”
kata orang bijak. “Ambil tasmu dan kumpulkan kembali semua helai bulu yang tadi
kau letakkan di ambang pintu. Jangan ada yang hilang…” Tanpa banyak bicara, orang
itupun kembali ke rumah-rumah untuk mengambil bulu-bulu ayam yang telah dia
letakkan di depan pintu. Ternyata, bulu-bulu ayam itu telah banyak yang hilang
terbawa angin. Dia pun kembali dengan wajah sedih dan berkata: “Maaf, bulu-bulu
ayam itu sudah hilang tertiup angin.” Orang bijak menjawab. “Seperti itu pula
yang terjadi dengan gosip. Ucapan dapat dengan mudah menyebar. Sekeras apapun
usahamu, kamu tak kan
pernah bisa menghapus kembali gosip itu.”
TARBIYYAH:
Ghibah adalah membicarakan keburukan manusia lain meskipun
hal itu benar-benar terjadi. Setiap orang punya keburukan, maka bantulah mereka
menutupi keburukan itu. Tutupilah dengan nasehat dan kasih sayang. Keburukan
bukan keindahan, maka tidak pantas ia dipublikasikan.
8. Burung
Pindah Hutan
Seekor burung kecil sedang sibuk untuk persiapan pindah
rumahnya, dan bertemu dengan tetangganya. Tetangganya bertanya: “Kamu mau ke
mana?” Burung kecil menjawab: “Saya mau pindah ke hutan yang berada di sebelah
timur.” Tetangga bertanya lagi: “Di sini kamu hidupnya lumayan baik, mengapa
mau pindah?” Burung kecil pun menjawab, “Tidakkah kamu mengetahuinya? Semua
orang di sini tidak suka suara saya. Mereka mengatakan bahwa suara saya sangat
jelek, jadi saya harus pindah rumah.” Tetangganya pun berkata: “Sebenarnya kamu
tidak perlu pindah. Kamu hanya perlu mengubah suara nyanyianmu. Jika kamu tidak
bisa memperbaiki suara saat bernyanyi, walaupun kamu pindah ke hutan yang
berada di sebelah timur, mereka yang di sana
juga tetap tidak akan suka padamu.”
TARBIYYAH:
Jangan selalu menyalahkan orang-orang sekeliling kita. Introspeksi,
bermuhasabahlah... Jika kita tidak memperbaiki diri, ke mana pun kita pergi, pasti
akan menemukan masalah yang sama, dan akhirnya kita akan kelelahan dan tidak
tahu harus pergi ke mana lagi. Tidak ada masalah, jika diri kita sendiri tidak
bermasalah. Semangat...!!! Jika kita sering menghadapi masalah, segera
introspeksi diri. Mungkin kita adalah sumber dari masalah itu.
9. Tikus
Penakut
Seekor tikus merasa hidupnya sangat tertekan karena takut
pada kucing. Ia lalu menemui seorang yang sakti untuk meminta tolong. Orang
yang sakti memenuhi keinginannya dan mengubah si tikus menjadi seekor kucing. Namun
setelah menjadi kucing, kini ia begitu ketakutan pada anjing. Kembali ia
menemui orang sakti yang kemudian mengubahnya menjadi seekor anjing. Tak lama
setelah menjadi anjing, sekarang ia merasa ketakutan pada singa. Sekali lagi
orang sakti memenuhi keinginannya dan mengubahnya menjadi seekor singa. Apa
yang terjadi? Kini ia sangat ketakutan pada pemburu. Ia mendatangi lagi orang
sakti meminta agar diubah menjadi pemburu. Kali ini orang sakti menolak
keinginan itu sambil berkata: "Selama kau masih berhati tikus, tak peduli
bagaimana pun bentukmu, kau tetaplah seekor tikus yang pengecut..."
TARBIYYAH: Hati kita menentukan sikap dan kepribadian kita.
10. Kodok yang
Tuli
Diceritakan ada tiga ekor katak yang terjerembab masuk ke
dalam lubang yang sangat dalam. Para katak
yang lain sudah berupaya menolong mereka, namun gagal. Kini tinggallah ketiga
katak itu menemui nasibnya. Awalnya, ketiga katak yang sudah tak lagi berharap
pertolongan teman-temannya itu berusaha melompat sekuat tenaga. Namun, upaya
ketiganya sama sekali tak membuahkan hasil. Samar-samar terdengar kata-kata
pesimis dari para katak yang ada di atas. Bahkan beberapa di antaranya bernada
vonis, bahwa mereka pasti mati jika memaksakan diri. Mendengar hal itu, dua
katak yang tadinya ngotot akhirnya menyerah. Mereka terlihat dalam kondisi yang
sangat lemah, seolah-olah membenarkan teriakan para katak yang ada di atas, bahwa
mereka sebentar lagi akan mati. Kondisi sebaliknya justru terlihat pada satu
katak yang lainnya. Dia terlihat begitu bersemangat untuk terus melompat. Seolah-olah
dia yakin 100 % bisa selamat. Dan setelah beberapa lama, akhirnya katak itu pun
berhasil menggapai bibir lubang. Dan benar saja, selamat lah ia. Apa yang
membuatnya berhasil ? Sesampainya di atas, dia pun langsung bersalaman dengan
semua katak sambil tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Terima kasih untuk
apa ? bukankah mereka tidak banyak berbuat ? bahkan sebagian besar dari mereka
meneriakkan kata-kata pesimis dan cemoohan ? Ya. benar. Dan itu lah faktanya. Fakta
lainnya, ternyata katak itu tuli. Dan bagi seekor katak yang tuli, apa yang
terbaca dari gerak bibir dan raut muka para katak itu justru berkata sebaliknya.
Dari hasil visualisasinya, si katak menerjemahkan, bahwa mereka meneriakkan yel-yel
penyemangat yang sangat-sangat heroik. Dan itulah yang membuat semangat si
katak untuk terus melompat semakin dahsyat, hingga mampu menyelamatkan jiwanya.
TARBIYYAH: Apa yang kita dengar, ternyata bisa "membunuh"
kita dan membuat kita tak berdaya. Dan itu adalah kata-kata negatif yang bisa
jadi berseliweran di sekitar kita. Setiap hari. Entah dari ucapan langsung, status
teman di jejaring sosial, sms, berita di media, atau kasak kusuk yang tak jelas
muasalnya. Bahkan bisa jadi muncul dari pikiran negatif kita sendiri.
11. Raja Singa
dan Kelinci Cerdik
Dahulu kala, di sebuah gua hidup seekor singa. Dia suka
membunuh binatang-binatang hutan, walaupun sebenarnya dia tidak lapar. Suatu
hari, semua bintang-binatang berkumpul datang kepadanya dan memohon, “Raja
singa! Apa artinya dengan membunuh seperti ini yang tidak masuk akal. Kalau
Anda setuju, kami akan memberikan seekor binatang setiap hari buat makanan Anda.”
Sang singa berpikir tentang hal ini sejenak dan berkata, “Baik, baik! Ini
adalah gagasan yang bagus!” Semenjak hari itu, bintang-binatang mulai mengundi
dan mengirimkan seekor binatang setiap hari ke raja singa. Suatu hari, giliran
jatuh pada seekor kelinci tua. Biar pun dia sama sekali tidak menghendaki, namun
akhirnya dia berjalan juga secara perlahan-lahan menuju gua si singa. Di tengah
jalan dia berpikir tentang sebuah rencana untuk membunuh singa. Sebagai bagian
dari rencananya, dengan sengaja kelinci itu tiba terlambat sekali di gua singa.
“Kenapa kamu datang begitu terlambat?” raung singa sambil menjilat bibirnya
dengan perasaan lapar. “Yang mulia,” kata kelinci, “ini bukan salah saya. Di
tengah perjalanan saya ke sini, saya dipaksa berhenti oleh singa lain yang
ingin makan saya. Dia mengaku bahwa dirinya adalah raja di hutan ini. Dia
biarkan saya pergi, setelah saya bersumpah akan kembali setelah menemui Anda.”
“Tunjukkanlah bajingan itu dan saya akan membunuhnya,” raung singa, geram
dengan kemarahan yang meluap-luap karena ada yang lain yang menentang
kekuasaannya. Si kelinci membawa sang singa ke sebuah sumur dan dengan licik
memperlihatkan bayangan singa itu sendiri di air lalu berkata, “Tuan, di sana, lihatlah sendiri!”
Dengan emosi meluap-luap singa itu melompat ke dalam sumur untuk berkelahi
dengan musuhnya. Singa itu pun tenggelam.
12. Anjing Rakus
Di sebuah rumah tua di desa yang jauh, hiduplah seorang
kakek tua dan seekor anjing rakus. Suatu hari, anjing rakus itu berdiri di
depan pintu mengonggong tanpa henti. Mendengar anjing miliknya menggonggong
terus-menerus, si kakek mengerti bahwa anjing itu lapar. Dia pun mengambil
sebuah tulang dan melemparkan kepada anjingnya. Anjing itu pun menggigit tulang
itu dan berlari ke kandangnya. Tiba-tiba dari arah yang jauh, seekor anjing
yang lain berlari ke arahnya. Melihat hal itu, anjing rakus itu lari ke hutan
sambil menggigit tulangnya. Anjing itu menyeberangi jembatan dan tiba-tiba
berhenti di tengah jembatan. Ternyata anjing itu melihat di bawah jembatan ada
bayangan seekor anjing sedang menggigit tulang persis seperti tulang yang
digigitnya. Anjing rakus itu ingin agar tulang yang digigit oleh anjing yang
ada di dalam air itu juga menjadi miliknya. Dia pun melompat ke dalam air, berusaha
untuk merebutnya. “Byuuurrr…!!!” Ternyata tidak ada anjing dan tidak ada tulang
di dalam air. Tulang miliknya jatuh dan hilang. Sedangkan tulang yang ingin
dimilikinya pun tidak dia dapatkan.
13. Seandainya Aku
adalah Elang
Pada suatu hari, seorang petani yang sedang memanen buah
kopi menemukan sebuah sarang burung di atas sebuah pohon. Petani itu memanjat
pohon dan mendapati beberapa butir telur burung elang yang masih hangat, kemungkinan
telur itu sedang dierami oleh induknya. Karena di sarang tersebut tidak ada
induk elang, sang petani mengambil satu telur dan membawanya ke rumah. Telur
itu ditempatkan ke dalam sebuah kandang ayam yang sedang bertelur dan mengerami
telur-telurnya. Hingga beberapa hari kemudian, anak elang tersebut menetas
bersamaan dengan anak ayam yang lain. Induk ayam memperlakukan anak elang
seperti anaknya sendiri, dan si anak elang mempelajari semua hal yang dilakukan
oleh para ayam. Dia mematuk-matuk cacing di tanah, memakan biji-bijian dan
tidak pernah mencoba untuk tebang, seperti layaknya ayam pada umumnya. Begitu
terus hingga dia tidak menyadari siapa dirinya. Saat sang elang sudah tua, ada
sekumpulan elang yang terbang di atas langit. Kemudian elang yang tidak sadar
akan jati dirinya hanya menatap ke langit sambil berkata, "Seandainya aku
adalah elang."
14. Rumah 1000
Cermin
Dahulu kala, di sebuah desa yang begitu jauh, ada sebuah
tempat yang bernama Rumah 1000 cermin. Seekor kucing kecil yang hidupnya begitu
bahagia mengetahui tempat ini dan memutuskan untuk pergi ke sana. Ketika ia tiba, dengan langkah
gembiranya ia menaiki tangga menuju pintu rumah itu. Dia melihat pintu dengan
telinga yang terangkat tinggi dan ekornya mengibas cepat. Lalu dia terkejut
saat menemukan 1000 ekor kucing lain yang begitu gembira dan mengibaskan ekor
mereka secepat dia mengibaskan ekornya. Dia tersenyum lebar, dan senyumannya
dibalas dengan 1000 senyuman lebar yang hangat dan ramah. Setelah dia
meninggalkan rumah itu, dia berpikir, “Rumah ini adalah tempat yang sangat
indah. Aku akan kembali dan akan sering bermain ke sini.” Keesokan harinya, ada
seekor anjing kecil yang tidak sebahagia kucing. Dia memutuskan untuk pergi ke
rumah itu. Pelan-pelan dia menaiki tangga dengan wajah tidak ramah. Saat
melihat ke pintu, ia menemukan 1000 anjing kecil menatapnya dengan tatapan
tidak ramah. Lalu dia menggonggong dan dia merasa ngeri melihat 1000 anjing
kecil menggonggong padanya. Dia berlari keluar sambil berpikir, “Rumah ini
sangat menakutkan dan aku tidak akan pernah kembali ke tempat ini.”
TARBIYYAH: Semua wajah di dunia ini adalah cermin. Pantulan
wajah seperti apa yang Anda lihat dari orang-orang yang Anda temui? Mulai
sekarang, belajarlah bersikap ramah kepada siapa saja. Kembangkan senyum manis
Anda pada orang yang Anda temui sehari-hari. Maka orang lain akan senang dan
tersenyum kembali Anda. Keep smile!
15. Perangkap
Tikus
Sepasang suami dan istri petani pulang ke rumah setelah
berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikur memperhatikan
dengan seksama sambil menggumam "hmmm... Makanan apa lagi yang dibawa
mereka dari pasar??" Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini
adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari
menuju kandang dan berteriak "Ada Perangkap Tikus di rumah.... Di rumah
sekarang ada perangkap tikus...." Ia mendatangi ayam dan berteriak "Ada perangkap tikus"
Sang Ayam berkata "Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu tidak
berpengaruh terhadap diriku" Sang Tikus lalu pergi menemui seekor kambing
sambil berteriak. “Ada
perangkap tikus di rumah…” Sang Kambing pun berkata "Aku turut bersimpati...
tapi tidak ada yang bisa aku lakukan" Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat
jawaban sama. "Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku
sama sekali" Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata "Ah,
perangkap tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku" Akhirnya Sang Tikus
kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya
sendiri. Suatu malam, suami isteri itu terbangun mendengar suara keras
perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat
perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap
membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilikrumah. Walaupun sang
Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri mulai keracunan. Sang
suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh
pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta
dibuatkan sop ceker ayam (kaki ayam) oleh suaminya. Sop ceker ayam sangat
bermanfaat buat mengurangi demam. Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya
untuk dimasak. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang
teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya
untuk mengambil hatinya. Istrinya tak kunjung sembuh dan akhirnya meninggal
dunia. Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani
harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari
kejauhan, sang tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia
melihat perangkap tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.
TARBIYYAH: Jadi... Kalau suatu hari.. Ketika Anda mendengar
seseorang dalam kesulitan dan mengira itu bukan urusan anda. Pikirkanlah sekali
lagi..!!!
16. Penderitaan
Anak Kerang
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan
mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan
lembek. Anakku, kata sang ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak
memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tanganpun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.
Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan
hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan
nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang
bisa kau perbuat, kata ibunya dengan sendu dan lembut. Anak kerang pun
melakukan nasihat bundanya. Ada
hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya,
ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya.
Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin
lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya
semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian
tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahalpun terbentuk
dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah
menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih
berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang
rebus di pinggir jalan.
17. Seekor Burung
di Musim Dingin
Seekor burung terbang ke selatan untuk menghindari musim
dingin. Namun tiba-tiba dia diserang badai salju, dan karena sangat kedinginan,
ia terjatuh. Saat hampir beku kedinginan, seekor kerbau datang dan tepat
menjatuhkan kotorannya di atas si burung. Pertama-tama si burung megap-megap, merasa
mau mati. Tapi lama-lama, kotoran kerbau itu malah membuatnya menjadi hangat. Salju
di tubuhnya mulai mencair, dan ia mulai bernyanyi senang. Muncullah seekor
kucing, menggalinya dari dalam kotoran kerbau. Si kucing merasa seakan mendapat
penolong. Dan, ternyata setelah si kucing berhasil menggalinya, dia langsung
memakan si burung.
TARBIYYAH: Tidak semua orang yang membuatmu berada dalam
kesulitan, bermaksud buruk. Tidak semua orang yang mengeluarkanmu dari
kesulitan, bermaksud baik. Bila kamu berada dalam deep shit (kesulitan), jaga
mulutmu. Diamlah...!
18. Belajar dari
Perjuangan Burung Elang
Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling
panjang didunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur
sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada
umurnya yang ke 40. Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua,paruhnya
menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya
menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal,sehingga
sangat menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua
pilihan: Menunggu kematian, atau Mengalami suatu proses transformasi yang
sangat menyakitkan --- suatu proses transformasi yang panjang selama 150 hari. Untuk
melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang keatas puncak
gunung untuk kemudian membuat sarang ditepi jurang, berhenti dan tinggal disana
selama proses transformasi berlangsung. Pertama-tama, elang harus mematukkan
paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian
berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru
tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar- cakarnya dan ketika cakar
yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu
proses yang panjang dan menyakitkan. Lima
bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat
terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30
tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!
19. Disini Jual
Ikan Segar
Seorang pedagang berjualan ikan segar dipasar. Ia memasang
papan pengumuman bertuliskan: "DI SINI JUAL IKAN SEGAR" Tidak lama
kemudian datanglah seorang pengunjung menanyakan tentang tulisannya, "Mengapa
kau tuliskan kata DISINI? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan
DISINI, bukan DISANA?" "Benar juga..!" Pikir si penjual ikan, lalu
dihapusnya kata "DISINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR".
Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya.
"Mengapa kau pakai kata SEGAR? bukankah semua orang sudah tahu kalau yang
kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?” "Benar juga" Pikir si
penjual ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dan tinggallah tulisan "JUAL
IKAN" Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakan
tulisannya: "Mengapa kau tulis kata JUAL? bukankah semua orang sudah tahuu
kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?” “Benar juga” Pikir si penjual
ikan, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan "IKAN". Selang
beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4 yang juga menanyakan tulisannya
: "Mengapa kau tulis kata IKAN?, bukankah semua orang sudah tahu kalau ini
Ikan bukan Sayuran?” "Benar juga" Pikir sipenjual ikan, lalu
diturunkannya papan pengumuman itu. Bisa jadi, setelah diturunkannya papan
pengumuman itu, akan ada seorang yang bertanya, “Mengapa kau tidak menulis
papan pengumuman bahwa DISINI JUAL IKAN SEGAR?”
TARBIYYAH: Mengikuti kemauan orang tidak akan pernah selesai.
20. Anak Kecil, Kakek
dan Kura-Kura
Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng
cucunya di jalan pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak
itu mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu segera menarik kakinya
dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya secara
paksa. “Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek, “Saya akan
mencoba mengajarimu.” Mereka pulang. Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat
perapian. Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan
kepalanya sedikit demi sedikit. Ia mulai merangkak bergerak mendekati si anak. “Janganlah
mencoba memaksa melakukan segala seuatu, nak!” nasihat kakek, “Berilah
kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.”
21. Filosofi
Burung Angsa
Kalau kita tinggal di negara empat musim, maka pada musim
gugur akan terlihat rombongan burung angsa terbang ke arah selatan untuk
menghindari musim dingin. Burung-burung angsa tersebut terbang dengan formasi
berbentuk huruf "V". Kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang
mengapa rombongan burung angsa tersebut terbang dengan formasi "V".
Fakta: Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu
memberikan "daya dukung" bagi burung yang terbang tepat di
belakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah
payah untuk menembus “dinding udara” di depannya. Dengan terbang dalam formasi "V",
seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh daripada kalau
setiap burung terbang sendirian.
Pelajaran: Orang-orang yang bergerak dalam arah dan tujuan
yang sama serta saling membagi dalam komunitas mereka dapat mencapai tujuan
mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena mereka
menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu dengan yang lain.
Fakta: Kalau seekor burung angsa terbang keluar dari formasi
rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat
ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung
yang diberikan burung di depannya.
Pelajaran: Kalau kita memiliki cukup logika umum seperti
seekor burung angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan mereka yang
berjalan di depan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada
yang lainnya. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri daripada
melakukannya bersama-sama.
Fakta: Ketika burung angsa pemimpin yang terbang di depan
menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan burung angsa lain
akan terbang menggantikan posisinya.
Pelajaran: Adalah masuk akal untuk melakukan tugas-tugas
yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan memimpin secara bersama. Seperti
halnya burung angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal
kemampuan, kapasitas dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta atau sumber
daya lainnya.
Fakta: Burung-burung angsa yang terbang dalam formasi ini
mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada
burung angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.
Pelajaran: Kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan
kekuatan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai menjadi
lebih besar. Kekuatan yang mendukung (berdiri dalam satu hati atau nilai-nilai
utama dan saling menguatkan) adalah kualitas suara yang kita cari. Kita harus
memastikan bahwa suara kita akan menguatkan dan bukan melemahkan.
Fakta: Ketika seekor burung angsa menjadi sakit, terluka, atau
ditembak jatuh, dua burung angsa yang lain akan ikut keluar dari formasi
bersama burung angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan
melindungi. Mereka akan tinggal dengan burung angsa yang jatuh itu sampai ia
mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan
mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan
mereka.
Pelajaran: Kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti
seekor burung angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam
saat-saat sulit mereka, sama seperti ketika segalanya baik. Jadi apa keuntungan
yang kita dapat dari perdebatan tak berujung karena perbedaan? Bukankah lebih
baik kita bahu-membahu saling mengisi kekurangan kita? Mencari solusi terbaik
bersama-sama disaat kita berbeda pandangan? Ingatlah kawan, bangsa ini bukan
hanya milik kita tapi milik penerus & keturunan kita juga. Akankah kita mewariskan
bangsa ini pada penerus kita bangsa yang carut marut tanpa arti? Jawabannya ada
pada sahabat sekalian.
22. Petani dan
Burung Bangau
Seorang petani memasang perangkap untuk menangkap burung-burung
hama yang suka
merusak dan makan tanamannya. Saat memeriksa perangkap yang dipasangnya, si
Petani mendapati seekor burung Bangau diantara burung-burung hama lainnya. Karena bukan sebagai hama tanaman, burung
Bangau itu memohon kepada si Petani untuk melepaskannya. Tetapi Petani itu
menolak, dan berkata, "Kau berada bersama para perusak lainnya, dan karena
itu kau akan sama-sama menderita seperti mereka."
TARBIYYAH: Kau akan diperlakukan sama seperti terhadap
kelompok dimana kau berada.
23. Ayam Jago
Dua Ayam Jantan Muda berkelahi memperebutkan sebagai
penguasa di pekarangan rumah petani. Ayam yang kalah berlari terseok-seok
menyembunyikan diri di balik lumbung. Sedangkan si Pemenang dengan gagahnya
melompat naik ketas bubungan rumah petani lalu berkokok dengan keras
mengumumkan dirinya sebagai penguasa baru pekarangan itu. Kokokan yang keras
itu membuat burung Elang yang sedang terbang tinggi di atas langit menukik
tajam dan secepat kilat menyambar Ayam Jago Muda itu, membawanya pergi untuk
menjadisantapan siangnya. Melihat kejadian itu, Ayam Jantan Muda yang sedang
bersembunyi itu keluar dan menjadi penguasa baru.
TARBIYYAH: Kesombongan akan membuatmu jatuh!
24. Tikus dan
Banteng
Seekor Tikus menggigit hidung sang Banteng dan lari
menghilang ke dalam lubang di sebuah tembok. Dengan marah si Banteng menerjang
tembok tapi embok itu tetap bergeming. Si Banteng menerjang dan menerjang
tetapi tembok itu tetap berdiri kokoh, hinga akhirnya si Banteng jatuh terduduk
kelelahan. Mengetahui itu si Tikus keluar dari lubang di tembok itu dan
menggigit lagi hidung sang Banteng yang kelelahan itu, yang hanya bisa
mendengus marah. "Kalian yang besar tidak selalu bisa menang!" teriak
si Tikus dari lubangnya. "Kadang kami yang kecil ini bisa menjadi yang
terbaik!"
TARBIYYAH: Pertempuran tidak selalu diperuntukkan bagi yang
kuat.
25. Anak
Penggembala dan Serigala
Seorang anak gembala, selalu menggembala domba milik tuannya
di dekat sebuah hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Karena mulai
merasa bosan tinggal di daerah peternakan, maka dia selalu menghibur dirinya
sendiri dengan cara bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya. Suatu
hari, ketika dia menggembalakan dombanya di dekat hutan, dia mulai berpikir apa
yang harus dilakukannya, apabila dia melihat serigala. Dia merasa terhibur
dengan memikirkan berbagai macam rencana disana. Tuannya pernah berkata, bahwa
apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak
memanggil untuk minta bantuan, agar orang-orang sekampung akan datang
membantunya. Anak gembala itu berpikir, akan terasa lucu apabila dia berpura-pura
melihat serigala dan berteriak memanggil orang sekampungnya datang untuk
membantunya. Meski tidak melihat seekor serigala pun, akhirnya anak gembala itu
sekarang berpura-pura lari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya, "Serigala!
Serigala!" Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya
berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak
gembala tersebut, untuk membantunya. Tetapi, yang mereka temukan adalah anak
gembala yang tertawa terbahak-bahak, karena sudah berhasil menipu orang-orang
sekampungnya. Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, "Serigala!
Serigala!", kembali orang-orang kampungnya itu berlari datang untuk
menolongnya, dan kembali hanya menemukan anak gembala yang tertawa terbahak-bahak.
Pada suatu sore, ketika matahari mulai terbenam pada cakrawala, seekor serigala
yang kelaparan pun muncul dan benar-benar menyambar domba yang digembalakan
oleh anak gembala tersebut. Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke
arah kampung dan berteriak, "Serigala! Serigala!" Tetapi walaupun
orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka tidak datang untuk
membantunya. "Dia tidak akan bisa menipu kita lagi," kata mereka. Serigala
itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang digembalakan oleh
sang anak gembala, lalu selanjutnya berlari masuk ke dalam hutan kembali.
TARBIYYAH: Pembohong tidak akan pernah di percayai lagi, walaupun
saat itu mereka berkata dengan benar.
26. Serigala
Berbulu Domba
Seekor serigala menyusun rencana untuk berpakaian dengan
bulu domba untuk memangsa kawanan domba yang dia incar. Ia berhasil bergabung
dengan kawanan domba tersebut dan mengelabui para domba dan juga gembalanya, bahkan
ikut digiring masuk ke dalam kandang domba untuk bermalam. Nah, malam itu si
gembala menginginkan menyantap daging domba, dan tanpa sengaja ia mencomot si
serigala, menyembelihnya dan memasaknya.
27. Angsa dan
Telur Emas
Seorang peternak angsa, memiliki begitu banyak angsa di
peternakannya. Sang peternak adalah seorang yang rajin memelihara angsa-angsanya,
hanya saja karena paternakannya dikelola dengan sederhana dan tidak pernah
diupayakan untuk ditingkatkan, maka hasil telur dari angsa-angsanya begitu-begitu
saja dan tidak pernah menghasilkan peningkatan penghasilan bagi sang peternak. Suatu
pagi seperti biasanya, sang peternak bangun dari tidurnya dan bergegas menuju
kandang angsanya untuk mengumpulkan telur yang dihasilkan angsa-angsanya pada
hari itu. Betapa terkejutnya dia, ketika mendapati sebuah telur berwarna kuning
keemasan dari seekor angsa tua, dikandang yang paling ujung. "Siapa yang
pagi-pagi berusaha memperdayaiku?" pikirnya. "Mungkinkah ini adalah
telur emas?" tanyanya lagi dalam hati. Lama dia berpikir, melogikakan apa
yang terjadi, sambil memandangi telur keemasan di genggamannya. Merasakan
beratnya, mengetuk-ngetukkannya pada batu, menggoreskannya, sampai pada suatu
keyakinan dalam hati si peternak, bahwa dia harus bergegas memastikan benda apa
ini. Kemudian dia pun pergi ke ahli logam di kotanya, lantas meminta si ahli
logam untuk menganalisa benda yang dibawanya tersebut. Ahli logam mengambil Loop miliknya dan mengamati telur keemasan yang dibawa oleh
peternak itu. Beberapa saat kemudian, ia memandangi si peternak dan berkata, "Ini
adalah emas murni 24 karat, berbentuk bulat telur, dengan berat hampir 1
kilogram". Setengah tak percaya, peternak lalu meminta ahli logam itu
untuk menukarnya dengan uang yang sesuai dengan taksiran harganya. Segebok uang
yang diterimanya, dibelanjakannya segala sesuatu yang selama ini dia impikan. Esok
harinya karena masih banyak sisa uang untuk hidupnya hari itu, dengan langkah
malas, dia munuju peternakannya untuk memunguti telur-telur angsanya pada hari
itu. Dia sama sekali tidak menyangka, bahwa kejadian telur emas pada hari
kemarin akan terjadi lagi pada hari itu. Dan benar, dia kembali menemukan telur
emas pada angsa yang sama. Dia bergegas berlari menuju kota untuk menjual telur itu. Esok paginya, setelah
bangun dengan berharap-harap cemas, dia kembali menuju ke kandang angsa tua
petelur emas. Angsa tua kembali mempersembahkan satu telur emas kepada peternak.
Hal yang sama terjadi pula pada esok paginya,.. esok paginya,.. dan seterusnya...
Hingga membuat peternak rajin bangun pagi-pagi sekali untuk segera mendapatkan
telur emas dari angsa tua itu. Dan dalam waktu singkat, kehidupan peternak itu
pun berubah, kehidupan angsa pun berubah, dia diberi tempat khusus di sebelah
tempat tidur peternak, agar dia dapat dengan mudah mengambil telur emasnya dan
tidak dicuri orang. Peternak itu menjadi sangat kaya. Rumahnya kini menjadi
sangat mewah, begitu pula dengan isinya. Tetapi lama-kelamaan, timbulah sifat
tamak dari si peternak, "mengapa aku harus menunggu satu butir telur emas
dari angsa tua setiap harinya, betapa bodohnya aku," pikirnya. "Isi
perut angsa tua itu pasti penuh dengan emas, kenapa tidak sekarang saja aku
ambil semuanya, sehingga aku tidak perlu bersusah-payah untuk menunggu setiap
pagi, karena dalam sekali waktu aku sudah bisa mendapatkan semuanya," begitulah
pikir peternak tersebut. Kemudian diambilnya sebilah pisau miliknya, dan dalam
sekejap dibelahlah perut angsa tua itu. Tapi apa yang terjadi? Tidak ada secuilpun
emas di dalam perut angsa tua. Dan yang lebih buruknya lagi, angsa tua pada
hari itu telah mati di tangan peternak, telur emas setiap pagi hanyalah tinggal
kenangan.
TARBIYYAH: "Selalu bersyukur dengan apa yang ada, karena
keserakahan pada akhirnya hanya akan membawa ke jurang kebinasaan belaka."
28. Dua
Pengembara dan Seekor Beruang
Dua orang pengembara sedang berjalan bersama-sama melalui
sebuah hutan yang lebat. Saat itu, tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar
muncul dan keluar dari semak-semak di dekat mereka. Secara spontan salah satu
pengembara yang hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya,
langsung memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengan dirinya. Pengembara
satu lagi, karena merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat besar itu
sendirian, lantas melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah
dia telah meninggal.
Dari pengalaman orang-orang, dia sering mendengar, bahwa
seekor beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal. Maka,
karena cerita itulah, dia melakukan hal tersebut. Temannya yang berada di pohon,
tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring itu. Entah hal ini
benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan
kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal. Setelah itu, lalu beruang
tersebut berjalan pergi. Melihat hal itu, pengembara yang berada di atas pohon
kemudian turun dari persembunyiannya. "Kelihatannya seolah-olah beruang
itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan
oleh beruang itu?" "Beruang itu berkata," kata pengembara yang
berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan
seorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam
bahaya." "Kesulitan dapat menguji sebuah persahabatan. Sahabat sejati
akan senantiasa selalu berada di dalam keadaan susah ataupun senang."
29. Kisah Dua
Ekor Kambing
Dua ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang
berlawanan di sebuah pegunungan yang curam. Saat itu secara kebetulan, mereka
bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang, yang dibawahnya mengalir air
sungai yang sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan jembatan
untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan tersebut
sangatlah kecil, sehingga tidak dapat dilalui secara bersamaan oleh dua ekor
tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor kambing. Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat
orang yang paling berani pun akan menjadi ketakutan. Tetapi, kedua kambing
tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka tidak
membiarkan mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada
masing-masing mereka. Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan
itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke
jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya
masih tidak mau mengalah dan malah saling mendorong dengan tanduk mereka, sehingga
kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran
air yang sangat deras di bawahnya.
TARBIYYAH: "Mengalah, bukan berarti kalah. Lebih baik
mengalah, daripada mengalami nasib sial karena keras kepala."
30. Anak Kambing
dan Serigala
S
eekor anak kambing yang sangat lincah, telah ditinggalkan
oleh penggembalanya di atas atap sebuah kandang jerami, untuk menghindari anak
kambing itu dari mara bahaya. Anak kambing itu mencari rumput di pinggir atap, dan
saat itu dia melihat seekor serigala. Kemudian anak kambing memandang serigala
itu dengan raut muka yang penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang penuh
kemenangan. Dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun pada saat itu dia tidak
ingin mengejek sang Serigala. Tetapi, karena dia merasa serigala tersebut tidak
akan dapat naik ke atas atap dan menangkapnya, timbulah keinginannya dan
keberaniannya pun muncul untuk mengejek sang Serigala. Serigala itupun hanya
menatap anak kambing itu dari bawah, "Saya mendengarmu," kata sang
Serigala, "Dan saya tidak mendendam pada apa yang kamu katakan atau kamu
lakukan ketika kamu diatas sana,
karena itu adalah atap yang berbicara dan bukan kamu." "Jangan kamu
berkata sesuatu yang tidak kamu ingin katakan terus menerus."
31. Burung Elang
dan Burung Gagak
Seekor burung elang, dengan kekuatan sayapnya, menyambar
seekor anak domba dengan kukunya yang tajam dan cengkraman yang kuat, lalu
membawanya pergi jauh menuju ke angkasa. Seekor burung gagak melihat kejadian
itu, dan terbayang dibenaknya sebuah gagasan, bahwa dia mempunyai kekuatan
untuk melakukan hal yang sama dengan burung elang tersebut. Dan dengan membuka
sayapnya lebar-lebar, lalu kemudian terbang di udara dengan galaknya, dia pun
meluncur kebawah dan dengan sangat cepat, menghamtam bagian punggung seekor
domba sasarannya. Akan tetapi, ketika dia hendak mencoba untuk terbang kembali,
dia baru tersadar, kalau dia tidak bisa mengangkat domba tersebut seperti
burung elang. Dan dia tidak dapat terbang lagi, karena kukunya telah terjerat
pada bulu domba. Walaupun dia mencoba untuk melepaskan dirinya sekuat tenaga, jeratan
itu terlalu sulit untuk dilepaskannya, sehingga dia merasa putus asa dan tetap
tinggal di atas punggung domba tersebut. Seorang pengembala, melihat burung
gagak itu mengibas-ngibaskan sayapnya, berusaha untuk melepaskan diri. Pengembala
itu menyadari apa yang telah terjadi, dia pun berlari dan segera menangkap
burung gagak itu, mengikat dan mengurungnya. Setelah menjelang sore, pengembala
itu mengambil dan memberikan burung gagak itu kepada anak-anaknya yang sedang
berada di rumah untuk bermain. "Betapa lucunya burung ini!" ujar
mereka sambil tertawa, "ini disebut burung apa, ayah?" "itu
burung gagak, anakku. Tetapi, jika kamu bertanya kepadanya, dia akan menjawab
dia adalah seekor burung elang."
TARBIYYAH: Kenali dirimu dan kemampuanmu. Jangan memaksakan
diri.
32. Keledai dan
Garam Muatannya
Seorang pedagang, menuntun keledainya melewati sebuah sungai
dangkal. Selama ini, mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah
mengalami satu pun kecelakaan. Tapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh
di tengah-tengah sungai. Pedagang itu menarik keledainya beserta muatannya ke
pinggir sungai dengan selamat. Namun sebagian besar garam yang dimuat oleh
keledai telah meleleh dan larut ke dalam air. Keledai merasakan muatannya telah
berkurang, sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan. Pada hari
berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai ingat
pengalaman kemarin. Dia dengan sengaja menjatuhkan dirinya ke dalam air, dan
akhirnya dia bisa kembali mengurangi bebannya. Pada hari berikutnya, sang
pedagang meletakkan keranjang-keranjang yang sangat besar namun lebih ringan
dari yang kemarin. Keledai itu sangat senang karena muatannya lebih ringan. Namun,
sekali lagi sang keledai kembali menjatuhkan diri di tengah sungai. Anehnya, pada
saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai merasakan
muatannya bertambah berat berkali lipat. Sang keledai terpaksa menyeret dirinya
pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya.
Muatan itu bukanlah garam, melainkan kapas, yang telah menyerap air.
TARBIYYAH: Cara yang sama, belum tentu selalu cocok untuk
digunakan dalam segala situasi yang ada.
33. Keledai dan
Pemiliknya
Seekor keledai dituntun oleh pemiliknya melewati jalan
sempit di pinggir jurang. Sang Keledai tiba-tiba tidak memperdulikan tuntunan
dari pemiliknya dan memilih jalan sendiri. Dia melihat jalan yang ada di bawah
jurang, dan berpikir bahwa jalan tercepat mencapai jalan di bawah jurang adalah
dengan menuruni jurang tersebut. Saat
dia ingin meloncat ke jurang, pemiliknya dengan cepat menangkap ekornya dan
serta menarik mundur keledai tersebut agar tidak jatuh jurang. Tetapi sang
Keledai yang keras kepala dan bodoh terus meronta-ronta sekuat tenaga. Karena
pemiliknya tidak kuat lagi menahan keledai itu, dia lalu melepasnya dan berkata
“Baiklah, pergilah ke arah yang kamu mau, binatang bodoh.” Saat pemiliknya
melepas ekornya, sang Keledai melompat ke jurang dan meluncur sepanjang jurang
terjal dengan kaki di atas dan kepala di bawah, terbentur batu-batu sepanjang
dinding jurang yang curam.
TARBIYYAH: Orang yang tidak mau mendengarkan nasehat yang
baik dari orang bijaksana, suatu saat akan mengalami nasib buruk.
34. Burung Gagak
dan Sebuah Kendi
Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burung
sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak
menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi, kendi tersebut
merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi yang sempit. Bagaimanapun
burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam
kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa
putus asa dan merasa akan mati karena kehausan. Kemudian tiba-tiba sebuah ide
muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian
menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu
memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendi berangsur-angsur
naik dan bertambah tinggi, hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh
sang burung Gagak.
TARBIYYAH: Pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat
yang tepat. Dimana ada kemauan pasti ada jalan.
35. Keledai
Memakai Kulit Singa
Seekor keledai menemukan sebuah kulit singa yang telah
ditinggalkan oleh sang pemburu di dalam hutan. Dia kemudian memakai kulit singa
itu dan menghibur dirinya dengan cara bersembuyi di semak-semak. Dan tiba-tiba,
dia meloncat keluar untuk menakut-nakuti binatang yang lewat di tempat itu. Semua
binatang yang kebetulan lewat, menjadi takut dan lari tunggang langgang dari
tempat itu, ketika melihat keledai yang mereka kira singa itu. Keledai tersebut
begitu senang melihat semua binatang lari menjauh darinya, seolah-olah dirinya
adalah raja hutan, sehingga karena terlalu bangga dan senangnya, dia mulai
mengaum dengan keras, tetapi bukanlah auman singa yang keluar dari mulutnya, melainkan
cuma ringkikan keledai yang parau. Seekor rubah yang tadinya ikut lari bersama
dengan binatang lainnya, menjadi terhenti ketika mendengar suara itu. Perlahan-lahan
dia mendekati keledai itu dan menyadari, bahwa yang menakut-nakuti seluruh
binatang yang lewat di tempat itu hanyalah seekor keledai yang memakai kulit
singa. Rubah itu kemudian berkata sambil tertawa: "Jika kau menutup
mulutmu, mungkin aku akan berlari ketakutan juga. Tetapi engkau malah mengaum
dan mengeluarkan suara ringkikanmu yang parau."
TARBIYYAH: Orang bodoh mungkin bisa menipu dengan pakaian
dan penampilannya, tetapi dari perkataanya, orang lain akan segera tahu siapa
dirinya sebenarnya.
36. Kepiting Muda
dan Ibunya
"Mengapa kamu berjalan ke arah samping seperti itu?"
tanya ibu kepiting kepada anaknya. "Kamu harus berjalan lurus ke depan
dengan jari-jari kaki yang menghadap keluar." "Perlihatkanlah saya
cara berjalan yang baik, bu," kata kepiting kecil itu kepada ibunya, "Saya
sangat ingin belajar." Mendengar kata anaknya, ibu kepiting tersebut
mencoba untuk berjalan lurus ke depan. Tetapi dia juga hanya bisa berjalan ke
arah samping, tak ubahnya seperti cara anaknya berjalan. Dan ketika ibu
kepiting tersebut mencoba untuk memutar jari-jari kakinya ke arah luar, dia
malah tersandung dan terjatuh ke tanah dengan hidung terlebih dahulu.
TARBIYYAH: Jangan menjelaskan bagaimana orang lain harus
bertindak, kecuali kamu dapat memberikan contoh yang baik baginya.
37. Kerbau dan
Kambing
Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor
singa dengan cara memasuki sebuah gua, dimana gua tersebut sering digunakan
oleh sekumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba
ataupun saat cuaca yang sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan
yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan
itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan
tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau
itu hanya tinggal diam saja melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa
berkeliaran di muka gua mencari mangsanya. Lalu sang kerbau berkata kepada sang
kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat
tingkah lakumu yang pengecut, karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu
pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."
"Sangatlah jahat dan tidak elegan, mengambil keuntungan dari kemalangan
orang lain."
38. Kodok Sombong
Seekor kodok sombong bertemu dengan seekor semut. “iiih... Kecil
sekali tubuhmu…!!” kata kodok meremehkan semut. “Jangan sombong, masih ada yang
lebih besar darimu…” sahut semut. Penasaran, kodok bertanya, “Apa itu yang
lebih besar dariku?” Semut menjawab, “di hutan ini ada hewan paling besar
bernama gajah..” Kodok yang belum pernah bertemu dengan gajah, akhirnya meniup
dirinya sendiri, sehingga menggelembung menjadi besar, "Huuup…!! Apakah
gajah sebesar aku?" "Tidak, gajah masih lebih besar.." kata
semut. Kodok kembali menggelembungkan dirinya lebih besar dari tadi. "Huuuuuup…!!
dia tidak mungkin lebih besar dari ini," katanya. Semut berkata, “Tidak, gajah
masih lebih besar darimu..” Kodok tersebut terus meniup dan menggelembungkan dirinya,
“Huuuuuuuup…!!” lagi, lagi, lagi, semakin besar… semakin BESAAAAR… “BUMMM…!!!”
Akhirnya dia pun meledak.
TARBIYYAH: Kurangnya pengetahuan menyebabkan kesombongan. Kesombongan
menyebabkan kehancuran.
39. Anjing, Ayam
Jantan dan Rubah
Seekor anjing dan seekor ayam jantan yang berteman akrab, berharap
bahwa suatu saat mereka akan dapat berkeliling dunia dan menemukan petualangan
baru. Sehingga, akhirnya mereka pun memutuskan untuk meninggalkan tanah
pertanian. Kemudian mereka melakukan perjalanan keliling dunia melalului sebuah
jalan yang menuju ke hutan. Kedua sahabat itu berjalan bersama dengan semangat
dan tidak bertemu dengan petualangan yang mereka sering bicarakan selama ini. Pada
malam hari, ayam jantan, mencari tempat untuk bertengger seperti kebiasaannya, dia
melihat sebuah pohon yang berlubang dan dipikirnya pohon tersebut sangat baik
untuk dijadikan tempat menginap. Sang anjing dapat menyelinap ke dalam lubang
pohon tersebut dan sang ayam dapat terbang ke atas salah satu dahan pohon
tersebut. Keduanya lalu tertidur dengan nyenyak di pohon itu. Disaat fajar
mulai menyingsing, ayam jantan terbangun dan sejenak lupa dimana dia berada. Dia
mengira dirinya masih di tanah pertanian dimana tugasnya adalah membangunkan
seisi rumah pada pagi hari. Sekarang dengan berdiri diatas jari kakinya, dia
mengepakkan sayapnya dan berkokok dengan semangat. Tetapi, bukannya petani yang
terbangun mendengar dia berkokok, melainkan dia membangunkan seekor rubah yang
tidur tidak jauh dari pohon tersebut. Rubah tersebut dengan cepat melihat ke
arah ayam dan berpikir, bahwa dia mendapatkan sarapan yang sangat lezat di pagi
ini. Dengan cepat, dia mendekati pohon dimana ayam jantan bertengger, dan
berkata dengan sopan: "Selamat datang di hutan kami, tuanku yang agung. Aku
tidak dapat berbicara bagaimana senangnya diriku bertemu dengan Anda di tempat
ini. Aku merasa yakin, bahwa kita akan menjadi teman baik." "Aku
merasa tersanjung, tuan yang baik." kata ayam jantan tersebut dengan malu-malu.
"Jika engkau memang mau, pergilah ke pintu rumahku di bawah pohon ini, pelayanku
akan membiarkan dirimu masuk." Rubah yang sedang lapar itu tidak
mencurigai apapun, lantas dia berjalan ke arah lubang dibawah pohon, seperti
yang disuruh ayam jantan. Dan dalam sekejap mata, anjing yang tadinya tidur di
dalam lubang pohon itu menyergapnya.
TARBIYYAH: Siapa yang hendak menipu, maka bersiaplah suatu
saat akan menerima sendiri akibatnya.
40. Semut dan
Belalang
Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut
yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan
butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu,
seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya, datang dan
memohon dengan sangat, agar keluarga semut itu sudi memberikan sedikit makanan
untuk dirinya. "Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "Tidakkah
kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan
datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang
Belalang, "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim
panas pun telah berlalu." Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya
karena merasa gusar. "Membuat lagu katamu, ya?" kata sang Semut, "Baiklah,
sekarang setelah lagu tersebut kamu selesaikan pada musim panas, sekarang
saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan
melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang itu lagi.
TARBIYYAH: Ada
kalanya waktu untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.
41. Singa dan
Tikus
Seekor singa sedang tertidur dengan lelapnya di dalam sebuah
hutan belantara. Kepalanya yang besar, bersandar pada telapak kakinya. Seekor
tikus kecil secara tidak sengaja, berjalan di dekatnya. Dan setelah tikus itu
sadar, bahwa dia berjalan di depan seekor singa yang sedang tertidur, sang
Tikus menjadi ketakutan sekali dan berlari dengan secepat mungkin. Tetapi, karena
ketakutan, sang Tikus malah berlari di atas hidung sang Singa yang sedang
tertidur itu. Sang Singa menjadi terbangun dan dengan sangat marahnya, lalu
menangkap makhluk kecil itu dengan cakarnya yang sangat besar. "Ampuni
saya!" kata sang Tikus. "Tolong lepaskan saya dan suatu saat nanti
saya akan membalas kebaikanmu." Singa menjadi tertawa dan merasa lucu saat
berpikir, bahwa seekor tikus kecil akan dapat membantunya. Tetapi meski
demikian, dengan baik hati, akhirnya singa tersebut melepaskan si tikus kecil
itu. Suatu hari, ketika sang Singa mengintai mangsanya di dalam hutan, sang
Singa tertangkap oleh jala yang ditebarkan oleh pemburu. Karena tidak dapat
membebaskan dirinya sendiri, sang Singa mengaum dengan marah ke seluruh hutan. Saat
itu sang Tikus yang pernah dilepaskannya, mendengarkan auman itu. Dan dengan
cepat, menuju ke arah dimana sang Singa terjerat pada jala. Sang Tikus kemudian
menemukan sang Singa yang meronta-ronta berusaha membebaskan diri dari jala
yang menjeratnya. Lalu, tanpa diminta, Sang Tikus kemudian berlari ke tali
besar yang menahan jala tersebut. Dia langsung menggigit tali tersebut sampai
putus, hingga akhirnya sang Singa dapat dibebaskan. "Engkau tertawa ketika
aku berkata akan membalas perbuatan baikmu kelak," kata sang Tikus. "Sekarang
engkau lihat, bahwa walaupun aku kecil, seekor tikus pun dapat juga menolong
seekor singa."
TARBIYYAH: Jangan pernah memandang remeh budi baik, sekecil
apapun. Kebaikan hati akan selalu mendapat balasan yang baik pada suatu saat.
42. Kura-Kura dan
Sepasang Itik
Seekor kura-kura, yang pasti kamu tahu selalu membawa
rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan
rumahnya, biar bagaimanapun kerasnya kura-kura itu berusaha. Ketika dia melihat
burung-burung yang beterbangan dengan gembira di atas langit dan bagaimana
kelinci dan tupai serta segala macam binatang dengan gesit berlari, dia merasa
sangat ingin menjadi gesit seperti binatang lain. Si kura-kura merasa sangat
sedih dan tidak puas. Dia ingin melihat dunia juga, tetapi dia memiliki rumah
pada punggungnya dan kakinya terlalu kecil, sehingga harus terseret-seret
ketika berjalan. Suatu hari dia bertemu dengan sepasang bangau dan menceritakan
semua masalahnya, tentang keluh kesahnya selama ini. "Kami dapat
menolongmu untuk melihat dunia," kata bangau tersebut. "Berpeganglah
pada kayu ini dengan gigimu dan kami akan membawamu jauh ke atas langit, dimana
kamu bisa melihat seluruh daratan di bawahmu. Tetapi kamu harus diam dan tidak
berbicara atau kamu akan sangat menyesal." Kura-kura tersebut sangat
senang hatinya. Dia cepat-cepat memegang kayu tersebut erat-erat dengan giginya,
sepasang bangau tadi masing-masing menahan kedua ujung kayu itu dengan mulutnya,
dan terbang naik ke atas awan. Saat itu seekor burung gagak terbang
melintasinya. Dia sangat kagum dengan apa yang dilihatnya dan berkata: "Kamu
pastilah Raja dari kura-kura!" "Pasti saja," kura-kura mulai
berkata. Tetapi begitu dia membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata
tersebut, dia kehilangan pegangan pada kayu tersebut dan jatuh turun ke bawah, dimana
dia akhirnya terbanting ke atas batu-batuan yang ada di tanah.
TARBIYYAH: Rasa ingin tahu yang disertai dengan kebodohan
dan kesombongan, seringkali menyebabkan kesialan.
43. Orang Buta
Mencari Gajah
Alkisah di sebuah kota
kecil, tinggal empat orang buta yang telah menjadi kawan karib sejak kecil. Suatu
hari, mereka sepakat untuk jalan-jalan ke kebun binatang di kota seberang. Singkat cerita, mereka pun
sampai di kebun binatang. Satu persatu kandang mereka kunjungi. Sampai akhirnya
mereka tiba di kandang gajah. Di kandang ini mereka berebut ingin memegang
gajah, maklum, sejak kecil mereka sudah diperdengarkan dongeng-dongeng tentang
gajah, sehingga mereka menjadi sangat penasaran akan bentuk gajah yang
sebenarnya. Orang buta pertama menyentuh bagian telinganya, ia bergumam, “Oh, ternyata
gajah itu lebar dan tipis seperti daun talas” Orang buta kedua memegang kakinya,
bergumam, “Oh, rupanya gajah itu seperti pohon kelapa” Sedangkan orang ketiga
memegang ekornya, ia berbisik, “Wah, gajah itu seperti selang” Orang buta
keempat memegang perutnya, ia bergumam “Oh, ternyata gajah itu bulat besar…”
setelah puas, mereka pun pulang. Dalam perjalanan mereka berbincang mengenai
gajah yang tadi mereka sentuh. Apa yang terjadi? Tentu saja mereka
memperdebatkan bentuk gajah yang baru mereka pegang. sepanjang perjalanan itu
mereka berdebat mempertahankan pendapatnya masing-masing.
44. Kucing
Berhati Singa
Suatu hari, kucing melihat tuannya bercermin. Kucing melihat
bahwa cermin itu memantulkan gambar orang yang ada di depannya.
Pada malam hari, kucing keluar rumah untuk mencari mangsa. Dilihatnya
di depan sebuah toko sebuah kertas berkilau terkena sorot lampu. Kucing mengira
itu adalah cermin. “saatnya saya tahu, seperti apa bentuk saya ini sebenarnya?”
katanya berbisik sendiri. Dia mendekat pada cermin itu dan betapa gembiranya
dia saat melihat wajah singa di cermin itu. “Ternyata aku adalah singa…!!!”
Kucing itu masuk ke hutan untuk menyombongkan dirinya. Di hutan itulah dia
bertemu binatang-binatang buas, berkelahi dan akhirnya dia mati.
TARBIYYAH: caritahu siapa diri kita sebenarnya, sebelum kita
mati dengan kesombongan kita.
45. Memberi
Lonceng pada Seekor Kucing
Pada suatu hari, sekelompok tikus sedang berkumpul untuk
berdiskusi dan memutuskan dalam membuat rencana yang akan membebaskan mereka
selama-lamanya dari musuh bebuyutan mereka, yaitu kucing. Mereka berharap, paling
tidak mereka akan menemukan cara agar tahu kapan kucing tersebut akan datang, sehingga
mereka mempunyai waktu untuk lari. Karena selama ini mereka terus hidup di
dalam ketakutan pada cakar kucing tersebut, dan mereka terkadang sangat takut
untuk keluar dari sarangnya di siang hari maupun malam hari. Banyak rencana
yang telah didiskusikan, akan tetapi tak ada satupun dari rencana tersebut yang
mereka rasa cukup bagus. Akhirnya, seekor tikus yang masih muda bangkit berdiri
dan dia berkata: "Saya mempunyai rencana yang mungkin terlihat sangat
sederhana, tetapi saya bisa menjamin, bahwa rencana ini akan berhasil. Yang
perlu kita lakukan hanyalah menggantungkan sebuah lonceng pada leher kucing itu.
Ketika kita mendengar lonceng berbunyi, maka kita bisa langsung tahu bahwa
musuh kita telah datang." Semua tikus yang mendengar rencana tersebut
terkejut, karena mereka tidak pernah memikirkan rencana tersebut sebelumnya. Mereka
kemudian bergembira, karena merasa rencana itu sangat bagus, tetapi di tengah-tengah
kegembiraan mereka, seekor tikus yang lebih tua maju ke depan dan dia berkata:
"Saya mengatakan, bahwa rencana dari tikus muda itu sangatlah bagus. Tetapi
saya akan memberikan satu buah pertanyaan: Siapa yang akan mengalungkan lonceng
pada kucing tersebut?" "Kadang kala berbicara itu lebih gampang
daripada melakukan, karena hal itu merupakan dua hal yang berbeda."
Dirangkum dari berbagai sumber, oleh:
Saif Ibnu Rusly
(Penyusun Metode Tarbiyyaty)
”Semoga karya ini berguna di dunia dan akhirat”