Saturday, May 5, 2012

Kisah Binatang


Bismillahirrohmanirrohim,
Judul Buku : Al-Hayawan (Binatang)
Hikayah Jilid 3
Penulis : Saif Ibnu Rusly

DAFTAR ISI:
1.         Keledai Masuk Sumur
2.         Pedagang Topi dan Gerombolan Monyet
3.         Kuda Salah Didikan
4.         Siput dan Kodok
5.         Lilitan Ular
6.         Rantai Gajah
7.         Bulu Ayam
8.         Burung Pindah Hutan
9.         Tikus Penakut
10.       Kodok yang Tuli
11.       Raja Singa dan Kelinci Cerdik
12.       Anjing Rakus
13.       Seandainya Aku adalah Elang
14.       Rumah 1000 Cermin
15.       Perangkap Tikus
16.       Penderitaan Anak Kerang
17.       Kisah Seekor Burung
18.       Belajar dari Perjuangan Burung Elang
19.       Disini Jual Ikan Segar
20.       Anak Kecil, Kakek dan Kura-Kura
21.       Filosofi Burung Angsa
22.       Petani dan Burung Bangau
23.       Ayam Jago
24.       Tikus dan Banteng
25.       Anak Penggembala dan Serigala
26.       Serigala Berbulu Domba
27.       Angsa dan Telur Emas
28.       Dua Pengembara dan Seekor Beruang
29.       Kisah Dua Ekor Kambing
30.       Anak Kambing dan Serigala
31.       Burung Elang dan Burung Gagak
32.       Keledai dan Garam Muatannya
33.       Keledai dan Pemiliknya
34.       Burung Gagak dan Sebuah Kendi
35.       Keledai Memakai Kulit Singa
36.       Kepiting Mudan dan Ibunya
37.       Kerbau dan Kambing
38.       Kodok dan Seekor Kerbau
39.       Anjing, Ayam Jantan dan Rubah
40.       Semut dan Belalang
41.       Singa dan Tikus
42.       Kura-Kura dan Sepasang Itik
43.       Orang Buta Mencari Gajah
44.       Memberi Lonceng pada Seekor Kucing


1.         Keledai Masuk Sumur

Suatu hari keledai seorang petani jatuh ke dalam sumur. Binatang itu menangis pilu berjam-jam, sementara si petani mencoba memikirkan apa yang harus dia lakukan. Akhirnya dia memutuskan bahwa binatang itu sudah tua, dan sumurnya pun perlu ditutup, sehingga tidak perlu untuk mengangkat keledai itu keluar. Ia mengajak tetangganya untuk datang menolongnya. Mereka mengambil sekop dan mulai menimbun sumur dengan tanah. Awalnya ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis sejadi-jadinya. Kemudian, semua takjub ketika ia berhenti menangis. Setelah memasukkan beberapa sekop tanah, si petani akhirnya melihat ke bawah sumur. Ia terkejut akan apa yang dilihatnya. Si keledai melakukan sesuatu yang luar biasa. Ia mengibaskan badannya dan menginjak tanah yang dilempar sehingga badannya semakin ke atas. Hal itu terus dilakukan oleh keledai sehingga akhirnya dia tiba di permukaan sumur, dan dengan gembira, dia melangkah keluar.

TARBIYYAH: Lemparan tanah itu seperti kritikan yang dilemparkan kepada kita. Kita bisa menjadikannya sebagai motivasi pijakan untuk memperbaiki diri sehingga kita menjadi semakin bijaksana.

2.         Pedagang Topi dan Gerombolan Monyet

Seorang penjual topi berjalan melintasi hutan. Karena cuaca panas, ia memutuskan beristirahat di bawah pohon besar. Sebelum merebahkan diri, ia meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya. Beberapa jam ia terlelap dan terbangun oleh suara ribut. Hal pertama yang disadarinya adalah bahwa semua topi dagangannya telah hilang. Kemudian ia mendengar suara monyet-monyet di atas pohon. Ia mendongak ke atas dan betapa terkejutnya ia melihat pohon itu penuh dengan monyet memakai topi-topinya. Penjual topi itu berpikir keras bagaimana caranya ia bisa mendapatkan kembali topi-topi yang sedang dibuat dipakai oleh monyet-monyet itu. Ia berpikir dan berpikir, dan mulai menggaruk-garuk kepalanya. Ternyata monyet-monyet itu menirukan tingkah lakunya. Kemudian, ia melepas topi dari kepalanya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya. Ternyata monyet-monyet itu pun melakukan hal yang sama. Aha..! Ia pun mendapat ide. Dia buang topinya ke tanah, dan serentak monyet-monyet itu juga membuang topi-topi mereka ke tanah. Segera saja si penjual itu mengumpulkan dan mendapatkan kembali semua topi-topinya. Ia pun melanjutkan perjalanannya. Lima puluh tahun kemudian, cucu dari si penjual topi itu juga menjadi seorang penjual topi dan telah mendengar cerita tentang monyet-monyet itu dari kakeknya. Suatu hari, persis seperti kakeknya, ia melintasi hutan yang sama. Ia beristirahat di bawah pohon yang sama dan meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya. Ketika terbangun ia pun menyadari kalau monyet-monyet di pohon tersebut telah mengambil semua topi-topinya. Ia pun teringat akan cerita kakeknya. Dia mulai menggaruk-garuk kepala, dan monyet-monyet itu menirukannya. Ia melepas topinya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya, monyet-monyet itu masih menirukannya. Nah, sekarang ia merasa yakin akan ide kakeknya. Kemudian ia melempar topinya ke tanah. Tapi kali ini monyet-monyet itu tidak menirukannya dan tetap memegangi topi-topi itu erat-erat. Kemudian, seekor monyet turun dari pohon, mengambil topi yang dilemparkan oleh cucu penjual topi itu, lalu menepuk bahunya sambil berkata…”Wooyyy, kamu pikir, kamu saja yang punya kakek?”

Renungan: Apa yang dilakukan oleh pendahulu kita, mungkin memang berhasil pada masanya. Tetapi di masa sekarang, untuk menghadapi persoalan yang sama, mungkin diperlukan modifikasi dari hal yang telah dilakukan sebelumnya.


3.         Kuda Salah Didikan

“Bismillah” biasanya diucapkan ketika kita akan memulai satu pekerjaan. “Alhamdulillah” diucapkan ketika kita mengakhiri satu pekerjaan. Namun… Ada seorang lelaki yang keliru mengajari dua kalimat mulia itu. Berikut kisahnya…

Di sebuah pegunungan, hidup seorang lelaki yang punya kuda pintar. Lelaki itu berhasil membuat dua kata perintah yang dimengerti oleh kuda itu. “Alhamdulillah” dan “Bismillah”. Jika lelaki itu menunggang kudanya dan berteriak “Alhamdulillah…” maka kuda itupun melompat dan berlari. Semakin cepat lelaki itu berteriak, maka semakin cepat kuda pintar itu berlari. Jika lelaki itu ingin berhenti, dia berteriak “Bismillah…” maka kuda pintar itu pun berhenti. Hingga suatu hari, lelaki itu menguji kecepatan kudanya. Dia menaiki kudanya, memegang tali kendalinya dan berteriak “Alhamdulillah… Alhamdulillah…” maka melompatlah kuda itu dan berlari mengikuti teriakan lelaki itu. Lelaki itu membawa kudanya berlarian di tepi-tepi gunung. Sesekali lelaki itu berteriak dengan sangat nyaring “ALHAMDULILLAH…” maka melompatlah kuda itu dengan lompatan yang lebih tinggi dan jauh. Lelaki itu terus-menerus berteriak “Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah…” kuda itupun terus berlari tanpa henti. Tiba-tiba… Lelaki itu melihat, ternyata kudanya sedang berlari lurus ke arah jurang yang sangat dalam. Dengan cepat lelaki itu berteriak “BISMILLAH… BISMILLAH… BISMILLAH…!!!” mendengar hal itu maka berhentilah kuda itu tepat satu langkah di tepi jurang, lelaki dan kudannya pun selamat. Karena begitu senangnya, lelaki itu tidak sengaja berteriak gembira “…ALHAMDULILLAH…” mendengar ucapan itu, kuda itupun melompat ke jurang. Mereka berdua pun mati.

4.         Siput dan Kodok

Ada seekor siput selalu memandang sinis terhadap katak. Suatu hari, katak yang kehilangan kesabaran akhirnya berkata kepada siput: “Tuan siput, apakah saya telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya?” Siput menjawab: “Kalian kaum katak mempunyai empat kaki dan bisa melompat ke sana ke mari, Tapi saya mesti membawa cangkang yang berat ini, merangkak di tanah, jadi saya merasa sangat sedih.” Katak menjawab: “Setiap makhluk punya penderitaan masing-masing, hanya saja kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami (katak).” Dan seketika, ada seekor elang besar yang terbang ke arah mereka, siput dengan cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak dimangsa oleh elang.

TARBIYYAH: Nikmati kehidupanmu, tidak perlu membandingkannya dengan orang lain. Iri hati akan membawa lebih banyak penderitaan.

5.         Lilitan Ular

Seorang pemain sirkus memasuki hutan untuk mencari anak ular yang akan dilatih bermain sirkus. Beberapa hari kemudian, ia menemukan beberapa anak ular dan mulai melatihnya. Mula-mula anak ular itu dibelitkan pada kakinya. Setelah ular itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan yang lebih berbahaya, di antaranya membelit tubuh pelatihnya. Sesudah berhasil melatih ular itu dengan baik, pemain sirkus itu mulai mengadakan pertunjukkan untuk umum. Hari demi hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang diterimanya semakin besar. Suatu hari, permainan segera dimulai. Atraksi demi atraksi silih berganti. Semua penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan menyambut setiap pertunjukkan. Akhirnya, tibalah acara yang mendebarkan, yaitu permainan ular. Pemain sirkus memerintahkan ular itu untuk membelit tubuhnya. Seperti biasa, ular itu melakukan apa yang diperintahkan. Ia mulai melilitkan tubuhnya sedikit demi sedikit pada tubuh tuannya. Makin lama makin keras lilitannya. Pemain sirkus kesakitan. Oleh karena itu ia lalu memerintahkan agar ular itu melepaskan lilitannya, tetapi ia tidak taat. Sebaliknya ia semakin liar dan lilitannya semakin kuat. Para penonton menjadi panik, ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain sirkus itu, dan akhirnya ia terkulai mati.

TARBIYYAH: Terkadang dosa terlihat tidak membahayakan. Kita merasa tidak terganggu dan dapat mengendalikannya. Bahkan kita merasa bahwa kita sudah terlatih untuk mengatasinya. Tetapi pada kenyataanya, apabila dosa itu telah mulai melilit hidup kita, sukar dapat melepaskan diri lagi daripadanya.”

6.         Rantai Gajah

Suatu ketika ada sang pawang gajah bercerita tentang bagaimana ia bisa membuat gajah bisa tunduk patuh dan tidak takut sang gajah akan melarikan diri. Padahal tali yang dipakaikan ke gajah hanyalah seutas tali ijuk. Ia mengkisahkan bahwa sejak kecil gajah-gajah diikat kakinya dengan rantai baja yang sangat kuat. Rantai itu pun dikaitkan pada sebuag tonggak baja yang besar dan kuat tertanam. Oleh karenanya, sang gajah kecil hanya bisa berjalan sepanjang rantai terbentang. Jikapun ia ingin melarikan diri, rantainya akan menahannya. Sekuat apapun gajah kecil itu mencoba, tentu akan sangat sia-sia usahanya lepas dari cengkraman rantai baja yang memang sangat kuat. Atau mungkin karena kekuatan sang gajah kecil yang masih lemah untuk lepas dari rantai itu. Usaha sang gajah kecil pun sepertinya selalu sia-sia. Hal ini berlangsung sampai sang gajah beranjak dewasa. Apa yang terjadi? Ternyata gajah tersebut menyerah dengan keadaan. Di benaknya apa yang berada di pergelangan kakinya itu adalah rantai baja yang sama, yang kekuatannya jauh lebih besar darinya. Ia pun pasrah dengan apa yang harus ia kerjakan. Di benaknya pula apa yang dilakukan adalah semata-mata perintah dari sang pawang yang mengikatnya, tanpa berpikir panjang bahwa ia bisa lolos dan menjadi seperti yang ia inginkan. Dengan demikian, sang pawang tidak pernah khawatir lagi akan gajahnya. Baginya mengikat gajah dengan rantai tak jauh beda dengan tali ijuk. Setiap hari, sang gajah hanya pasrah untuk dibawa ke ladang atau hutan untuk bekerja.

TARBIYYAH: Sesuatu yang pernah gagal di masa lalu, seharusnya tidak menjadikan kita menyerah. Bisa saja, saat ini kita telah memiliki kekuatan yang lebih baik dari masa yang lalu.

7.         Bulu Ayam

Seorang teman menyebarkan berita buruk tentang temannya, kemudian berita tersebar dan dia pun menyesal. Dia datang menemui orang bijak untuk minta nasehat. “Agar hatimu bisa tenang,” kata orang bijak itu, “kamu harus mengisi sebuah tas dengan bulu ayam, kemudian mendatangi setiap rumah di desa, dan meletakkan sehelai bulu ayam di depan pintu.” Orang itu melakukannya dan kembali sambil mengumumkan bahwa dia sudah melakukan tugas itu. “Belum selesai!” kata orang bijak. “Ambil tasmu dan kumpulkan kembali semua helai bulu yang tadi kau letakkan di ambang pintu. Jangan ada yang hilang…” Tanpa banyak bicara, orang itupun kembali ke rumah-rumah untuk mengambil bulu-bulu ayam yang telah dia letakkan di depan pintu. Ternyata, bulu-bulu ayam itu telah banyak yang hilang terbawa angin. Dia pun kembali dengan wajah sedih dan berkata: “Maaf, bulu-bulu ayam itu sudah hilang tertiup angin.” Orang bijak menjawab. “Seperti itu pula yang terjadi dengan gosip. Ucapan dapat dengan mudah menyebar. Sekeras apapun usahamu, kamu tak kan pernah bisa menghapus kembali gosip itu.”

TARBIYYAH:
Ghibah adalah membicarakan keburukan manusia lain meskipun hal itu benar-benar terjadi. Setiap orang punya keburukan, maka bantulah mereka menutupi keburukan itu. Tutupilah dengan nasehat dan kasih sayang. Keburukan bukan keindahan, maka tidak pantas ia dipublikasikan.

8.         Burung Pindah Hutan

Seekor burung kecil sedang sibuk untuk persiapan pindah rumahnya, dan bertemu dengan tetangganya. Tetangganya bertanya: “Kamu mau ke mana?” Burung kecil menjawab: “Saya mau pindah ke hutan yang berada di sebelah timur.” Tetangga bertanya lagi: “Di sini kamu hidupnya lumayan baik, mengapa mau pindah?” Burung kecil pun menjawab, “Tidakkah kamu mengetahuinya? Semua orang di sini tidak suka suara saya. Mereka mengatakan bahwa suara saya sangat jelek, jadi saya harus pindah rumah.” Tetangganya pun berkata: “Sebenarnya kamu tidak perlu pindah. Kamu hanya perlu mengubah suara nyanyianmu. Jika kamu tidak bisa memperbaiki suara saat bernyanyi, walaupun kamu pindah ke hutan yang berada di sebelah timur, mereka yang di sana juga tetap tidak akan suka padamu.”

TARBIYYAH:
Jangan selalu menyalahkan orang-orang sekeliling kita. Introspeksi, bermuhasabahlah... Jika kita tidak memperbaiki diri, ke mana pun kita pergi, pasti akan menemukan masalah yang sama, dan akhirnya kita akan kelelahan dan tidak tahu harus pergi ke mana lagi. Tidak ada masalah, jika diri kita sendiri tidak bermasalah. Semangat...!!! Jika kita sering menghadapi masalah, segera introspeksi diri. Mungkin kita adalah sumber dari masalah itu.

9.         Tikus Penakut

Seekor tikus merasa hidupnya sangat tertekan karena takut pada kucing. Ia lalu menemui seorang yang sakti untuk meminta tolong. Orang yang sakti memenuhi keinginannya dan mengubah si tikus menjadi seekor kucing. Namun setelah menjadi kucing, kini ia begitu ketakutan pada anjing. Kembali ia menemui orang sakti yang kemudian mengubahnya menjadi seekor anjing. Tak lama setelah menjadi anjing, sekarang ia merasa ketakutan pada singa. Sekali lagi orang sakti memenuhi keinginannya dan mengubahnya menjadi seekor singa. Apa yang terjadi? Kini ia sangat ketakutan pada pemburu. Ia mendatangi lagi orang sakti meminta agar diubah menjadi pemburu. Kali ini orang sakti menolak keinginan itu sambil berkata: "Selama kau masih berhati tikus, tak peduli bagaimana pun bentukmu, kau tetaplah seekor tikus yang pengecut..."

TARBIYYAH: Hati kita menentukan sikap dan kepribadian kita.

10.       Kodok yang Tuli

Diceritakan ada tiga ekor katak yang terjerembab masuk ke dalam lubang yang sangat dalam. Para katak yang lain sudah berupaya menolong mereka, namun gagal. Kini tinggallah ketiga katak itu menemui nasibnya. Awalnya, ketiga katak yang sudah tak lagi berharap pertolongan teman-temannya itu berusaha melompat sekuat tenaga. Namun, upaya ketiganya sama sekali tak membuahkan hasil. Samar-samar terdengar kata-kata pesimis dari para katak yang ada di atas. Bahkan beberapa di antaranya bernada vonis, bahwa mereka pasti mati jika memaksakan diri. Mendengar hal itu, dua katak yang tadinya ngotot akhirnya menyerah. Mereka terlihat dalam kondisi yang sangat lemah, seolah-olah membenarkan teriakan para katak yang ada di atas, bahwa mereka sebentar lagi akan mati. Kondisi sebaliknya justru terlihat pada satu katak yang lainnya. Dia terlihat begitu bersemangat untuk terus melompat. Seolah-olah dia yakin 100 % bisa selamat. Dan setelah beberapa lama, akhirnya katak itu pun berhasil menggapai bibir lubang. Dan benar saja, selamat lah ia. Apa yang membuatnya berhasil ? Sesampainya di atas, dia pun langsung bersalaman dengan semua katak sambil tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Terima kasih untuk apa ? bukankah mereka tidak banyak berbuat ? bahkan sebagian besar dari mereka meneriakkan kata-kata pesimis dan cemoohan ? Ya. benar. Dan itu lah faktanya. Fakta lainnya, ternyata katak itu tuli. Dan bagi seekor katak yang tuli, apa yang terbaca dari gerak bibir dan raut muka para katak itu justru berkata sebaliknya. Dari hasil visualisasinya, si katak menerjemahkan, bahwa mereka meneriakkan yel-yel penyemangat yang sangat-sangat heroik. Dan itulah yang membuat semangat si katak untuk terus melompat semakin dahsyat, hingga mampu menyelamatkan jiwanya.

TARBIYYAH: Apa yang kita dengar, ternyata bisa "membunuh" kita dan membuat kita tak berdaya. Dan itu adalah kata-kata negatif yang bisa jadi berseliweran di sekitar kita. Setiap hari. Entah dari ucapan langsung, status teman di jejaring sosial, sms, berita di media, atau kasak kusuk yang tak jelas muasalnya. Bahkan bisa jadi muncul dari pikiran negatif kita sendiri.

11.       Raja Singa dan Kelinci Cerdik

Dahulu kala, di sebuah gua hidup seekor singa. Dia suka membunuh binatang-binatang hutan, walaupun sebenarnya dia tidak lapar. Suatu hari, semua bintang-binatang berkumpul datang kepadanya dan memohon, “Raja singa! Apa artinya dengan membunuh seperti ini yang tidak masuk akal. Kalau Anda setuju, kami akan memberikan seekor binatang setiap hari buat makanan Anda.” Sang singa berpikir tentang hal ini sejenak dan berkata, “Baik, baik! Ini adalah gagasan yang bagus!” Semenjak hari itu, bintang-binatang mulai mengundi dan mengirimkan seekor binatang setiap hari ke raja singa. Suatu hari, giliran jatuh pada seekor kelinci tua. Biar pun dia sama sekali tidak menghendaki, namun akhirnya dia berjalan juga secara perlahan-lahan menuju gua si singa. Di tengah jalan dia berpikir tentang sebuah rencana untuk membunuh singa. Sebagai bagian dari rencananya, dengan sengaja kelinci itu tiba terlambat sekali di gua singa. “Kenapa kamu datang begitu terlambat?” raung singa sambil menjilat bibirnya dengan perasaan lapar. “Yang mulia,” kata kelinci, “ini bukan salah saya. Di tengah perjalanan saya ke sini, saya dipaksa berhenti oleh singa lain yang ingin makan saya. Dia mengaku bahwa dirinya adalah raja di hutan ini. Dia biarkan saya pergi, setelah saya bersumpah akan kembali setelah menemui Anda.” “Tunjukkanlah bajingan itu dan saya akan membunuhnya,” raung singa, geram dengan kemarahan yang meluap-luap karena ada yang lain yang menentang kekuasaannya. Si kelinci membawa sang singa ke sebuah sumur dan dengan licik memperlihatkan bayangan singa itu sendiri di air lalu berkata, “Tuan, di sana, lihatlah sendiri!” Dengan emosi meluap-luap singa itu melompat ke dalam sumur untuk berkelahi dengan musuhnya. Singa itu pun tenggelam.

12.       Anjing Rakus

Di sebuah rumah tua di desa yang jauh, hiduplah seorang kakek tua dan seekor anjing rakus. Suatu hari, anjing rakus itu berdiri di depan pintu mengonggong tanpa henti. Mendengar anjing miliknya menggonggong terus-menerus, si kakek mengerti bahwa anjing itu lapar. Dia pun mengambil sebuah tulang dan melemparkan kepada anjingnya. Anjing itu pun menggigit tulang itu dan berlari ke kandangnya. Tiba-tiba dari arah yang jauh, seekor anjing yang lain berlari ke arahnya. Melihat hal itu, anjing rakus itu lari ke hutan sambil menggigit tulangnya. Anjing itu menyeberangi jembatan dan tiba-tiba berhenti di tengah jembatan. Ternyata anjing itu melihat di bawah jembatan ada bayangan seekor anjing sedang menggigit tulang persis seperti tulang yang digigitnya. Anjing rakus itu ingin agar tulang yang digigit oleh anjing yang ada di dalam air itu juga menjadi miliknya. Dia pun melompat ke dalam air, berusaha untuk merebutnya. “Byuuurrr…!!!” Ternyata tidak ada anjing dan tidak ada tulang di dalam air. Tulang miliknya jatuh dan hilang. Sedangkan tulang yang ingin dimilikinya pun tidak dia dapatkan.

13.       Seandainya Aku adalah Elang

Pada suatu hari, seorang petani yang sedang memanen buah kopi menemukan sebuah sarang burung di atas sebuah pohon. Petani itu memanjat pohon dan mendapati beberapa butir telur burung elang yang masih hangat, kemungkinan telur itu sedang dierami oleh induknya. Karena di sarang tersebut tidak ada induk elang, sang petani mengambil satu telur dan membawanya ke rumah. Telur itu ditempatkan ke dalam sebuah kandang ayam yang sedang bertelur dan mengerami telur-telurnya. Hingga beberapa hari kemudian, anak elang tersebut menetas bersamaan dengan anak ayam yang lain. Induk ayam memperlakukan anak elang seperti anaknya sendiri, dan si anak elang mempelajari semua hal yang dilakukan oleh para ayam. Dia mematuk-matuk cacing di tanah, memakan biji-bijian dan tidak pernah mencoba untuk tebang, seperti layaknya ayam pada umumnya. Begitu terus hingga dia tidak menyadari siapa dirinya. Saat sang elang sudah tua, ada sekumpulan elang yang terbang di atas langit. Kemudian elang yang tidak sadar akan jati dirinya hanya menatap ke langit sambil berkata, "Seandainya aku adalah elang."

14.       Rumah 1000 Cermin

Dahulu kala, di sebuah desa yang begitu jauh, ada sebuah tempat yang bernama Rumah 1000 cermin. Seekor kucing kecil yang hidupnya begitu bahagia mengetahui tempat ini dan memutuskan untuk pergi ke sana. Ketika ia tiba, dengan langkah gembiranya ia menaiki tangga menuju pintu rumah itu. Dia melihat pintu dengan telinga yang terangkat tinggi dan ekornya mengibas cepat. Lalu dia terkejut saat menemukan 1000 ekor kucing lain yang begitu gembira dan mengibaskan ekor mereka secepat dia mengibaskan ekornya. Dia tersenyum lebar, dan senyumannya dibalas dengan 1000 senyuman lebar yang hangat dan ramah. Setelah dia meninggalkan rumah itu, dia berpikir, “Rumah ini adalah tempat yang sangat indah. Aku akan kembali dan akan sering bermain ke sini.” Keesokan harinya, ada seekor anjing kecil yang tidak sebahagia kucing. Dia memutuskan untuk pergi ke rumah itu. Pelan-pelan dia menaiki tangga dengan wajah tidak ramah. Saat melihat ke pintu, ia menemukan 1000 anjing kecil menatapnya dengan tatapan tidak ramah. Lalu dia menggonggong dan dia merasa ngeri melihat 1000 anjing kecil menggonggong padanya. Dia berlari keluar sambil berpikir, “Rumah ini sangat menakutkan dan aku tidak akan pernah kembali ke tempat ini.”

TARBIYYAH: Semua wajah di dunia ini adalah cermin. Pantulan wajah seperti apa yang Anda lihat dari orang-orang yang Anda temui? Mulai sekarang, belajarlah bersikap ramah kepada siapa saja. Kembangkan senyum manis Anda pada orang yang Anda temui sehari-hari. Maka orang lain akan senang dan tersenyum kembali Anda. Keep smile!

15.       Perangkap Tikus

Sepasang suami dan istri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikur memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm... Makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??" Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak "Ada Perangkap Tikus di rumah.... Di rumah sekarang ada perangkap tikus...." Ia mendatangi ayam dan berteriak "Ada perangkap tikus" Sang Ayam berkata "Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku" Sang Tikus lalu pergi menemui seekor kambing sambil berteriak. “Ada perangkap tikus di rumah…” Sang Kambing pun berkata "Aku turut bersimpati... tapi tidak ada yang bisa aku lakukan" Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. "Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali" Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata "Ah, perangkap tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku" Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, suami isteri itu terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilikrumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri mulai keracunan. Sang suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam (kaki ayam) oleh suaminya. Sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam. Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Istrinya tak kunjung sembuh dan akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan, sang tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat perangkap tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

TARBIYYAH: Jadi... Kalau suatu hari.. Ketika Anda mendengar seseorang dalam kesulitan dan mengira itu bukan urusan anda. Pikirkanlah sekali lagi..!!!

16.       Penderitaan Anak Kerang

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. Anakku, kata sang ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tanganpun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat, kata ibunya dengan sendu dan lembut. Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahalpun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

17.       Seekor Burung di Musim Dingin

Seekor burung terbang ke selatan untuk menghindari musim dingin. Namun tiba-tiba dia diserang badai salju, dan karena sangat kedinginan, ia terjatuh. Saat hampir beku kedinginan, seekor kerbau datang dan tepat menjatuhkan kotorannya di atas si burung. Pertama-tama si burung megap-megap, merasa mau mati. Tapi lama-lama, kotoran kerbau itu malah membuatnya menjadi hangat. Salju di tubuhnya mulai mencair, dan ia mulai bernyanyi senang. Muncullah seekor kucing, menggalinya dari dalam kotoran kerbau. Si kucing merasa seakan mendapat penolong. Dan, ternyata setelah si kucing berhasil menggalinya, dia langsung memakan si burung.

TARBIYYAH: Tidak semua orang yang membuatmu berada dalam kesulitan, bermaksud buruk. Tidak semua orang yang mengeluarkanmu dari kesulitan, bermaksud baik. Bila kamu berada dalam deep shit (kesulitan), jaga mulutmu. Diamlah...!

18.       Belajar dari Perjuangan Burung Elang

Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang didunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40. Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua,paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal,sehingga sangat menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu kematian, atau Mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan --- suatu proses transformasi yang panjang selama 150 hari. Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang keatas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang ditepi jurang, berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung. Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar- cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!

19.       Disini Jual Ikan Segar

Seorang pedagang berjualan ikan segar dipasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan: "DI SINI JUAL IKAN SEGAR" Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung menanyakan tentang tulisannya, "Mengapa kau tuliskan kata DISINI? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DISINI, bukan DISANA?" "Benar juga..!" Pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR". Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya. "Mengapa kau pakai kata SEGAR? bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?” "Benar juga" Pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dan tinggallah tulisan "JUAL IKAN" Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakan tulisannya: "Mengapa kau tulis kata JUAL? bukankah semua orang sudah tahuu kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?” “Benar juga” Pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan "IKAN". Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4 yang juga menanyakan tulisannya : "Mengapa kau tulis kata IKAN?, bukankah semua orang sudah tahu kalau ini Ikan bukan Sayuran?” "Benar juga" Pikir sipenjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu. Bisa jadi, setelah diturunkannya papan pengumuman itu, akan ada seorang yang bertanya, “Mengapa kau tidak menulis papan pengumuman bahwa DISINI JUAL IKAN SEGAR?”

TARBIYYAH: Mengikuti kemauan orang tidak akan pernah selesai.

20.       Anak Kecil, Kakek dan Kura-Kura

Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Anak itu mengambilnya dan mengamat-amatinya. Kura-kura itu segera menarik kakinya dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya secara paksa. “Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek, “Saya akan mencoba mengajarimu.” Mereka pulang. Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat perapian. Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan kepalanya sedikit demi sedikit. Ia mulai merangkak bergerak mendekati si anak. “Janganlah mencoba memaksa melakukan segala seuatu, nak!” nasihat kakek, “Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.”

21.       Filosofi Burung Angsa

Kalau kita tinggal di negara empat musim, maka pada musim gugur akan terlihat rombongan burung angsa terbang ke arah selatan untuk menghindari musim dingin. Burung-burung angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk huruf "V". Kita akan melihat beberapa fakta ilmiah tentang mengapa rombongan burung angsa tersebut terbang dengan formasi "V".
Fakta: Saat setiap burung mengepakkan sayapnya, hal itu memberikan "daya dukung" bagi burung yang terbang tepat di belakangnya. Ini terjadi karena burung yang terbang di belakang tidak perlu bersusah payah untuk menembus “dinding udara” di depannya. Dengan terbang dalam formasi "V", seluruh kawanan dapat menempuh jarak terbang 71% lebih jauh daripada kalau setiap burung terbang sendirian.
Pelajaran: Orang-orang yang bergerak dalam arah dan tujuan yang sama serta saling membagi dalam komunitas mereka dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih cepat dan lebih mudah. Ini terjadi karena mereka menjalaninya dengan saling mendorong dan mendukung satu dengan yang lain.
Fakta: Kalau seekor burung angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan burung di depannya.
Pelajaran: Kalau kita memiliki cukup logika umum seperti seekor burung angsa, kita akan tinggal dalam formasi dengan mereka yang berjalan di depan. Kita akan mau menerima bantuan dan memberikan bantuan kepada yang lainnya. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri daripada melakukannya bersama-sama.
Fakta: Ketika burung angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan burung angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.
Pelajaran: Adalah masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan memimpin secara bersama. Seperti halnya burung angsa, manusia saling bergantung satu dengan lainnya dalam hal kemampuan, kapasitas dan memiliki keunikan dalam karunia, talenta atau sumber daya lainnya.
Fakta: Burung-burung angsa yang terbang dalam formasi ini mengeluarkan suara riuh rendah dari belakang untuk memberikan semangat kepada burung angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.
Pelajaran: Kita harus memastikan bahwa suara kita akan memberikan kekuatan. Dalam kelompok yang saling menguatkan, hasil yang dicapai menjadi lebih besar. Kekuatan yang mendukung (berdiri dalam satu hati atau nilai-nilai utama dan saling menguatkan) adalah kualitas suara yang kita cari. Kita harus memastikan bahwa suara kita akan menguatkan dan bukan melemahkan.
Fakta: Ketika seekor burung angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua burung angsa yang lain akan ikut keluar dari formasi bersama burung angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka akan tinggal dengan burung angsa yang jatuh itu sampai ia mati atau dapat terbang lagi. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka.
Pelajaran: Kalau kita punya perasaan, setidaknya seperti seekor burung angsa, kita akan tinggal bersama sahabat dan sesama kita dalam saat-saat sulit mereka, sama seperti ketika segalanya baik. Jadi apa keuntungan yang kita dapat dari perdebatan tak berujung karena perbedaan? Bukankah lebih baik kita bahu-membahu saling mengisi kekurangan kita? Mencari solusi terbaik bersama-sama disaat kita berbeda pandangan? Ingatlah kawan, bangsa ini bukan hanya milik kita tapi milik penerus & keturunan kita juga. Akankah kita mewariskan bangsa ini pada penerus kita bangsa yang carut marut tanpa arti? Jawabannya ada pada sahabat sekalian.


22.       Petani dan Burung Bangau

Seorang petani memasang perangkap untuk menangkap burung-burung hama yang suka merusak dan makan tanamannya. Saat memeriksa perangkap yang dipasangnya, si Petani mendapati seekor burung Bangau diantara burung-burung hama lainnya. Karena bukan sebagai hama tanaman, burung Bangau itu memohon kepada si Petani untuk melepaskannya. Tetapi Petani itu menolak, dan berkata, "Kau berada bersama para perusak lainnya, dan karena itu kau akan sama-sama menderita seperti mereka."

TARBIYYAH: Kau akan diperlakukan sama seperti terhadap kelompok dimana kau berada.

23.       Ayam Jago

Dua Ayam Jantan Muda berkelahi memperebutkan sebagai penguasa di pekarangan rumah petani. Ayam yang kalah berlari terseok-seok menyembunyikan diri di balik lumbung. Sedangkan si Pemenang dengan gagahnya melompat naik ketas bubungan rumah petani lalu berkokok dengan keras mengumumkan dirinya sebagai penguasa baru pekarangan itu. Kokokan yang keras itu membuat burung Elang yang sedang terbang tinggi di atas langit menukik tajam dan secepat kilat menyambar Ayam Jago Muda itu, membawanya pergi untuk menjadisantapan siangnya. Melihat kejadian itu, Ayam Jantan Muda yang sedang bersembunyi itu keluar dan menjadi penguasa baru.

TARBIYYAH: Kesombongan akan membuatmu jatuh!

24.       Tikus dan Banteng

Seekor Tikus menggigit hidung sang Banteng dan lari menghilang ke dalam lubang di sebuah tembok. Dengan marah si Banteng menerjang tembok tapi embok itu tetap bergeming. Si Banteng menerjang dan menerjang tetapi tembok itu tetap berdiri kokoh, hinga akhirnya si Banteng jatuh terduduk kelelahan. Mengetahui itu si Tikus keluar dari lubang di tembok itu dan menggigit lagi hidung sang Banteng yang kelelahan itu, yang hanya bisa mendengus marah. "Kalian yang besar tidak selalu bisa menang!" teriak si Tikus dari lubangnya. "Kadang kami yang kecil ini bisa menjadi yang terbaik!"

TARBIYYAH: Pertempuran tidak selalu diperuntukkan bagi yang kuat.

25.       Anak Penggembala dan Serigala

Seorang anak gembala, selalu menggembala domba milik tuannya di dekat sebuah hutan yang gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah peternakan, maka dia selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara bermain-main dengan anjingnya dan memainkan serulingnya. Suatu hari, ketika dia menggembalakan dombanya di dekat hutan, dia mulai berpikir apa yang harus dilakukannya, apabila dia melihat serigala. Dia merasa terhibur dengan memikirkan berbagai macam rencana disana. Tuannya pernah berkata, bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya, dia harus berteriak memanggil untuk minta bantuan, agar orang-orang sekampung akan datang membantunya. Anak gembala itu berpikir, akan terasa lucu apabila dia berpura-pura melihat serigala dan berteriak memanggil orang sekampungnya datang untuk membantunya. Meski tidak melihat seekor serigala pun, akhirnya anak gembala itu sekarang berpura-pura lari ke arah kampungnya dan berteriak sekeras-kerasnya, "Serigala! Serigala!" Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya berteriak, cepat-cepat meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut, untuk membantunya. Tetapi, yang mereka temukan adalah anak gembala yang tertawa terbahak-bahak, karena sudah berhasil menipu orang-orang sekampungnya. Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, "Serigala! Serigala!", kembali orang-orang kampungnya itu berlari datang untuk menolongnya, dan kembali hanya menemukan anak gembala yang tertawa terbahak-bahak. Pada suatu sore, ketika matahari mulai terbenam pada cakrawala, seekor serigala yang kelaparan pun muncul dan benar-benar menyambar domba yang digembalakan oleh anak gembala tersebut. Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah kampung dan berteriak, "Serigala! Serigala!" Tetapi walaupun orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka tidak datang untuk membantunya. "Dia tidak akan bisa menipu kita lagi," kata mereka. Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang digembalakan oleh sang anak gembala, lalu selanjutnya berlari masuk ke dalam hutan kembali.

TARBIYYAH: Pembohong tidak akan pernah di percayai lagi, walaupun saat itu mereka berkata dengan benar.

26.       Serigala Berbulu Domba

Seekor serigala menyusun rencana untuk berpakaian dengan bulu domba untuk memangsa kawanan domba yang dia incar. Ia berhasil bergabung dengan kawanan domba tersebut dan mengelabui para domba dan juga gembalanya, bahkan ikut digiring masuk ke dalam kandang domba untuk bermalam. Nah, malam itu si gembala menginginkan menyantap daging domba, dan tanpa sengaja ia mencomot si serigala, menyembelihnya dan memasaknya.


27.       Angsa dan Telur Emas

Seorang peternak angsa, memiliki begitu banyak angsa di peternakannya. Sang peternak adalah seorang yang rajin memelihara angsa-angsanya, hanya saja karena paternakannya dikelola dengan sederhana dan tidak pernah diupayakan untuk ditingkatkan, maka hasil telur dari angsa-angsanya begitu-begitu saja dan tidak pernah menghasilkan peningkatan penghasilan bagi sang peternak. Suatu pagi seperti biasanya, sang peternak bangun dari tidurnya dan bergegas menuju kandang angsanya untuk mengumpulkan telur yang dihasilkan angsa-angsanya pada hari itu. Betapa terkejutnya dia, ketika mendapati sebuah telur berwarna kuning keemasan dari seekor angsa tua, dikandang yang paling ujung. "Siapa yang pagi-pagi berusaha memperdayaiku?" pikirnya. "Mungkinkah ini adalah telur emas?" tanyanya lagi dalam hati. Lama dia berpikir, melogikakan apa yang terjadi, sambil memandangi telur keemasan di genggamannya. Merasakan beratnya, mengetuk-ngetukkannya pada batu, menggoreskannya, sampai pada suatu keyakinan dalam hati si peternak, bahwa dia harus bergegas memastikan benda apa ini. Kemudian dia pun pergi ke ahli logam di kotanya, lantas meminta si ahli logam untuk menganalisa benda yang dibawanya tersebut. Ahli logam mengambil Loop miliknya dan mengamati telur keemasan yang dibawa oleh peternak itu. Beberapa saat kemudian, ia memandangi si peternak dan berkata, "Ini adalah emas murni 24 karat, berbentuk bulat telur, dengan berat hampir 1 kilogram". Setengah tak percaya, peternak lalu meminta ahli logam itu untuk menukarnya dengan uang yang sesuai dengan taksiran harganya. Segebok uang yang diterimanya, dibelanjakannya segala sesuatu yang selama ini dia impikan. Esok harinya karena masih banyak sisa uang untuk hidupnya hari itu, dengan langkah malas, dia munuju peternakannya untuk memunguti telur-telur angsanya pada hari itu. Dia sama sekali tidak menyangka, bahwa kejadian telur emas pada hari kemarin akan terjadi lagi pada hari itu. Dan benar, dia kembali menemukan telur emas pada angsa yang sama. Dia bergegas berlari menuju kota untuk menjual telur itu. Esok paginya, setelah bangun dengan berharap-harap cemas, dia kembali menuju ke kandang angsa tua petelur emas. Angsa tua kembali mempersembahkan satu telur emas kepada peternak. Hal yang sama terjadi pula pada esok paginya,.. esok paginya,.. dan seterusnya... Hingga membuat peternak rajin bangun pagi-pagi sekali untuk segera mendapatkan telur emas dari angsa tua itu. Dan dalam waktu singkat, kehidupan peternak itu pun berubah, kehidupan angsa pun berubah, dia diberi tempat khusus di sebelah tempat tidur peternak, agar dia dapat dengan mudah mengambil telur emasnya dan tidak dicuri orang. Peternak itu menjadi sangat kaya. Rumahnya kini menjadi sangat mewah, begitu pula dengan isinya. Tetapi lama-kelamaan, timbulah sifat tamak dari si peternak, "mengapa aku harus menunggu satu butir telur emas dari angsa tua setiap harinya, betapa bodohnya aku," pikirnya. "Isi perut angsa tua itu pasti penuh dengan emas, kenapa tidak sekarang saja aku ambil semuanya, sehingga aku tidak perlu bersusah-payah untuk menunggu setiap pagi, karena dalam sekali waktu aku sudah bisa mendapatkan semuanya," begitulah pikir peternak tersebut. Kemudian diambilnya sebilah pisau miliknya, dan dalam sekejap dibelahlah perut angsa tua itu. Tapi apa yang terjadi? Tidak ada secuilpun emas di dalam perut angsa tua. Dan yang lebih buruknya lagi, angsa tua pada hari itu telah mati di tangan peternak, telur emas setiap pagi hanyalah tinggal kenangan.

TARBIYYAH: "Selalu bersyukur dengan apa yang ada, karena keserakahan pada akhirnya hanya akan membawa ke jurang kebinasaan belaka."

28.       Dua Pengembara dan Seekor Beruang

Dua orang pengembara sedang berjalan bersama-sama melalui sebuah hutan yang lebat. Saat itu, tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar muncul dan keluar dari semak-semak di dekat mereka. Secara spontan salah satu pengembara yang hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya, langsung memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengan dirinya. Pengembara satu lagi, karena merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat besar itu sendirian, lantas melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal.
Dari pengalaman orang-orang, dia sering mendengar, bahwa seekor beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal. Maka, karena cerita itulah, dia melakukan hal tersebut. Temannya yang berada di pohon, tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring itu. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal. Setelah itu, lalu beruang tersebut berjalan pergi. Melihat hal itu, pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya. "Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu?" "Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya." "Kesulitan dapat menguji sebuah persahabatan. Sahabat sejati akan senantiasa selalu berada di dalam keadaan susah ataupun senang."

29.       Kisah Dua Ekor Kambing

Dua ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang berlawanan di sebuah pegunungan yang curam. Saat itu secara kebetulan, mereka bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang, yang dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan jembatan untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan tersebut sangatlah kecil, sehingga tidak dapat dilalui secara bersamaan oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor kambing.  Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling berani pun akan menjadi ketakutan. Tetapi, kedua kambing tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka tidak membiarkan mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada masing-masing mereka. Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di tengah-tengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malah saling mendorong dengan tanduk mereka, sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang sangat deras di bawahnya.

TARBIYYAH: "Mengalah, bukan berarti kalah. Lebih baik mengalah, daripada mengalami nasib sial karena keras kepala."

30.       Anak Kambing dan Serigala

S
eekor anak kambing yang sangat lincah, telah ditinggalkan oleh penggembalanya di atas atap sebuah kandang jerami, untuk menghindari anak kambing itu dari mara bahaya. Anak kambing itu mencari rumput di pinggir atap, dan saat itu dia melihat seekor serigala. Kemudian anak kambing memandang serigala itu dengan raut muka yang penuh dengan ejekan dan dengan perasaan yang penuh kemenangan. Dia mulai mengejek serigala tersebut, walaupun pada saat itu dia tidak ingin mengejek sang Serigala. Tetapi, karena dia merasa serigala tersebut tidak akan dapat naik ke atas atap dan menangkapnya, timbulah keinginannya dan keberaniannya pun muncul untuk mengejek sang Serigala. Serigala itupun hanya menatap anak kambing itu dari bawah, "Saya mendengarmu," kata sang Serigala, "Dan saya tidak mendendam pada apa yang kamu katakan atau kamu lakukan ketika kamu diatas sana, karena itu adalah atap yang berbicara dan bukan kamu." "Jangan kamu berkata sesuatu yang tidak kamu ingin katakan terus menerus."

31.       Burung Elang dan Burung Gagak

Seekor burung elang, dengan kekuatan sayapnya, menyambar seekor anak domba dengan kukunya yang tajam dan cengkraman yang kuat, lalu membawanya pergi jauh menuju ke angkasa. Seekor burung gagak melihat kejadian itu, dan terbayang dibenaknya sebuah gagasan, bahwa dia mempunyai kekuatan untuk melakukan hal yang sama dengan burung elang tersebut. Dan dengan membuka sayapnya lebar-lebar, lalu kemudian terbang di udara dengan galaknya, dia pun meluncur kebawah dan dengan sangat cepat, menghamtam bagian punggung seekor domba sasarannya. Akan tetapi, ketika dia hendak mencoba untuk terbang kembali, dia baru tersadar, kalau dia tidak bisa mengangkat domba tersebut seperti burung elang. Dan dia tidak dapat terbang lagi, karena kukunya telah terjerat pada bulu domba. Walaupun dia mencoba untuk melepaskan dirinya sekuat tenaga, jeratan itu terlalu sulit untuk dilepaskannya, sehingga dia merasa putus asa dan tetap tinggal di atas punggung domba tersebut. Seorang pengembala, melihat burung gagak itu mengibas-ngibaskan sayapnya, berusaha untuk melepaskan diri. Pengembala itu menyadari apa yang telah terjadi, dia pun berlari dan segera menangkap burung gagak itu, mengikat dan mengurungnya. Setelah menjelang sore, pengembala itu mengambil dan memberikan burung gagak itu kepada anak-anaknya yang sedang berada di rumah untuk bermain. "Betapa lucunya burung ini!" ujar mereka sambil tertawa, "ini disebut burung apa, ayah?" "itu burung gagak, anakku. Tetapi, jika kamu bertanya kepadanya, dia akan menjawab dia adalah seekor burung elang."

TARBIYYAH: Kenali dirimu dan kemampuanmu. Jangan memaksakan diri.

32.       Keledai dan Garam Muatannya

Seorang pedagang, menuntun keledainya melewati sebuah sungai dangkal. Selama ini, mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun kecelakaan. Tapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh di tengah-tengah sungai. Pedagang itu menarik keledainya beserta muatannya ke pinggir sungai dengan selamat. Namun sebagian besar garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut ke dalam air. Keledai merasakan muatannya telah berkurang, sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan. Pada hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai ingat pengalaman kemarin. Dia dengan sengaja menjatuhkan dirinya ke dalam air, dan akhirnya dia bisa kembali mengurangi bebannya. Pada hari berikutnya, sang pedagang meletakkan keranjang-keranjang yang sangat besar namun lebih ringan dari yang kemarin. Keledai itu sangat senang karena muatannya lebih ringan. Namun, sekali lagi sang keledai kembali menjatuhkan diri di tengah sungai. Anehnya, pada saat pedagang tersebut membawanya ke pinggir sungai, sang keledai merasakan muatannya bertambah berat berkali lipat. Sang keledai terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat lebih berat dari sebelumnya. Muatan itu bukanlah garam, melainkan kapas, yang telah menyerap air.

TARBIYYAH: Cara yang sama, belum tentu selalu cocok untuk digunakan dalam segala situasi yang ada.

33.       Keledai dan Pemiliknya

Seekor keledai dituntun oleh pemiliknya melewati jalan sempit di pinggir jurang. Sang Keledai tiba-tiba tidak memperdulikan tuntunan dari pemiliknya dan memilih jalan sendiri. Dia melihat jalan yang ada di bawah jurang, dan berpikir bahwa jalan tercepat mencapai jalan di bawah jurang adalah dengan menuruni jurang tersebut.  Saat dia ingin meloncat ke jurang, pemiliknya dengan cepat menangkap ekornya dan serta menarik mundur keledai tersebut agar tidak jatuh jurang. Tetapi sang Keledai yang keras kepala dan bodoh terus meronta-ronta sekuat tenaga. Karena pemiliknya tidak kuat lagi menahan keledai itu, dia lalu melepasnya dan berkata “Baiklah, pergilah ke arah yang kamu mau, binatang bodoh.” Saat pemiliknya melepas ekornya, sang Keledai melompat ke jurang dan meluncur sepanjang jurang terjal dengan kaki di atas dan kepala di bawah, terbentur batu-batu sepanjang dinding jurang yang curam.

TARBIYYAH: Orang yang tidak mau mendengarkan nasehat yang baik dari orang bijaksana, suatu saat akan mengalami nasib buruk.

34.       Burung Gagak dan Sebuah Kendi

Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burung sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi, kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi yang sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan mati karena kehausan. Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendi berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi, hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.

TARBIYYAH: Pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat. Dimana ada kemauan pasti ada jalan.

35.       Keledai Memakai Kulit Singa

Seekor keledai menemukan sebuah kulit singa yang telah ditinggalkan oleh sang pemburu di dalam hutan. Dia kemudian memakai kulit singa itu dan menghibur dirinya dengan cara bersembuyi di semak-semak. Dan tiba-tiba, dia meloncat keluar untuk menakut-nakuti binatang yang lewat di tempat itu. Semua binatang yang kebetulan lewat, menjadi takut dan lari tunggang langgang dari tempat itu, ketika melihat keledai yang mereka kira singa itu. Keledai tersebut begitu senang melihat semua binatang lari menjauh darinya, seolah-olah dirinya adalah raja hutan, sehingga karena terlalu bangga dan senangnya, dia mulai mengaum dengan keras, tetapi bukanlah auman singa yang keluar dari mulutnya, melainkan cuma ringkikan keledai yang parau. Seekor rubah yang tadinya ikut lari bersama dengan binatang lainnya, menjadi terhenti ketika mendengar suara itu. Perlahan-lahan dia mendekati keledai itu dan menyadari, bahwa yang menakut-nakuti seluruh binatang yang lewat di tempat itu hanyalah seekor keledai yang memakai kulit singa. Rubah itu kemudian berkata sambil tertawa: "Jika kau menutup mulutmu, mungkin aku akan berlari ketakutan juga. Tetapi engkau malah mengaum dan mengeluarkan suara ringkikanmu yang parau."

TARBIYYAH: Orang bodoh mungkin bisa menipu dengan pakaian dan penampilannya, tetapi dari perkataanya, orang lain akan segera tahu siapa dirinya sebenarnya.

36.       Kepiting Muda dan Ibunya

"Mengapa kamu berjalan ke arah samping seperti itu?" tanya ibu kepiting kepada anaknya. "Kamu harus berjalan lurus ke depan dengan jari-jari kaki yang menghadap keluar." "Perlihatkanlah saya cara berjalan yang baik, bu," kata kepiting kecil itu kepada ibunya, "Saya sangat ingin belajar." Mendengar kata anaknya, ibu kepiting tersebut mencoba untuk berjalan lurus ke depan. Tetapi dia juga hanya bisa berjalan ke arah samping, tak ubahnya seperti cara anaknya berjalan. Dan ketika ibu kepiting tersebut mencoba untuk memutar jari-jari kakinya ke arah luar, dia malah tersandung dan terjatuh ke tanah dengan hidung terlebih dahulu.

TARBIYYAH: Jangan menjelaskan bagaimana orang lain harus bertindak, kecuali kamu dapat memberikan contoh yang baik baginya.

37.       Kerbau dan Kambing

Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua, dimana gua tersebut sering digunakan oleh sekumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca yang sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam saja melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya. Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut, karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan." "Sangatlah jahat dan tidak elegan, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain."

38.       Kodok Sombong

Seekor kodok sombong bertemu dengan seekor semut. “iiih... Kecil sekali tubuhmu…!!” kata kodok meremehkan semut. “Jangan sombong, masih ada yang lebih besar darimu…” sahut semut. Penasaran, kodok bertanya, “Apa itu yang lebih besar dariku?” Semut menjawab, “di hutan ini ada hewan paling besar bernama gajah..” Kodok yang belum pernah bertemu dengan gajah, akhirnya meniup dirinya sendiri, sehingga menggelembung menjadi besar, "Huuup…!! Apakah gajah sebesar aku?" "Tidak, gajah masih lebih besar.." kata semut. Kodok kembali menggelembungkan dirinya lebih besar dari tadi. "Huuuuuup…!! dia tidak mungkin lebih besar dari ini," katanya. Semut berkata, “Tidak, gajah masih lebih besar darimu..” Kodok tersebut terus meniup dan menggelembungkan dirinya, “Huuuuuuuup…!!” lagi, lagi, lagi, semakin besar… semakin BESAAAAR… “BUMMM…!!!” Akhirnya dia pun meledak.

TARBIYYAH: Kurangnya pengetahuan menyebabkan kesombongan. Kesombongan menyebabkan kehancuran.

39.       Anjing, Ayam Jantan dan Rubah

Seekor anjing dan seekor ayam jantan yang berteman akrab, berharap bahwa suatu saat mereka akan dapat berkeliling dunia dan menemukan petualangan baru. Sehingga, akhirnya mereka pun memutuskan untuk meninggalkan tanah pertanian. Kemudian mereka melakukan perjalanan keliling dunia melalului sebuah jalan yang menuju ke hutan. Kedua sahabat itu berjalan bersama dengan semangat dan tidak bertemu dengan petualangan yang mereka sering bicarakan selama ini. Pada malam hari, ayam jantan, mencari tempat untuk bertengger seperti kebiasaannya, dia melihat sebuah pohon yang berlubang dan dipikirnya pohon tersebut sangat baik untuk dijadikan tempat menginap. Sang anjing dapat menyelinap ke dalam lubang pohon tersebut dan sang ayam dapat terbang ke atas salah satu dahan pohon tersebut. Keduanya lalu tertidur dengan nyenyak di pohon itu. Disaat fajar mulai menyingsing, ayam jantan terbangun dan sejenak lupa dimana dia berada. Dia mengira dirinya masih di tanah pertanian dimana tugasnya adalah membangunkan seisi rumah pada pagi hari. Sekarang dengan berdiri diatas jari kakinya, dia mengepakkan sayapnya dan berkokok dengan semangat. Tetapi, bukannya petani yang terbangun mendengar dia berkokok, melainkan dia membangunkan seekor rubah yang tidur tidak jauh dari pohon tersebut. Rubah tersebut dengan cepat melihat ke arah ayam dan berpikir, bahwa dia mendapatkan sarapan yang sangat lezat di pagi ini. Dengan cepat, dia mendekati pohon dimana ayam jantan bertengger, dan berkata dengan sopan: "Selamat datang di hutan kami, tuanku yang agung. Aku tidak dapat berbicara bagaimana senangnya diriku bertemu dengan Anda di tempat ini. Aku merasa yakin, bahwa kita akan menjadi teman baik." "Aku merasa tersanjung, tuan yang baik." kata ayam jantan tersebut dengan malu-malu. "Jika engkau memang mau, pergilah ke pintu rumahku di bawah pohon ini, pelayanku akan membiarkan dirimu masuk." Rubah yang sedang lapar itu tidak mencurigai apapun, lantas dia berjalan ke arah lubang dibawah pohon, seperti yang disuruh ayam jantan. Dan dalam sekejap mata, anjing yang tadinya tidur di dalam lubang pohon itu menyergapnya.

TARBIYYAH: Siapa yang hendak menipu, maka bersiaplah suatu saat akan menerima sendiri akibatnya.

40.       Semut dan Belalang

Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu, seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya, datang dan memohon dengan sangat, agar keluarga semut itu sudi memberikan sedikit makanan untuk dirinya. "Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "Tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?" "Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang, "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu." Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar. "Membuat lagu katamu, ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang itu lagi.

TARBIYYAH: Ada kalanya waktu untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.

41.       Singa dan Tikus

Seekor singa sedang tertidur dengan lelapnya di dalam sebuah hutan belantara. Kepalanya yang besar, bersandar pada telapak kakinya. Seekor tikus kecil secara tidak sengaja, berjalan di dekatnya. Dan setelah tikus itu sadar, bahwa dia berjalan di depan seekor singa yang sedang tertidur, sang Tikus menjadi ketakutan sekali dan berlari dengan secepat mungkin. Tetapi, karena ketakutan, sang Tikus malah berlari di atas hidung sang Singa yang sedang tertidur itu. Sang Singa menjadi terbangun dan dengan sangat marahnya, lalu menangkap makhluk kecil itu dengan cakarnya yang sangat besar. "Ampuni saya!" kata sang Tikus. "Tolong lepaskan saya dan suatu saat nanti saya akan membalas kebaikanmu." Singa menjadi tertawa dan merasa lucu saat berpikir, bahwa seekor tikus kecil akan dapat membantunya. Tetapi meski demikian, dengan baik hati, akhirnya singa tersebut melepaskan si tikus kecil itu. Suatu hari, ketika sang Singa mengintai mangsanya di dalam hutan, sang Singa tertangkap oleh jala yang ditebarkan oleh pemburu. Karena tidak dapat membebaskan dirinya sendiri, sang Singa mengaum dengan marah ke seluruh hutan. Saat itu sang Tikus yang pernah dilepaskannya, mendengarkan auman itu. Dan dengan cepat, menuju ke arah dimana sang Singa terjerat pada jala. Sang Tikus kemudian menemukan sang Singa yang meronta-ronta berusaha membebaskan diri dari jala yang menjeratnya. Lalu, tanpa diminta, Sang Tikus kemudian berlari ke tali besar yang menahan jala tersebut. Dia langsung menggigit tali tersebut sampai putus, hingga akhirnya sang Singa dapat dibebaskan. "Engkau tertawa ketika aku berkata akan membalas perbuatan baikmu kelak," kata sang Tikus. "Sekarang engkau lihat, bahwa walaupun aku kecil, seekor tikus pun dapat juga menolong seekor singa."

TARBIYYAH: Jangan pernah memandang remeh budi baik, sekecil apapun. Kebaikan hati akan selalu mendapat balasan yang baik pada suatu saat.

42.       Kura-Kura dan Sepasang Itik

Seekor kura-kura, yang pasti kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimanapun kerasnya kura-kura itu berusaha. Ketika dia melihat burung-burung yang beterbangan dengan gembira di atas langit dan bagaimana kelinci dan tupai serta segala macam binatang dengan gesit berlari, dia merasa sangat ingin menjadi gesit seperti binatang lain. Si kura-kura merasa sangat sedih dan tidak puas. Dia ingin melihat dunia juga, tetapi dia memiliki rumah pada punggungnya dan kakinya terlalu kecil, sehingga harus terseret-seret ketika berjalan. Suatu hari dia bertemu dengan sepasang bangau dan menceritakan semua masalahnya, tentang keluh kesahnya selama ini. "Kami dapat menolongmu untuk melihat dunia," kata bangau tersebut. "Berpeganglah pada kayu ini dengan gigimu dan kami akan membawamu jauh ke atas langit, dimana kamu bisa melihat seluruh daratan di bawahmu. Tetapi kamu harus diam dan tidak berbicara atau kamu akan sangat menyesal." Kura-kura tersebut sangat senang hatinya. Dia cepat-cepat memegang kayu tersebut erat-erat dengan giginya, sepasang bangau tadi masing-masing menahan kedua ujung kayu itu dengan mulutnya, dan terbang naik ke atas awan. Saat itu seekor burung gagak terbang melintasinya. Dia sangat kagum dengan apa yang dilihatnya dan berkata: "Kamu pastilah Raja dari kura-kura!" "Pasti saja," kura-kura mulai berkata. Tetapi begitu dia membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata tersebut, dia kehilangan pegangan pada kayu tersebut dan jatuh turun ke bawah, dimana dia akhirnya terbanting ke atas batu-batuan yang ada di tanah.

TARBIYYAH: Rasa ingin tahu yang disertai dengan kebodohan dan kesombongan, seringkali menyebabkan kesialan.

43.       Orang Buta Mencari Gajah

Alkisah di sebuah kota kecil, tinggal empat orang buta yang telah menjadi kawan karib sejak kecil. Suatu hari, mereka sepakat untuk jalan-jalan ke kebun binatang di kota seberang. Singkat cerita, mereka pun sampai di kebun binatang. Satu persatu kandang mereka kunjungi. Sampai akhirnya mereka tiba di kandang gajah. Di kandang ini mereka berebut ingin memegang gajah, maklum, sejak kecil mereka sudah diperdengarkan dongeng-dongeng tentang gajah, sehingga mereka menjadi sangat penasaran akan bentuk gajah yang sebenarnya. Orang buta pertama menyentuh bagian telinganya, ia bergumam, “Oh, ternyata gajah itu lebar dan tipis seperti daun talas” Orang buta kedua memegang kakinya, bergumam, “Oh, rupanya gajah itu seperti pohon kelapa” Sedangkan orang ketiga memegang ekornya, ia berbisik, “Wah, gajah itu seperti selang” Orang buta keempat memegang perutnya, ia bergumam “Oh, ternyata gajah itu bulat besar…” setelah puas, mereka pun pulang. Dalam perjalanan mereka berbincang mengenai gajah yang tadi mereka sentuh. Apa yang terjadi? Tentu saja mereka memperdebatkan bentuk gajah yang baru mereka pegang. sepanjang perjalanan itu mereka berdebat mempertahankan pendapatnya masing-masing.

44.       Kucing Berhati Singa

Suatu hari, kucing melihat tuannya bercermin. Kucing melihat bahwa cermin itu memantulkan gambar orang yang ada di depannya.
Pada malam hari, kucing keluar rumah untuk mencari mangsa. Dilihatnya di depan sebuah toko sebuah kertas berkilau terkena sorot lampu. Kucing mengira itu adalah cermin. “saatnya saya tahu, seperti apa bentuk saya ini sebenarnya?” katanya berbisik sendiri. Dia mendekat pada cermin itu dan betapa gembiranya dia saat melihat wajah singa di cermin itu. “Ternyata aku adalah singa…!!!” Kucing itu masuk ke hutan untuk menyombongkan dirinya. Di hutan itulah dia bertemu binatang-binatang buas, berkelahi dan akhirnya dia mati.

TARBIYYAH: caritahu siapa diri kita sebenarnya, sebelum kita mati dengan kesombongan kita.

45.       Memberi Lonceng pada Seekor Kucing

Pada suatu hari, sekelompok tikus sedang berkumpul untuk berdiskusi dan memutuskan dalam membuat rencana yang akan membebaskan mereka selama-lamanya dari musuh bebuyutan mereka, yaitu kucing. Mereka berharap, paling tidak mereka akan menemukan cara agar tahu kapan kucing tersebut akan datang, sehingga mereka mempunyai waktu untuk lari. Karena selama ini mereka terus hidup di dalam ketakutan pada cakar kucing tersebut, dan mereka terkadang sangat takut untuk keluar dari sarangnya di siang hari maupun malam hari. Banyak rencana yang telah didiskusikan, akan tetapi tak ada satupun dari rencana tersebut yang mereka rasa cukup bagus. Akhirnya, seekor tikus yang masih muda bangkit berdiri dan dia berkata: "Saya mempunyai rencana yang mungkin terlihat sangat sederhana, tetapi saya bisa menjamin, bahwa rencana ini akan berhasil. Yang perlu kita lakukan hanyalah menggantungkan sebuah lonceng pada leher kucing itu. Ketika kita mendengar lonceng berbunyi, maka kita bisa langsung tahu bahwa musuh kita telah datang." Semua tikus yang mendengar rencana tersebut terkejut, karena mereka tidak pernah memikirkan rencana tersebut sebelumnya. Mereka kemudian bergembira, karena merasa rencana itu sangat bagus, tetapi di tengah-tengah kegembiraan mereka, seekor tikus yang lebih tua maju ke depan dan dia berkata: "Saya mengatakan, bahwa rencana dari tikus muda itu sangatlah bagus. Tetapi saya akan memberikan satu buah pertanyaan: Siapa yang akan mengalungkan lonceng pada kucing tersebut?" "Kadang kala berbicara itu lebih gampang daripada melakukan, karena hal itu merupakan dua hal yang berbeda."

Dirangkum dari berbagai sumber, oleh:


Saif Ibnu Rusly
(Penyusun Metode Tarbiyyaty)

”Semoga karya ini berguna di dunia dan akhirat”