Judul Buku : Ibadiyyah (Kisah dari Kitab Irsyadul Ibad)
Hikayah : Jilid 1
Penulis: Saif Ibnu Rusly
IRSYADUL IBAD
1. Pernah
sholat tanpa wudlu', ditemani serigala dalam kubur
2. Lupa menyela-nyelai
jemari saat wudlu' langsung ditegur dalam mimpi
3. Fudloil bin 'Iyadl
lupa menyiram anggota wudlu' dua siraman. Rasul menegurnya di dalam mimpi.
4. Pernah tidak
mandi junub, dipakaikan baju api dalam kubur
5. Syeikh
Izzuddin mandi junub meski cuaca sangat dingin. Allah memberinya kemuliaan
dunia dan akhirat
6. Menggali
kubur untuk mengambil dompet yang jatuh. Kuburan dipenuhi api karena mayat
sering meninggalkan sholat
7. Kebutaan
Nabi Ya'qub disebabkan pernah menoleh saat sholat pada Yusuf yang tidur
8. Ali Zainal
Abidin gemetar saat hendak melakukan sholat karena takut kepada Allah
9. Ketinggalan
satu kali sholat Jama'ah. Lalu menggantinya dengan sholat dua puluh lima kali
10. Tidak sholat
Jum'at, pemburu ditelan bumi
11. Tidak sholat
Jum'at, tenda suatu kaum terbakar oleh api yang tidak kelihatan
12. Ibadah Jum'at
adalah haji mabrur seminggu sekali
13. Disiplin
bersholawat seribu kali setiap malam Jum'at, dapat surat jaminan terbebas dari neraka
14. Syeikh Abdul
Qadir Jailani melawan tipudaya setan
15. Sabar atas
musibah, bebas dari siksa kubur
16. Sedekah empat
telur dibalas empat puluh telur. Sepuluh di antaranya pecah.
17. Muhammad bin
Wasi' masuk surga mendahului Malik bin Dinar sebab dia hanya punya satu gamis, sedangkan
Malik punya dua gamis
18. Menyambut
Ramadlan penuh penghormatan; Mandi, memakai baju bagus, memakai parfum dan
mengqadla' sholat-sholat yang pernah ditinggalkan sebelum Ramadlan. Allah pun
mengampuninya
19. Binatang buas
juga berpuasa Tasu'a & 'Asyura
20. Semut menolak
makan saat hari Tasu'a & 'Asyura
21. Muhammad bin
Munkadir berhaji tiga puluh tiga kali. Pertama untuk dirinya. Kedua dihadiahkan
pahalanya untuk bapaknya. Ketiga untuk ibunya. Sisanya untuk orang yang tidak
diterima hajinya.
22. Waliyyullah
selalu menyepi dari keramaian
23. Seseorang
yang thawaf melihat perempuan dengan syahwat, tiba-tiba kedua matanya jatuh. Ada juga yang kedua
tangannya menempel pada wanita yang disentuhnya. Orang-orang tidak mampu
melepasnya. Ulama' memerintahkan agar dibawa ke tempat dia melakukan maksiat
dan diminta berjanji tidak akan mengulanginya
24. Imam Abu
Bakar tidak mau tidur di kamar yang ada Al-Qur'annya karena sangat
memuliakannya
25. Anjing hitam
dipukul oleh pahala surat
Yasin
26. Seorang Bani
Israel yang jahat diampuni oleh Allah karena pernah membuka kitab Taurat dan
membaca sholawat dan salam atas Nabi saat melihat ada nama nabi Muhammad di
dalamnya
27. Karena
bersikap sombong di daerah bukit Shofa maka Allah menghinakannya di Bagdad
28. Mencampur air
dalam susu yang dijual, tiba-tiba ada banjir yang menghanyutkan sapi perahnya
29. Imam Hanafi
menyedekahkan semua uang hasil penjualan tujuh puluh baju sutera karena orang
yang menjualkannya lupa memberi tahu satu baju yang ada cacatnya pada pembeli
30. Raja
menggusur rumah wanita karena mengganggu pemandangan istana. Istana raja
ditelan bumi
31. Diampuni
karena sangat mengasihi anak yatim
32. Sapi milik
anak yang berbakti pada orang tuanya
33. Nabi Sulaiman
menemukan kubah yang berisi seorang lelaki yang sedang sujud. Keistimewaan itu
sebab pengabdiannya kepada kedua orang tuanya
34. Nabi Daud
setiap malam membangunkan keluarganya untuk berdoa kepada Allah
35. Pemuda tampan
yang kuat iman menolak rayuan seorang puteri raja. Melompat dari jendela
tingkat atas lalu malaikat menyelamatkannya
36. Wanita yang
tidak mau mengusir singa karena singat itu bukan mahromnya. Subhanallah..
37. Tidak bisa
membaca syahadat saat sekarat karena pernah minum khamer satu kali untuk
berobat
38. Mayat peminum
khamer tidak menghadap kiblat
39. Mayat
berwajah babi, dirantai dan dibelenggu ke lehernya karena minum khamer di masa
hidupnya
40. Api membakar
peminum khamer di alam kuburnya
41. Imam Syafi'iy
tidak pernah bersumpah atas nama Allah selama hidupnya
42. Anggota badan
yang terkena air mata karena rasa takut pada Allah akan terbebas dari api
neraka
43. Setelah
diusir dari surga, Adam menangis tiga ratus tahun hingga terciptalah danau
Sarandib
44. Nabi Daud
pernah menangis selama empat puluh hari sambil bersujud
45. Abu Bakar
selalu menangis setiap kali membaca Al-Qur'an
بسم الله
الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan
sebaik-baiknya penciptaan. Sholawat dan salam atas Baginda Nabi Muhammad saw, keluarga
dan semua sahabatnya.
Kisah-kisah dalam buku ini diambil dari Kitab Irsyadul Ibad,
karya Syaikh Zainuddin bin Abdil Aziz bin Zainuddin Al-Malibary. Kitab Irsyadul
Ibad berisi banyak ayat, dan hadits tentang petunjuk dalam menjalani kehidupan.
Di dalamnya juga terdapat kisah-kisah yang menarik untuk dibaca, dikaji dan
direnungkan.
Semoga buku kecil ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan
semua pihak yang membantu menyebarkannya.
Saif Ibnu Rusly
بسم الله
الرحمن الرحيم
{كتاب إرشاد العباد}
1. Al-Ghazali
bercerita bahwa dia bermimpi melihat seorang yang telah mati, dikatakan
kepadanya, “Bagaimana kabarmu?” orang mati itu menjawab, “Suatu hari, aku sholat
tanpa wudlu’, maka Allah mengutus serigala yang menakut-nakutiku di dalam
kuburanku. Keadaanku sekarang bersama serigala itu sungguh adalah keadaan yang
buruk.” (Irsyadul Ibad, hal: 9)
2. Syaikh
Mu’inuddin Hasan As-Sijzi bercerita, bahwa dia suatu hari bersama Syaikh Ajil
Sirri. Tibalah waktu sholat, Syaikh Ajil Sirri memperbaharui wudlu’nya, dan
lupa menyela-nyelai jari-jemarinya. Tiba-tiba terdengar suara, “Hai Ajil, kamu
mengaku cinta Muhammad dan mengaku sebagai umatnya tetapi kamu meninggalkan
sunnahnya.” Syaikh Ajil pun bersumpah, “Aku tidak akan meninggalkan satu sunnah
pun dari sunnah-sunnah Nabi Muhammad saw, sejak saat ini hingga saat kematian
nanti.” Syaikh Mu’inuddin berkata, “Aku pernah melihat Syaikh Ajil seakan-akan
dia tidur. Aku bertanya kepadanya tentang hal itu. Dia berkata, “Sejak kejadian
itu, yaitu saat aku lupa menyela-nyelai jari-jemariku sampai saat ini aku ada
dalam kebingungan. Bagaimana aku menghadap Nabi Muhammad dengan wajah ini..?” (Irsyadul
Ibad, hal: 10)
3. Diceritakan
dari Fudlail bin Iyadl bahwa dia lupa dalam wudlunya untuk menyiram tangannya
dua kali. Ketika dia telah sholat, dia tidur, dia bermimpi Nabi Muhammad saw, bersabda,
“Wahai Fudloil, aneh dirimu… Sesungguhnya kamu meninggalkan sunnatku dalam
wdulu’.” Maka Fudloil bangun karena kaget. Dia memperbaharui wudlu’nya dari
awal, melakukan secara giat sholat sunnat lima
ratus rokaat sebagai tebusan atas hal itu. Semoga Allah memberi manfaat
sebabnya, dan para wali lainnya, serta menganugerahkan kita untuk mengikuti
jalan mereka. (Irsyadul Ibad, hal: 10)
4. Imam Al-Ghazali
bercerita, bahwa beliau melihat seorang lelaki di dalam mimpinya. Dikatakan
kepada lelaki itu, “Apa yang Allah lakukan padamu?” lelaki itu menjawab, “Doakan
aku, sesungguhnya aku pernah satu hari tidak sempat melakukan mandi junub, maka
Allah memakaikan padaku baju yang terbuat dari api, aku berguling-guling di
dalamnya.” (Irsyadul Ibad, hal: 11)
5. Imam Al-Yafi’iy
bercerita, bahwa syaikh Izzuddin bin Abdissalam pernah ihtilam (mimpi keluar
mani) pada suatu malam yang sangat dingin. Syaikh menuju air yang telah beku
lalu memecahkannya dan mandi. Hampir saja beliau mati kedinginan. Kemudian
Syaikh tidur dan ihtilam yang kedua kalinya. Beliau menuju air yang telah beku
lalu memecahkannya dan mandi. Tiba-tiba beliau mendengar sebuah suara, “Sungguh
aku akan memberimu kemuliaan dunia dan akhirat sebab hal itu.” Semoga Allah
memuliakan kita bersamanya di dunia dan akhirat. (Irsyadul Ibad, hal: 11)
6. Sebagian
ulama’ salaf bercerita, bahwa dia menguburkan saudara perempuannya yang
meninggal. Sebuah dompet terjatuh di kubur itu tanpa disadarinya. Dia pergi
dari kuburan itu lalu ingat tentang dompetnya. Dia menggali kuburan itu ketika
manusia telah pulang semuanya. Betapa kagetnya dia saat melihat kuburan penuh
kobaran api. Dia tutup kembali kuburan itu dan pulang menemui ibunya dalam
keadaan menangis sedih. Dia berkata, “Wahai ibuku tercinta… ceritakan kepadaku
apa yang telah dilakukan oleh adikku?” ibunya bertanya, “Kenapa kamu bertanya
hal itu?” Dia berkata, “Wahai ibu, aku melihat kuburannya penuh kobaran api
yang membakarnya.” Ibunya menangis dan berkata, “Saudara perempuanmu itu
meremehkan sholat dan melakukannya saat telah berakhir waktunya.” (Irsyadul
Ibad, hal: 14)
7. Diriwayatkan
bahwa sebab Ya’qub diberi musibah tentang anaknya yaitu Yusuf as, adalah karena
Ya’qub menoleh dalam sholanya pada anaknya yang sedang tidur, karena sayang
padanya. (Irsyadul Ibad, hal: 17)
8. Diceritakan
dari Zainal Abidin yaitu Ali bin Husain, bahwa jika dia berwudlu’ jadi kuninglah
warna kulitnya. Jika berdiri untuk sholat, dia gemetar. Dia ditanya, “Apa yang
terjadi padamu?” dia menjawab, “Celaka kalian… Apakah kalian tidak tahu di
hadapan siapa aku berdiri, dan pada siapa aku sedang memohon?” Dalam cerita
lain disebutkan bahwa ketika rumahnya kebakaran dan dia sedang sujud dalam
sholatnya. Orang-orang berkata, “Wahai cucu Rasulullah, ada api…” Tetap saja
dia tenang dalam sujudnya. Dia ditanya tentang hal itu ketika dia telah bangun
dari sujudnya. Dia menjawab, “Api yang lebih besar (teringat neraka) telah
membuatku lupa tentang api itu.” (Irsyadul Ibad, hal: 18)
9. An-Nasyiri
bercerita dari Muhammad bin Sama’ah, bahwa dia berkata, “Aku sholat empat puluh
tahun dan tidak pernah kehilangan kesempatan pada takbiratul ihramnya imam, kecuali
hanya satu kali yaitu ketika ibuku meninggal. Hari itu aku kehilangan
kesempatan satu kali mengikuti sholat jamaah. Aku berdiri melakukan sholat dua
puluh lima kali.
Aku melakukan itu agar mendapat tambahan pahala seperti sholat jamaah. Tiba-tiba
aku ketiduran dan datang seseorang dalam tidurku, dan berkata, “Hai Muhammad, kamu
telah melakukan sholat dua puluh lima
kali. Tetapi, bagaimana dengan amin-nya para malaikat?” (Irsyadul Ibad, hal: 24)
Keterangan: malaikat mengucapkan amin ketika imam selesai membaca surat Al-Fatihah, jika sholat sendirian tentu tidak akan
ada keutamaan ini, meskipun telah melakukan sholat dua puluh lima rokaat.
10. Ad-Daynuri
bercerita dari Al-Awza’iy yang berkata, “Di desa kami ada seorang pemburu
keluar di hari Jumat. Kegiatan sholat Jumat tidak menghalanginya untuk keluar
berburu. Dia dan keledainya ditelan oleh bumi. Manusia keluar melihatnya. Sungguh
keledainya telah masuk ke dalam bumi dan tidak tersisa kecuali hanya hidung dan
ekornya. (Irsyadul Ibad, hal: 25)
11. Ibnu Abi
Syaybah bercerita dari Mujahid bahwa ada sebuah kaum yang keluar mengadakan
perjalanan ketika sholat Jumat telah dilaksanakan. Perkemahan mereka terbakar
oleh api yang tidak mereka lihat. (Irsyadul Ibad, hal: 26)
12. Al-Awza’iy
bercerita dari Maysarah bin Jalis bahwa dia melewati kuburan Babu Tauma’. Seseorang
menuntunnya karena dia buta. Maysarah berkata, “Assalamualaikum, wahai penduduk
kubur. Kalian telah mendahului kami, dan kami akan menyusul kalian. Semoga Allah
memberi Rahmat kepada kami dan kalian, mengampuni kami dan kalian.” Lalu ruh
dari seorang yang telah mati itu dikembalikan dan menjawabnya, “Beruntung
kalian wahai penduduk dunia ketika kalian bisa melakukan haji empat kali dalam
satu bulan.” Maysarah bertanya, “Haji kemana? Semoga Allah memberimu Rahmat..”
Orang mati itu berkata, “Ke sholat Jumat. Apakah kalian tidak tahu bahwa sholat
Jumat adalah haji mabrur yang diterima.?” (Irsyadul Ibad, hal: 26)
13. Diceritakan
bahwa Khallad bin Katsir saat naza’ (dicabut nyawa) menjelang kematiannya, ditemukan
di atas kepalanya sebuah kertas tertulis padanya, “Ini adalah kertas kebebasan
dari neraka untuk Khallad bin Katsir.” Orang-orang bertanya pada keluarganya, “Apa
perbuatan yang telah dilakukannya.?” Keluarganya menjawab, “Dia membaca
sholawat kepada Nabi Muhammad setiap hari Jumat seribu kali: Allahumma sholli
ala Muhammadinin nabiyyil ummiy (semoga Allah memberi sholawat atas Muhammad
Nabi yang ummi.” Kita memohon kepada Allah yang Maha Kuasa dengan kemuliaan
Nabi Pemberi kabar baik agar dicatat untuk kita kebebasan dari neraka, dan
kekekalan di negeri keabadian.”(Irsyadul Ibad, hal: 27)
14. Diceritakan
dari Wali Qutub, Abdul Qadir Jailani ra, bahwa dia bersin di sebuah halamannya
dan melihat sebuah wadah terbuat dari emas yang tergantung di langit. Kemudian
menimba untuknya di dalam awan. Dia mendengar suara di dalamnya. “Minumlah
wahai Abdul Qadir, sungguh kami telah memperbolehkan kepadamu segala yang
diharamkan. Dan kami telah memutus darimu kewajiban-kewajiban.” Syaikh Abdul
Qadir berkata, “Jauhilah kami wahai Iblis terkutuk. Aku tidak lebih mulia di
hadapan Allah dari NabiNya, yaitu Muhammad, sesungguhnya dia tidak melakukan
sedikit pun dari hal itu.” (Irsyadul Ibad, hal: 28)
15. Diceritakan
dari sebagian syaikh, dia bermimpi melihat Sufyan Tsauri yang telah meninggal
dan bertanya padanya, “Bagaimana kamu melihat kematian?” Sufyan Tsauri menjawab,
“Kematian, jangan kamu tanya tentang kebesaran dan kedahsyatannya.” Syaikh itu
berkata, “Amal ibadah apa yang kamu temukan dan bermanfaat?” Sufyan Tsauri
menjawab, “Semua amal baik bermanfaat, tetapi aku selamat dari hisab sebab aku
beristirja’ (mengatakan Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un) dan kesabaranku
atas musibah kematian anakku. Maka Allah berfirman, “Apakah kamu lupa saat aku
mengambil buah hatimu, lalu kamu beristirja’ dan memujiku. Pergilah, sungguh
aku telah mengampuni kesalahanmu, melipat gandakan kebaikanmu dan meninggikan
derajatmu.” Semoga Allah mengampuni kesalahan kita, melipat gandakan kebaikan kita
dan mengangkat derajat kita. (Irsyadul Ibad, hal: 32)
16. Diceritakan
juga dari Ja’far bin Khattab, dia berkata, “Seorang pengemis berhenti di
pintuku. Aku berkata kepada istriku, “Apakah kamu punya sesuatu?” Istriku
menjawab, “Ya, ada empat telur.” Aku berkata, “berikan semua itu kepada
pengemis itu.” Istriku melakukan perintahku. Ketika pengemis itu pergi, seorang
saudaraku datang memberiku hadiah satu keranjang berisi telur. Aku bertanya
pada istriku, “Berapa telur dalam keranjang itu?” dia menjawab, “Tiga puluh
telur.” Aku berkata padanya, “Ya kah? Aku telah memberi pengemis itu empat
telur, dan kamu didatangi tiga puluh telur, mana ada perhitungan seperti ini? (seharusnya
empat puluh, karena satu dibalas sepuluh oleh Allah)” Istriku berkata, “Sebenarnya
telur itu empat puluh, hanya saja yang sepuluh telah pecah.” Dikatakan dalam
kisah ini bahwa tiga telur yang disedekahkan itu masih bagus dan satunya adalah
telur yang pecah. Maka, satu dari masing-masing telur itu dibalas sepuluh kali
lipat seperti sifat aslinya. (Irsyadul Ibad, hal: 37)
17. Imam Al-Qusyairi
bercerita dari sebagian ulama, yang berkata, “Aku pernah melihat seakan-akan
Kiamat telah terjadi. Dikatakan, “Masukkan Malik bin Dinar dan Muhammad bin
Wasi’ ke surga.” Aku melihat, siapakah di antara keduanya yang pertama kali
masuk ke surga? Muhammad bin Wasi’ yang masuk pertama. Aku bertanya penyebabnya.
Dikatakan padaku, “Sesungguhnya dia punya satu pakaian sedangkan Malik punya
dua pakaian.” (Irsyadul Ibad, hal: 41)
18. Diceritakan
oleh sebagian ahli ilmu bahwa dia berkata, “Di desa kami ada lelaki bernama
Muhammad. Dia tidak pernah sholat kecuali terputus-putus, namun ketika masuk
bulan Ramadlan dia berhias diri dengan baju kebanggaan dan parfum, berpuasa, sholat
dan mengganti sholat-sholat yang ditinggalkannya. Aku bertanya padanya tentang
hal itu. Dia menjawab, “saat ini adalah bulan taubat, bulan rahmah dan bulan
berkah. Semoga Allah mengampuniku dengan anugerahnya.” Maka dia meninggal dan
aku melihatnya dalam mimpi. Aku bertanya padanya, “Apa yang Allah lakukan
padamu?” dia menjawab, “Allah mengampuniku karena penghormatan pada bulan
Ramadlan.” Semoga Allah mengampuni kita dan semua kaum msulimin. (Irsyadul Ibad,
hal: 45)
19. Al-Yafi’iy
dan An-Nasyiri bercerita dalam penjelasannya tentang sebagian keanehan yang
terjadi di hari Asyura (10 Muharram). Pada hari itu, binatang buas dan bangsa
burung ikut berpuasa. (Irsyadul Ibad, hal: 49)
20. Diceritakan
dari Fath bin Syahraf bahwa dia berkata, “Aku memecah-mecah roti untuk semut
setiap hari. Ketika tiba hari Asyura (10 Muharram) maka semut itu tidak mau
memakannya. (Irsyadul Ibad, hal: 49)
21. Diceritakan
dari Muhammad bin Al-Munkadir bahwa dia melakukan haji tiga puluh tiga kali. Pada
haji terakhir, saat dia wuquf di padang
Arafah dia berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku telah wuquf di tempat ini tiga
puluh tiga kali. Haji pertama untuk kewajibanku. Haji kedua untuk ayahku. Haji
ketiga untuk ibuku. Aku menjadikanMu saksi wahai Tuhanku, sesungguhnya aku
telah hadiahkan hajiku yang tiga puluh untuk orang yang berhaji dan wuquf di padang Arafah ini yang
hajinya tidak diterima.” Ketika dia meninggalkan padang Arafah dan turun di Muzdalifah, dia
dipanggil di dalam tidurnya, “Wahai ibnu Al-Munkadir, Apakah kamu mau berbuat
baik kepada Tuhan yang Menciptakan kemuliaan? Apakah kamu mau bermurah hati
kepada Tuhan yang Menciptakan kemurahan? Sesungguhnya Allah berfirman padamu, “Demi
kemuliaan dan keagunganku, sungguh aku telah mengampuni orang yang wuquf di
Arafah sebelum aku menciptakan Arafah dalam jarak dua ribu tahun.” Kita memohon
kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Pemurah agar mengampuni kita dari dosa-dosa
besar kita, membawa pengabdian-pengabdian kita, dan menerima taubat kita. (Irsyadul
Ibad, hal: 51)
22. Al-Yafi’iy
bercerita dari Sahl bin Abdillah, dia berkata, “Berkumpulnya waliyyullah (kekasih
Allah) dengan manusia adalah kehinaan, dan menyendirinya adalah kemuliaan. Sedikit
sekali aku melihat waliyyullah kecuali pasti suka menyendiri. (Irsyadul Ibad, hal:
52)
23. Diceritakan
bahwa ada sebagian orang thawaf melihat pada seorang amrad (lelaki tampan) atau
wanita, maka jatuhlah biji matanya ke pipinya. Ada juga sebagian mereka meletakkan kedua
tangannya kepada seseorang lalu menempel. Manusia tidak mampu memisahkannya
sehingga ada sebagian ulama’ memberitahu mereka agar keduanya kembali ke tempat
tadi yang digunakan untuk bermaksiat lalu berjanji kepada Allah dan bertaubat
dengan benar. Keduanya melakukan itu. Allah pun membukanya. (Irsyadul Ibad, hal:
53)
24. Yusuf Al-Maliky
bercerita bahwa Imam Abu Bakar bin Faurak tidak pernah tidur di sebuah rumah
yang di dalamnya ada mushaf Al-Qur’an. Jika dia ingin tidur maka dia pindah
dari tempat itu sebagai rasa takdzim pada kitab Allah Azza wa Jalla. (Irsyadul
Ibad, hal: 54)
25. Al-Yafi’iy
berkata, “Aku mendengar sebagian orang sholih di sebuah negeri Yaman ketika
dimakamkan dan manusia telah pulang, terdengar dari kuburnya pukulan dan
hantaman yang bengis, kemudian keluar dari kuburnya seekor anjing hitam. Syaikh
bertanya kepada anjing hitam itu, “Celaka kamu, siapa kamu?” Anjing itu
menjawab, “Aku adalah amal perbuatan orang mati itu.” Syaikh bertanya, “Pukulan
tadi, padamu atau padanya?” Anjing itu menjawab, “Pukulan itu padaku. Aku
menemukan di sampingnya ada surat
Yasin dan saudara-saudaranya (seperti Ar-Rahman, Waqiah, Al-Mulk, dan lain-lain,
red). Surat-surat itu memisahkanku darinya lalu memukulku dan mengusirku.” Kita
memohon kepada Allah Yang Maha Pemberi, agar menjauhkan kita dari siksa kubur
dan neraka, serta memberi kita bidadari, surga dengan berkah Al-Qur’an, amin. (Irsyadul
Ibad, hal: 56)
26. Diriwayatkan
bahwa seorang yang melampaui batas dari bangsa Israel ketika mati dilempar ke
jurang. Allah mewahyukan kepada Musa “Mandikan dia dan sholatlah untuknya. Sesungguhnya
aku mengampuninya.” Musa bertanya, “Ya Tuhanku, sebab apa hal itu?” Allah
berfirman, “Sesungguhnya dia membuka kitab Taurat pada suatu hari. Dia temukan
di dalamnya nama Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Dia membaca sholawat
padanya dan diampuni sebab itu.” (Irsyadul Ibad, hal: 61)
27. Sebagian
ulama bercerita, “Aku melihat di Shofa seorang lelaki mengendarai keledai. Di
hadapannya ada dua pemuda yang bertindak bengis pada manusia. Kemudian, aku
melihatnya di Bagdad dalam keadaan hina, keletihan,
rambutnya panjang. Aku bertanya padanya, “Apa yang Allah lakukan padamu?” Dia
berkata, “Aku meninggikan diri di tempat orang-orang yang merendahkan diri di
dalamnya. Maka Allah merendahkanku di tempat orang-orang yang meninggikan
dirinya.” Semoga Allah memberi kita sifat rendah hati dan meninggikan kita
sebabnya pada tempat yang tinggi. (Irsyadul Ibad, hal: 37)
28. Al-Ghazali
bercerita di dalam kitab Ihya’ bahwa ada seorang yang punya sapi yang dia perah
kemudian mencampur susunya dengan air, lalu menjualnya. Pada suatu hari ada
banjir yang meneggelamkan sapinya. Sebagian anaknya berkata padanya, “Sesungguhnya
air-air yang terpisah-pisah yang telah kita tuangkan ke susu telah berkumpul
menjadi satu dan menenggelamkan sapi itu.” (Irsyadul Ibad, hal: 75)
29. Syaqiq Al-Balkhi
bercerita bahwa Abu Hanifah punya teman dalam berdagang yang dipanggil Bisyr. Suatu
hari Bisyr keluar untuk berdagang ke Mesir. Abu Hanifah memberinya tujuh puluh
baju sutera, kemudian menulis bahwa, “di dalam baju-baju itu ada satu baju
sutera yang punya aib (rusak sedikit) dengan ciri-ciri begini dan begitu. Jika
kamu menjualnya, maka jelaskan kepada pembeli tentang aib itu.” Bisyr menjual
semua baju itu dan pulang ke Kufah. Abu Hanifah bertanya, “Apakah kamu
menjelaskan tentang aib yang ada di baju sutera itu?” Bisyr berkata, “Aku lupa
tentang hal itu.” Abu Hanifah menyedekahkan semua uang dagangannya, modal dan
labanya semuanya yang berjumlah seribu dirham. “Sungguh telah masuk ke dalam
harta itu suatu syubhat maka aku tidak membutuhkannya.” (Irsyadul Ibad, hal: 75)
30. Diceritakan
juga bahwa ada seorang wanita Israel
mempunyai rumah di samping istana raja. Rumah itu mengganggu pemandangan istana.
Setiap kali raja mencoba membeli rumah itu, wanita itu menolak untuk menjualnya.
Suatu hari, wanita itu keluar dalam sebuah perjalanan. Raja menyuruh agar rumah
itu dihancurkan. Pada saat wanita itu pulang dari perjalanannya, dia bertanya, “Siapa
yang menghancurkan rumahku?” Dikatakan kepadanya, “Raja telah menghancurkannya.”
Wanita itu mengangkat pandangannya ke langit dan berkata, “Tuhanku, pemimpinku,
tuanku… Aku telah menjauh dan Kamu selalu hadir. Kamu Pembela bagi orang lemah
dan Penolong bagi orang yang dianiaya.” Kemudian dia duduk. Raja keluar bersama
rombongannya, dan saat melihat wanita itu, raja berkata, “Apa yang kamu tunggu
disini?” Wanita itu menjawab, “Aku menunggu runtuhnya istanamu.” Raja mengejek
ucapan itu dan menertawainya. Pada saat malam tiba, raja dan istananya ditelan
bumi. Di bekas runtuhan istana itu ada tulisan: “Apakah kamu meremehkan doa dan
meremehkannya? Apakah kamu tidak tahu apa yang dilakukan oleh sebuah doa? Sungguh
Allah telah berkehendak pada sesuatu yang kamu lihat. Tidak ada kerajaan yang
kekal di sisimu.” (Irsyadul Ibad, hal: 81)
31. “Diceritakan
ada seorang lelaki yang tenggelam dalam kerusakan moral telah mati di tepian kota Basrah. Istrinya
tidak menemukan orang yang mau membantu membawa jenazahnya karena sangat banyak
perbuatan buruknya. Manusia menjauh darinya. Kemudian istrinya menyewa beberapa
tukang pikul untuk membawanya ke sebuah tempat sholat. Tidak seorang pun yang
mau sholat untuknya. Mereka membawanya ke padang
pasir untuk menguburnya. Di dekat padang
pasir itu ada sebuah gunung yang dihuni oleh seorang lelaki yang termasuk tokoh
orang-orang zuhud. Lelaki zuhud itu turun ingin sholat untuknya. Tersebarlah
berita itu ke seluruh negeri, mereka berkata, “Lelaki zuhud turun untuk si ahli
maksiat.” Manusia keluar untuk ikut melakukan sholat bersama lelaki zuhud itu. Mereka
heran terhadap kemauanya menyolati si ahli maksiat. Lelaki zuhud itu berkata
pada mereka, “Sesungguhnya dikatakan kepadaku dalam mimpiku, “Turunlah kamu
pada sebuah tempat, kamu akan melihat sebuah jenazah lelaki yang tidak
mempunyai siapa-siapa kecuali hanya istrinya. Sholatlah kamu untuknya, sesungguhnya
dia telah diampuni dosanya.” Maka bertambah heran orang-orang atas hal itu. Lelaki
zuhud itu bertanya kepada istri orang itu tentang perbuatan dan rahasianya. Wanita
itu berkata, “Dia itu sepanjang hari ada di tempat pelacuran, sibuk dengan
khomernya.” Lelaki zuhud bertanya lagi, “Pikirkan lagi apakah dia punya amal
baik?” Wanita itu menjawab, “Tidak, demi Allah, sesungguhnya dia itu sadar dari
mabuknya ketika akan sholat Shubuh, lalu mengganti bajunya, berwudlu dan sholat
Shubuh. Setelah itu dia kembali ke tempat pelacuran dan asyik dengan khomer dan
permainannya. Namun, rumahnya tidak pernah sepi dari satu anak yatim, kadang
dua anak yatim yang diperlakukan penuh kasih sayang melebihi anaknya sendiri. Ketika
dia sadar di pertengahan mabuknya, dia menangis dan berkata, “Ya Allah, di
pojok manakah dari pojok-pojoknya neraka Jahannam, Kamu akan masukkan aku sebab
keburukan moral ini?” (Irsyadul Ibad, hal: 83)
32. Al-Baghawi
bercerita dalam kitab Ma’alimnya bahwa dalam bangsa Israel ada seorang lelaki sholih
yang punya anak kecil dan punya seekor anak sapi yang dibawa ke hutan dan
berkata, “Ya Allah aku titipkan padaMu anak sapi ini untuk anakku sehingga dia
besar.” Kemudian lelaki itu meninggal dan sapi itu pun ada di dalam hutan dalam
keadaan aman. Anak sapi itu selalu lari setiap kali ada orang melihatnya. Anak
itu tumbuh menjadi anak yang patuh pada orang tuanya, dan membagi malam harinya
menjadi tiga bagian; sepertiga malam untuk sholat, sepertiga malamnya lagi
untuk tidur dan sepertiga malamnya lagi untuk duduk di samping kepala ibunya. Jika
telah masuk waktu pagi, anak itu berangkat mencari kayu bakar, memikul kayu-kayunya
ke pasar dan menjualnya sesuai harga yang dikehendaki oleh Allah. Dia jadikan
uangnya sepertiga untuk sedekah, sepertiga lagi untuk makan, dan sepertiga lagi
untuk diberikan kepada ibunya. Pada suatu hari ibunya berkata, “Sesungguhnya
bapakmu mewariskan padamu seekor anak sapi yang dia titipkan di dalam hutan itu,
maka berangkatlah kamu, dan berdoalah pada Tuhannya Ibrahim, Ismail, Ishak dan
Yaqub agar mengembalikannya padamu. Adapun ciri-cirinya adalah ketika kamu
melihatnya maka kamu akan melihat seakan-akan sinar matahari muncul dari
kulitnya. Anak sapi itu dikenal dengan sebutan Al-Mudzahhabah (yang lumuri emas)
karena sangat bagusnya dan sangat kuning warnanya.” Anak itu pergi ke hutan dan
melihat sapi itu sedang merumput. Berteriaklah anak itu dan berkata, “Aku
menginginkanmu atas nama Tuhan Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Yaqub.” Sapi itu
mendatanginya secara cepat dan berdiri di hadapannya. Dia memegang lehernya dan
menuntunnya. Sapi itu berkata, “Wahai pemuda yang berbakti kepada ibu dan
bapaknya. Tunggangilah aku, sesungguhnya hal itu akan lebih mudah bagimu.”
Pemuda itu berkata, “Sesungguhnya ibuku tidak menyuruhku melakukan hal itu, tetapi
dia berkata, “Peganglah lehernya.” Sapi itupun berkata, “Demi Tuhannya bangsa Israel, seandainya
kamu menunggangiku maka kamu tidak akan pernah mampu memilikiku selamanya, berjalanlah,
maka sesungguhnya jika kamu menyuruh gunung untuk keluar dari tempatnya niscaya
ia akan berjalan bersamamu karena perbuatanmu yang sangat baik kepada ibumu.”
Pemuda itu berjalan membawanya kepada ibunya. Ibunya berkata, “Sesungguhnya
kamu miskin, tidak ada harta pada dirimu. Dan adalah pekerjaan yang berat
bagimu jika siang hari kamu mencari kayu dan malam hari kamu beribadah, maka
pergilah, jual sapi ini.” Pemuda itu bertanya, “Berapa saya menjualnya?” Ibunya
menjawab, “Tiga dinar, dan janganlah kamu menjualnya tanpa bermusyawarah
denganku. Harga sapi itu adalah tiga dinar.” Pemuda itu berangkat ke pasar. Allah
mengutus seorang malaikat untuk melihat akhlaqnya, kemampuannya dan untuk
menguji pemuda itu tentang kebaktiannya pada orang tuanya, dan Allah Maha
Mengetahui atas hal itu. Malaikat berkata pada pemuda itu, “Berapa harga sapi
yang kamu jual ini?” Pemuda itu menjawab,
“Tiga dinar dan harus berdasarkan musyawarah dengan ibuku.” Malaikat berkata, “Ambillah
enam dinar dan tidak perlu bermusyawarah dengan ibumu.” Pemuda itu menjawab, “Seandainya
kamu memberiku emas seberat sapi ini aku tidak akan mengambilnya kecuali atas
ijin ibuku.” Kemudian dia pergi ke ibunya dan memberitahu harganya. Ibunya
berkata, “Kembalilah kamu kepadanya dan juallah enam dinar atas kerelaanku.”
Maka berjalanlah pemuda itu ke pasar. Malaikat datang kembali dan berkata, “Apa
kamu telah bermusyawarah pada ibumu?” Pemuda itu menjawab, “Sesungguhnya ibuku
menyuruhku tidak mengurangi harganya dari enam dinar atas perintahnya.”
Malaikat berkata, “Sesungguhnya aku akan memberimu dua belas dinar tanpa kamu
harus bermusyawarah pada ibumu.” Pemuda itu kembali menolak dan kembali ke
ibunya dan memberitahukan hal itu. Ibunya berkata, “Sesungguhnya yang
mendatangimu itu adalah malaikat yang menyamar sebagai manusia untuk mengujimu.
Jika dia datang lagi, katakan padanya, “Apakah kamu menyuruhku menjual sapi ini
atau tidak?” Maka pemuda itu melakukan saran ibunya. Malaikat berkata, “Pergilah
kepada ibumu dan katakan padanya, “Tahanlah sapi ini. Sesungguhnya Musa bin
Imran akan membelinya darimu sebab adanya orang yang terbunuh dari bangsa Israel. Janganlah
kamu jual kecuali dengan harga dinar emas sepenuh kulitnya.” Pemuda itu
melakukannya dan Allah mentakdirkan kepada bangsa Israel untuk menyembelih sapi itu. Bangsa
Israel
tidak henti-hentinya bertanya sifat-sifatnya sehingga diberikan keterangan
tentang sifat-sifat sapi itu sebagai balasan atas kebaikannya pada orang tuanya,
sebagai keutamaan dariNya dan kasih sayang. (Irsyadul Ibad, hal: 92)
33. Al-Yafi’iy
bercerita bahwa Allah swt, mewahyukan pada Sulaiman bin Daud as, “Keluarlah
kamu ke tepi laut. Kamu akan melihat keajaiban.” Sulaiman bin Daud as, keluar
ditemani sekumpulan jin dan manusia. Ketika dia sampai di tepi laut, dia
menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak ada sesuatu yang dilihatnya. Dia
berkata kepada Jin Ifrit, “Menyelamlah ke dasar laut ini. Bawalah berita
tentang sesuatu yang tidak aku ketahui yang kamu dapat dari sana.” Jin itu menyelam dan kembali beberapa
detik lalu berkata, “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya ku pergi ke dasar laut
sepanjang perjalanan sekian dan sekian, namun aku tidak sampai ke dasar laut
paling bawahnya. Aku tidak melihat sesuatu.” Nabi Sulaiman berkata kepada Jin
Ifrit yang lain, “Menyelamlah ke dalam laut ini, dan bawalah kepadaku sesuatu
yang kamu temukan di dalamnya.” Jin itu menyelam dan kembali dalam beberapa
detik, dan berkata seperti apa yang dikatakan oleh jin Ifrit pertama. Hanya
saja dia menyelam dua kali lebih dalam dari yang tadi. Nabi Sulaiman berkata
kepada Ashif bin Barikhya, dia adalah seorang menterinya yang disebutkan oleh
Allah dalam Al-Qur’an, (artinya) “Berkata seseorang yang punya ilmu dari Al-Kitab.”
(Surat An-Naml,
40) Nabi Sulaiman berkata kepada Ashif, “Bawalah kepadaku berita tentang
sesuatu yang ada di dalam laut ini.” Ashif menceritakan bahwa ada sebuah kubah
yang terbuat dari kafur putih yang memiliki empat pintu; pintu satu terbuat dari permata, pintu kedua terbuat
dari yaqut, pintu ketiga terbuat dari intan, pintu keempat terbuat dari
Zabarjad hijau. Semua pintu itu terbuka tetapi anehnya tidak ada setetes air
yang masuk ke dalamnya. Kubah itu ada di dalam laut sedalam tiga kali
perjalanan jin Ifrit pertama tadi. Kemudian Ashif meletakkan kubah itu di
hadapan Nabi Sulaiman as, sedangkan di tengah kubah itu ada seorang pemuda
paling tampannya pemuda, berpakaian bersih, sedang berdiri melakukan sholat. Nabi
Sulaiman as, masuk ke kubah itu dan mengucapkan salam padanya, dan berkata, “Apa
yang menyebabkanmu diturunkan ke dasar laut ini?” pemuda itu menjawab, “Wahai
Nabi Allah, sesungguhnya ayahku adalah orang lumpuh, dan ibuku adalah orang
buta. Aku mengabdi kepada mereka selama tujuh puluh tahun. Ketika kematian
mendatangi ibuku, ibuku berkata, “Ya Allah panjangkan kehidupan anakku dalam
ketaatan padamu.” Ketika kematian menemui ayahku, dia berkata, “Ya Allah
jadikanlah anakku mengabdi padamu di sebuah tempat yang tidak ada jalan bagi
setan untuk memasukinya.” Kemudian aku pergi ke tepi laut ini setelah mengubur
keduanya, dan melihat kubah ini. Aku masuk ke dalamnya untuk melihat
keindahannya. Tiba-tiba seorang malaikat membawa kubah ini padahal aku masih
ada di dalamnya. Dia menurunkanku ke dasar laut ini. Sulaiman berkata, “Pada
masa siapa kamu datang ke tepi laut ini?” Pemuda itu berkata, “Sejak zaman Nabi
Ibrahim as.” Nabi Sulaiman melihat sejarah, dan menemukan jarak itu sejauh 1.400
tahun (seribu empat ratus tahun), padahal pemuda itu tetap muda, tidak ada uban
di kepalanya. Nabi Sulaiman as, kembali bertanya, “Apa yang kamu makan dan kamu
minum selama ada di dalam laut ini?” pemuda itu berkata, “Wahai Nabi Allah, setiap
hari seekor burung hijau datang kepadaku, di paruhnya ada benda kuning sebesar
kepala manusia, maka aku memakannya. Aku merasakan rasa dari berbagai macam
kenikmatan di dunia. Maka hilanglah lapar dan haus dariku, hilang juga rasa
panas, dingin, tidur, kantuk, lemas, dan rasa kesepian.” Nabi Sulaiman as, berkata,
“Apakah kamu senang untuk tinggal bersama kami atau kamu ingin kembali ke
tempatmu.” Pemuda itu menjawab, “Kembalikan aku ke tempatku wahai Nabi Allah.”
Nabi Sulaiman pun berkata, “Kembalikan dia wahai Ashif.” Maka Ashif
mengembalikannya dan Nabi Sulaiman menoleh sambil berkata, “Lihatlah bagaimana
Allah menerima doa kedua orang tua, maka hati-hatilah kalian dari berbuat buruk
kepada kedua orang tua.” (Irsyadul Ibad,
hal: 93)
34. Ahmad dari
Utsman bin Ash berkata, “aku mendengar Rasulullah saw, bersabda, “Nabi Allah
Daud punya sebuah waktu yang dia gunakan untuk membangunkan keluarganya sambil
berkata, “Wahai keluarga Daud, bangunlah kalian dan sholatlah. Sesungguhnya
waktu saat ini adalah waktu Allah mengabulkan doa kecuali doanya penyihir.” (Irsyadul
Ibad, hal: 103)
35. Al-Yafi’iy
pernah bercerita, bahwa ada seorang pemuda di kalangan bangsa Israel. Tidak
ada pemuda yang lebih tampan darinya di zamannya. Pemuda itu penjual keranjang.
Suatu hari, saat dia berkeliling menjual keranjang, seorang wanita keluar dari
sebuah rumah milik raja dari raja-raja Israel. Ketika wanita itu
melihatnya, wanita itu pulang tergesa-gesa dan berkata kepada anak perempuan
raja, “Sesungguhnya aku melihat seorang pemuda di pintu sedang menjual
keranjang. Aku belum pernah melihat pemuda setampan dia.” Putri raja itu
berkata, “Masukkan dia kesini…” wanita itu keluar padanya dan berkata, “Wahai
pemuda, masuklah bersamaku. Kami akan membeli barang daganganmu.” Maka masuklah
pemuda itu. Wanita itu mengunci pintunya. Kemudian lelaki itu masuk lagi ke
pintu yang lain. Wanita itu menguncinya, begitu juga hingga dikunci untuknya
tiga pintu. Putri raja itu menghadap lelaki itu dengan wajah dan dada bagian
atas terbuka. Pemuda itu berkata, “Silahkan beli keperluanmu.” Putri raja
berkata, “Kami tidak mengajakmu untuk hal itu. Kami mengajakmu untuk hal ini, yaitu
bermesraan.” Pemuda itu berkata, “Takutlah kalian pada Allah..!!” Putri raja
itu berkata, “Jika kamu tidak menuruti kemauanku, aku akan melaporkanmu pada
raja, bahwa kamu telah masuk ke rumah ini untuk memperkosaku..” Pemuda itu
memberinya nasehat, tetapi putri raja menolak. Pemuda itu berkata, “Bawakan aku
sebuah tempat wudlu.” Putri itu berkata, “Pelayan, bawakan padanya tempat
wudlu’ di atas gedung istana, di sebuah tempat yang mana dia tidak akan bisa
lari darinya. Al-Yafi’iy melanjutkan ceritanya, “Dari atas gedung itu ke tanah
berjarak empat puluh hasta. Ketika ada di paling atasnya gedung, pemuda itu
berdoa, “Ya Allah, seseungguhnya aku telah diajak untuk bermaksiat padamu. Aku
memilih untuk melemparkan diriku dari gedung ini karena aku tidak mau
bermaksiat padamu.” Kemudian pemuda itu membaca, “Bismillaah…!!” sambil
melompat dari atas gedung. Allah menurunkan seorang malaikat dari malaikat-malaikatnya
lalu memegang dua ketiaknya, meletakkannya dalam keadaan berdiri di atas kedua
kakinya. Ketika sudah tiba di tanah, pemuda itu berkata, “Ya Allah, seandainya
saja kamu memberiku rizki yang bisa menolongku agar aku tidak berjualan
keranjang ini..” Allah mengutus beberapa belalang emas kepadanya sehingga
keranjangnya penuh. Ketika seekor belalang hinggap di bajunya, pemuda itu
berkata, “Ya Allah jika rizki ini adalah rizkiku di dunia maka berikanlah
keberkahan.” Maka dikatakan padanya, “sesungguhnya sesuatu yang aku berikan
padamu ini adalah sebagian dari dua puluh lima
pahala dari kesabaranmu saat melompat dari gedung ini.” Pemuda itu berkata, “Ya
Allah, aku tidak punya keperluan atas sesuatu yang akan mengurangi sesuatu yang
aku miliki disisiMu, di akhirat nanti.” Maka Allah menghilangkan semua itu
darinya. Dikatakan kepada setan, “Apakah kamu bisa menggodanya?” maksudnya, “apakah
kamu bisa menggodanya untuk berbuat dosa?”, setan berkata, “Bagaimana aku bisa
menggoda seseorang yang merendahkan dirinya di hadapan Allah?” Semoga Allah
meridloinya, memberi kita manfaat darinya. (Irsyadul Ibad, hal: 106)
36. Al-Ashmu’iy
berkata, “Aku keluar untuk haji ke Baytullah Al-Haram dari arah Syam. Ketika
kami berjalan, keluar pada kami seekor singa bertubuh besar, pandangannya tajam,
menghadang jalan rombongan. Aku berkata pada seorang laki-laki di sampingku, “Apakah
dalam rombongan ini tidak ada seorang lelaki yang bisa mengambil pedang dan
mengusir singa itu?” Lelaki itu berkata, “jika laki-laki maka aku tidak tahu. Tetapi
aku kenal seorang wanita yang bisa mengusirnya tanpa pedang.” Aku bertanya, “Mana
dia?” lelaki itu berdiri dan aku berdiri menemaninya menuju sebuah tandu yang
dekat dari kami. Lelaki itu memanggil, “Wahai putriku, turunlah, usirlah untuk
kami singa itu..!” putri itu berkata, “Wahai ayah, apakah hatimu senang jika
singa itu melihatku padahal singa itu jantan dan aku wanita? Tetapi wahai
ayahku, katakan kepada singa itu, “anakku Fatimah mengucapkan salam padamu dan
bersumpah atasmu demi Allah yang tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur,
jika kamu tidak pergi dari jalannya rombongan kamu ini.” (Irsyadul Ibad, hal: 108)
37. Diceritakan
dari Fudloil bin Iyadl ra, bahwa dia datang pada saat seorang muridnya akan
meninggal dunia. Dia membacakan padanya Syahadat, tetapi mulutnya tidak
mengucapkannya. Hal itu dicoba berulang-ulang. Murid itu berkata, “Aku tidak
akan mengucapkannya dan aku berlepas diri darinya.” Kemudian murid itu
meninggal. Maka keluarlah Fudloil bin Iyadl dari samping muridnya dalam keadaan
menangis. Beberapa jam setelah itu, Fudloil melihat dalam mimpinya, bahwa murid
itu dibawa ke neraka. Fudloil berkata padanya, “Wahai orang miskin, kenapa
dicabut kema’rifatan itu darimu?” murid itu berkata, “Wahai guru, aku pernah
punya penyakit, dan aku mendatangi seorang dokter. Dokter itu berkata padaku, “Minumlah
setiap tahun satu gelas khomer. Jika kamu tidak melakukannya, maka penyakitmu
tidak akan pernah hilang darimu.” Maka aku melakukan saran itu, aku meminumnya
satu tahun satu kali untuk pengobatan.” Hal ini adalah keadaan bagi orang yang
meminumnya untuk pengobatan, maka bagaimana keadaan orang yang meminumnya
dengan tujuan lain? Kita memohon kepada Allah kesehatan dari setiap musibah dan
ujian. (Irsyadul Ibad, hal: 112)
38. Diceritakan
bahwa sebagian orang bertaubat ditanya tentang penyebab taubatnya. Dia berkata,
“Suatu hari aku menggali kubur, aku melihat di dalamnya beberapa orang mati
berpaling dari arah kiblat. Aku bertanya hal itu kepada keluarga-keluarga
mereka tentang mereka. Keluarga-keluarga itu menjawab, “mereka yang telah mati
itu meminum khomer ketika masih hidup di dunia ini dan belum sempat bertaubat.”
(Irsyadul Ibad, hal: 108)
39. Diceritakan
dari Nabasy bahwa dia berkata, “Aku menggali sebuah kubur, aku melihat
penghuninya berubah menjadi babi, dan benar-benar diikat dengan rantai dan
belenggu di lehernya. Aku pun takut melihat kejadian itu. Aku ingin keluar dari
kubur itu, tapi tiba-tiba ada seseorang yang berkata, “Apakah kamu tidak mau
bertanya tentang amal perbuatannya dan mengapa dia disiksa?” aku bertanya, “Kenapa?”
Suara itu menjawab, “Dia minum khomer saat masih hidup di dunia dan mati
sebelum bertaubat.” (Irsyadul Ibad, hal: 112)
40. Diceritakan
dari orang-orang sholih, bahwa dia berkata, “Ananku meninggal. Ketika aku
menguburkannya, aku bermimpi melihatnya beberapa saat setelah itu. Rambutnya
beruban. Aku bertanya padanya, “Wahai anakku, aku menguburkanmu saat masih muda,
dan mengapa kamu beruban?” Dia berkata, “Wahai ayahku, ketika kamu
menguburkanku, di sampingku ada orang yang dikuburkan. Dia suka minum khomer
ketika di dunia. Api menyala saat kehadirannya ke kuburan. Maka tidak ada yang
tersisa dari kami seorang pemuda kecuali beruban rambutnya sebab dahsyatnya
nyala api itu.” Kita memohon kepada Allah perlindungan dari hal itu. (Irsyadul
Ibad, hal: 112)
41. Diceritakan
dari Imam Syafi’iy ra, bahwa dia berkata, “Aku tidak pernah bersumpah demi
Allah sepanjang usiaku, tidak bersumpah dalam kedustaan dan kejujuran.” (Peringatan)
sesungguhnya sumpah yang dusta hukumnya adalah haram, dan itu adalah dosa besar
menurut kesepakatan ulama’. (Irsyadul Ibad, hal: 113)
42. Auf bin
Abdillah berkata, “Telah sampai kepadaku bahwa, tidaklah airmata manusia
mengenai sebuah tempat dari badannya kecuali Allah haramkan tempat itu dari api
neraka. Muhammad bin Al-Munkadir ketika menangis, dia mengusapkan airmatanya ke
wajah dan jenggotnya dan berkata, “Telah sampai kepadaku keterangan bahwa api
neraka tidak akan membakar tempat yang terkena airmata (airmata taubat, red).” (Irsyadul
Ibad, hal: 115)
43. Hasan berkata,
“Sesungguhnya Adam as, menangis ketika diusir dari surga selama tiga ratus
tahun sehingga mengalir sungai Sarandib sebab airmatanya.” (Irsyadul Ibad, hal:
115)
44. Mujahid
berkata, “Daud as, menangis selama empat puluh hari dalam keadaan sujud, tidak
mengangkat kepalanya sampai rumput tumbuh dan menutupi kepalanya. (Irsyadul
Ibad, hal: 115)
45. Dalam kitab
Shahih Al-Bukhori, dari Aisyah ra, bahwa Abu Bakar ra, adalah seorang lelaki
yang mudah menangis, tidak bisa menguasai kedua matanya saat membaca Al-Qur’an.”
(Irsyadul Ibad, hal: 116)
Bondowoso, 10 Muharram 1434 H
Saif Ibnu Rusly