Monday, May 7, 2012

Kisah Teladan 1

Judul Buku : Ibadiyyah (Kisah dari Kitab Irsyadul Ibad)
Hikayah : Jilid 1
Penulis: Saif Ibnu Rusly

IRSYADUL IBAD
1.         Pernah sholat tanpa wudlu', ditemani serigala dalam kubur
2.         Lupa menyela-nyelai jemari saat wudlu' langsung ditegur dalam mimpi
3.         Fudloil bin 'Iyadl lupa menyiram anggota wudlu' dua siraman. Rasul menegurnya di dalam mimpi.
4.         Pernah tidak mandi junub, dipakaikan baju api dalam kubur
5.         Syeikh Izzuddin mandi junub meski cuaca sangat dingin. Allah memberinya kemuliaan dunia dan akhirat
6.         Menggali kubur untuk mengambil dompet yang jatuh. Kuburan dipenuhi api karena mayat sering meninggalkan sholat
7.         Kebutaan Nabi Ya'qub disebabkan pernah menoleh saat sholat pada Yusuf yang tidur
8.         Ali Zainal Abidin gemetar saat hendak melakukan sholat karena takut kepada Allah
9.         Ketinggalan satu kali sholat Jama'ah. Lalu menggantinya dengan sholat dua puluh lima kali
10.       Tidak sholat Jum'at, pemburu ditelan bumi
11.       Tidak sholat Jum'at, tenda suatu kaum terbakar oleh api yang tidak kelihatan
12.       Ibadah Jum'at adalah haji mabrur seminggu sekali
13.       Disiplin bersholawat seribu kali setiap malam Jum'at, dapat surat jaminan terbebas dari neraka
14.       Syeikh Abdul Qadir Jailani melawan tipudaya setan
15.       Sabar atas musibah, bebas dari siksa kubur
16.       Sedekah empat telur dibalas empat puluh telur. Sepuluh di antaranya pecah.
17.       Muhammad bin Wasi' masuk surga mendahului Malik bin Dinar sebab dia hanya punya satu gamis, sedangkan Malik punya dua gamis
18.       Menyambut Ramadlan penuh penghormatan; Mandi, memakai baju bagus, memakai parfum dan mengqadla' sholat-sholat yang pernah ditinggalkan sebelum Ramadlan. Allah pun mengampuninya
19.       Binatang buas juga berpuasa Tasu'a & 'Asyura
20.       Semut menolak makan saat hari Tasu'a & 'Asyura
21.       Muhammad bin Munkadir berhaji tiga puluh tiga kali. Pertama untuk dirinya. Kedua dihadiahkan pahalanya untuk bapaknya. Ketiga untuk ibunya. Sisanya untuk orang yang tidak diterima hajinya.
22.       Waliyyullah selalu menyepi dari keramaian
23.       Seseorang yang thawaf melihat perempuan dengan syahwat, tiba-tiba kedua matanya jatuh. Ada juga yang kedua tangannya menempel pada wanita yang disentuhnya. Orang-orang tidak mampu melepasnya. Ulama' memerintahkan agar dibawa ke tempat dia melakukan maksiat dan diminta berjanji tidak akan mengulanginya
24.       Imam Abu Bakar tidak mau tidur di kamar yang ada Al-Qur'annya karena sangat memuliakannya
25.       Anjing hitam dipukul oleh pahala surat Yasin
26.       Seorang Bani Israel yang jahat diampuni oleh Allah karena pernah membuka kitab Taurat dan membaca sholawat dan salam atas Nabi saat melihat ada nama nabi Muhammad di dalamnya
27.       Karena bersikap sombong di daerah bukit Shofa maka Allah menghinakannya di Bagdad
28.       Mencampur air dalam susu yang dijual, tiba-tiba ada banjir yang menghanyutkan sapi perahnya
29.       Imam Hanafi menyedekahkan semua uang hasil penjualan tujuh puluh baju sutera karena orang yang menjualkannya lupa memberi tahu satu baju yang ada cacatnya pada pembeli
30.       Raja menggusur rumah wanita karena mengganggu pemandangan istana. Istana raja ditelan bumi
31.       Diampuni karena sangat mengasihi anak yatim
32.       Sapi milik anak yang berbakti pada orang tuanya
33.       Nabi Sulaiman menemukan kubah yang berisi seorang lelaki yang sedang sujud. Keistimewaan itu sebab pengabdiannya kepada kedua orang tuanya
34.       Nabi Daud setiap malam membangunkan keluarganya untuk berdoa kepada Allah
35.       Pemuda tampan yang kuat iman menolak rayuan seorang puteri raja. Melompat dari jendela tingkat atas lalu malaikat menyelamatkannya
36.       Wanita yang tidak mau mengusir singa karena singat itu bukan mahromnya. Subhanallah..
37.       Tidak bisa membaca syahadat saat sekarat karena pernah minum khamer satu kali untuk berobat
38.       Mayat peminum khamer tidak menghadap kiblat
39.       Mayat berwajah babi, dirantai dan dibelenggu ke lehernya karena minum khamer di masa hidupnya
40.       Api membakar peminum khamer di alam kuburnya
41.       Imam Syafi'iy tidak pernah bersumpah atas nama Allah selama hidupnya
42.       Anggota badan yang terkena air mata karena rasa takut pada Allah akan terbebas dari api neraka
43.       Setelah diusir dari surga, Adam menangis tiga ratus tahun hingga terciptalah danau Sarandib
44.       Nabi Daud pernah menangis selama empat puluh hari sambil bersujud
45.       Abu Bakar selalu menangis setiap kali membaca Al-Qur'an

بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya penciptaan. Sholawat dan salam atas Baginda Nabi Muhammad saw, keluarga dan semua sahabatnya.
Kisah-kisah dalam buku ini diambil dari Kitab Irsyadul Ibad, karya Syaikh Zainuddin bin Abdil Aziz bin Zainuddin Al-Malibary. Kitab Irsyadul Ibad berisi banyak ayat, dan hadits tentang petunjuk dalam menjalani kehidupan. Di dalamnya juga terdapat kisah-kisah yang menarik untuk dibaca, dikaji dan direnungkan.
Semoga buku kecil ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua pihak yang membantu menyebarkannya.

Saif Ibnu Rusly

بسم الله الرحمن الرحيم
{كتاب إرشاد العباد}
1.         Al-Ghazali bercerita bahwa dia bermimpi melihat seorang yang telah mati, dikatakan kepadanya, “Bagaimana kabarmu?” orang mati itu menjawab, “Suatu hari, aku sholat tanpa wudlu’, maka Allah mengutus serigala yang menakut-nakutiku di dalam kuburanku. Keadaanku sekarang bersama serigala itu sungguh adalah keadaan yang buruk.” (Irsyadul Ibad, hal: 9)
2.         Syaikh Mu’inuddin Hasan As-Sijzi bercerita, bahwa dia suatu hari bersama Syaikh Ajil Sirri. Tibalah waktu sholat, Syaikh Ajil Sirri memperbaharui wudlu’nya, dan lupa menyela-nyelai jari-jemarinya. Tiba-tiba terdengar suara, “Hai Ajil, kamu mengaku cinta Muhammad dan mengaku sebagai umatnya tetapi kamu meninggalkan sunnahnya.” Syaikh Ajil pun bersumpah, “Aku tidak akan meninggalkan satu sunnah pun dari sunnah-sunnah Nabi Muhammad saw, sejak saat ini hingga saat kematian nanti.” Syaikh Mu’inuddin berkata, “Aku pernah melihat Syaikh Ajil seakan-akan dia tidur. Aku bertanya kepadanya tentang hal itu. Dia berkata, “Sejak kejadian itu, yaitu saat aku lupa menyela-nyelai jari-jemariku sampai saat ini aku ada dalam kebingungan. Bagaimana aku menghadap Nabi Muhammad dengan wajah ini..?” (Irsyadul Ibad, hal: 10)
3.         Diceritakan dari Fudlail bin Iyadl bahwa dia lupa dalam wudlunya untuk menyiram tangannya dua kali. Ketika dia telah sholat, dia tidur, dia bermimpi Nabi Muhammad saw, bersabda, “Wahai Fudloil, aneh dirimu… Sesungguhnya kamu meninggalkan sunnatku dalam wdulu’.” Maka Fudloil bangun karena kaget. Dia memperbaharui wudlu’nya dari awal, melakukan secara giat sholat sunnat lima ratus rokaat sebagai tebusan atas hal itu. Semoga Allah memberi manfaat sebabnya, dan para wali lainnya, serta menganugerahkan kita untuk mengikuti jalan mereka. (Irsyadul Ibad, hal: 10)
4.         Imam Al-Ghazali bercerita, bahwa beliau melihat seorang lelaki di dalam mimpinya. Dikatakan kepada lelaki itu, “Apa yang Allah lakukan padamu?” lelaki itu menjawab, “Doakan aku, sesungguhnya aku pernah satu hari tidak sempat melakukan mandi junub, maka Allah memakaikan padaku baju yang terbuat dari api, aku berguling-guling di dalamnya.” (Irsyadul Ibad, hal: 11)
5.         Imam Al-Yafi’iy bercerita, bahwa syaikh Izzuddin bin Abdissalam pernah ihtilam (mimpi keluar mani) pada suatu malam yang sangat dingin. Syaikh menuju air yang telah beku lalu memecahkannya dan mandi. Hampir saja beliau mati kedinginan. Kemudian Syaikh tidur dan ihtilam yang kedua kalinya. Beliau menuju air yang telah beku lalu memecahkannya dan mandi. Tiba-tiba beliau mendengar sebuah suara, “Sungguh aku akan memberimu kemuliaan dunia dan akhirat sebab hal itu.” Semoga Allah memuliakan kita bersamanya di dunia dan akhirat. (Irsyadul Ibad, hal: 11)
6.         Sebagian ulama’ salaf bercerita, bahwa dia menguburkan saudara perempuannya yang meninggal. Sebuah dompet terjatuh di kubur itu tanpa disadarinya. Dia pergi dari kuburan itu lalu ingat tentang dompetnya. Dia menggali kuburan itu ketika manusia telah pulang semuanya. Betapa kagetnya dia saat melihat kuburan penuh kobaran api. Dia tutup kembali kuburan itu dan pulang menemui ibunya dalam keadaan menangis sedih. Dia berkata, “Wahai ibuku tercinta… ceritakan kepadaku apa yang telah dilakukan oleh adikku?” ibunya bertanya, “Kenapa kamu bertanya hal itu?” Dia berkata, “Wahai ibu, aku melihat kuburannya penuh kobaran api yang membakarnya.” Ibunya menangis dan berkata, “Saudara perempuanmu itu meremehkan sholat dan melakukannya saat telah berakhir waktunya.” (Irsyadul Ibad, hal: 14)
7.         Diriwayatkan bahwa sebab Ya’qub diberi musibah tentang anaknya yaitu Yusuf as, adalah karena Ya’qub menoleh dalam sholanya pada anaknya yang sedang tidur, karena sayang padanya. (Irsyadul Ibad, hal: 17)
8.         Diceritakan dari Zainal Abidin yaitu Ali bin Husain, bahwa jika dia berwudlu’ jadi kuninglah warna kulitnya. Jika berdiri untuk sholat, dia gemetar. Dia ditanya, “Apa yang terjadi padamu?” dia menjawab, “Celaka kalian… Apakah kalian tidak tahu di hadapan siapa aku berdiri, dan pada siapa aku sedang memohon?” Dalam cerita lain disebutkan bahwa ketika rumahnya kebakaran dan dia sedang sujud dalam sholatnya. Orang-orang berkata, “Wahai cucu Rasulullah, ada api…” Tetap saja dia tenang dalam sujudnya. Dia ditanya tentang hal itu ketika dia telah bangun dari sujudnya. Dia menjawab, “Api yang lebih besar (teringat neraka) telah membuatku lupa tentang api itu.” (Irsyadul Ibad, hal: 18)
9.         An-Nasyiri bercerita dari Muhammad bin Sama’ah, bahwa dia berkata, “Aku sholat empat puluh tahun dan tidak pernah kehilangan kesempatan pada takbiratul ihramnya imam, kecuali hanya satu kali yaitu ketika ibuku meninggal. Hari itu aku kehilangan kesempatan satu kali mengikuti sholat jamaah. Aku berdiri melakukan sholat dua puluh lima kali. Aku melakukan itu agar mendapat tambahan pahala seperti sholat jamaah. Tiba-tiba aku ketiduran dan datang seseorang dalam tidurku, dan berkata, “Hai Muhammad, kamu telah melakukan sholat dua puluh lima kali. Tetapi, bagaimana dengan amin-nya para malaikat?” (Irsyadul Ibad, hal: 24) Keterangan: malaikat mengucapkan amin ketika imam selesai membaca surat Al-Fatihah, jika sholat sendirian tentu tidak akan ada keutamaan ini, meskipun telah melakukan sholat dua puluh lima rokaat.
10.       Ad-Daynuri bercerita dari Al-Awza’iy yang berkata, “Di desa kami ada seorang pemburu keluar di hari Jumat. Kegiatan sholat Jumat tidak menghalanginya untuk keluar berburu. Dia dan keledainya ditelan oleh bumi. Manusia keluar melihatnya. Sungguh keledainya telah masuk ke dalam bumi dan tidak tersisa kecuali hanya hidung dan ekornya. (Irsyadul Ibad, hal: 25)
11.       Ibnu Abi Syaybah bercerita dari Mujahid bahwa ada sebuah kaum yang keluar mengadakan perjalanan ketika sholat Jumat telah dilaksanakan. Perkemahan mereka terbakar oleh api yang tidak mereka lihat. (Irsyadul Ibad, hal: 26)
12.       Al-Awza’iy bercerita dari Maysarah bin Jalis bahwa dia melewati kuburan Babu Tauma’. Seseorang menuntunnya karena dia buta. Maysarah berkata, “Assalamualaikum, wahai penduduk kubur. Kalian telah mendahului kami, dan kami akan menyusul kalian. Semoga Allah memberi Rahmat kepada kami dan kalian, mengampuni kami dan kalian.” Lalu ruh dari seorang yang telah mati itu dikembalikan dan menjawabnya, “Beruntung kalian wahai penduduk dunia ketika kalian bisa melakukan haji empat kali dalam satu bulan.” Maysarah bertanya, “Haji kemana? Semoga Allah memberimu Rahmat..” Orang mati itu berkata, “Ke sholat Jumat. Apakah kalian tidak tahu bahwa sholat Jumat adalah haji mabrur yang diterima.?” (Irsyadul Ibad, hal: 26)
13.       Diceritakan bahwa Khallad bin Katsir saat naza’ (dicabut nyawa) menjelang kematiannya, ditemukan di atas kepalanya sebuah kertas tertulis padanya, “Ini adalah kertas kebebasan dari neraka untuk Khallad bin Katsir.” Orang-orang bertanya pada keluarganya, “Apa perbuatan yang telah dilakukannya.?” Keluarganya menjawab, “Dia membaca sholawat kepada Nabi Muhammad setiap hari Jumat seribu kali: Allahumma sholli ala Muhammadinin nabiyyil ummiy (semoga Allah memberi sholawat atas Muhammad Nabi yang ummi.” Kita memohon kepada Allah yang Maha Kuasa dengan kemuliaan Nabi Pemberi kabar baik agar dicatat untuk kita kebebasan dari neraka, dan kekekalan di negeri keabadian.”(Irsyadul Ibad, hal: 27)
14.       Diceritakan dari Wali Qutub, Abdul Qadir Jailani ra, bahwa dia bersin di sebuah halamannya dan melihat sebuah wadah terbuat dari emas yang tergantung di langit. Kemudian menimba untuknya di dalam awan. Dia mendengar suara di dalamnya. “Minumlah wahai Abdul Qadir, sungguh kami telah memperbolehkan kepadamu segala yang diharamkan. Dan kami telah memutus darimu kewajiban-kewajiban.” Syaikh Abdul Qadir berkata, “Jauhilah kami wahai Iblis terkutuk. Aku tidak lebih mulia di hadapan Allah dari NabiNya, yaitu Muhammad, sesungguhnya dia tidak melakukan sedikit pun dari hal itu.” (Irsyadul Ibad, hal: 28)
15.       Diceritakan dari sebagian syaikh, dia bermimpi melihat Sufyan Tsauri yang telah meninggal dan bertanya padanya, “Bagaimana kamu melihat kematian?” Sufyan Tsauri menjawab, “Kematian, jangan kamu tanya tentang kebesaran dan kedahsyatannya.” Syaikh itu berkata, “Amal ibadah apa yang kamu temukan dan bermanfaat?” Sufyan Tsauri menjawab, “Semua amal baik bermanfaat, tetapi aku selamat dari hisab sebab aku beristirja’ (mengatakan Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un) dan kesabaranku atas musibah kematian anakku. Maka Allah berfirman, “Apakah kamu lupa saat aku mengambil buah hatimu, lalu kamu beristirja’ dan memujiku. Pergilah, sungguh aku telah mengampuni kesalahanmu, melipat gandakan kebaikanmu dan meninggikan derajatmu.” Semoga Allah mengampuni kesalahan kita, melipat gandakan kebaikan kita dan mengangkat derajat kita. (Irsyadul Ibad, hal: 32)
16.       Diceritakan juga dari Ja’far bin Khattab, dia berkata, “Seorang pengemis berhenti di pintuku. Aku berkata kepada istriku, “Apakah kamu punya sesuatu?” Istriku menjawab, “Ya, ada empat telur.” Aku berkata, “berikan semua itu kepada pengemis itu.” Istriku melakukan perintahku. Ketika pengemis itu pergi, seorang saudaraku datang memberiku hadiah satu keranjang berisi telur. Aku bertanya pada istriku, “Berapa telur dalam keranjang itu?” dia menjawab, “Tiga puluh telur.” Aku berkata padanya, “Ya kah? Aku telah memberi pengemis itu empat telur, dan kamu didatangi tiga puluh telur, mana ada perhitungan seperti ini? (seharusnya empat puluh, karena satu dibalas sepuluh oleh Allah)” Istriku berkata, “Sebenarnya telur itu empat puluh, hanya saja yang sepuluh telah pecah.” Dikatakan dalam kisah ini bahwa tiga telur yang disedekahkan itu masih bagus dan satunya adalah telur yang pecah. Maka, satu dari masing-masing telur itu dibalas sepuluh kali lipat seperti sifat aslinya. (Irsyadul Ibad, hal: 37)
17.       Imam Al-Qusyairi bercerita dari sebagian ulama, yang berkata, “Aku pernah melihat seakan-akan Kiamat telah terjadi. Dikatakan, “Masukkan Malik bin Dinar dan Muhammad bin Wasi’ ke surga.” Aku melihat, siapakah di antara keduanya yang pertama kali masuk ke surga? Muhammad bin Wasi’ yang masuk pertama. Aku bertanya penyebabnya. Dikatakan padaku, “Sesungguhnya dia punya satu pakaian sedangkan Malik punya dua pakaian.” (Irsyadul Ibad, hal: 41)
18.       Diceritakan oleh sebagian ahli ilmu bahwa dia berkata, “Di desa kami ada lelaki bernama Muhammad. Dia tidak pernah sholat kecuali terputus-putus, namun ketika masuk bulan Ramadlan dia berhias diri dengan baju kebanggaan dan parfum, berpuasa, sholat dan mengganti sholat-sholat yang ditinggalkannya. Aku bertanya padanya tentang hal itu. Dia menjawab, “saat ini adalah bulan taubat, bulan rahmah dan bulan berkah. Semoga Allah mengampuniku dengan anugerahnya.” Maka dia meninggal dan aku melihatnya dalam mimpi. Aku bertanya padanya, “Apa yang Allah lakukan padamu?” dia menjawab, “Allah mengampuniku karena penghormatan pada bulan Ramadlan.” Semoga Allah mengampuni kita dan semua kaum msulimin. (Irsyadul Ibad, hal: 45)
19.       Al-Yafi’iy dan An-Nasyiri bercerita dalam penjelasannya tentang sebagian keanehan yang terjadi di hari Asyura (10 Muharram). Pada hari itu, binatang buas dan bangsa burung ikut berpuasa. (Irsyadul Ibad, hal: 49)
20.       Diceritakan dari Fath bin Syahraf bahwa dia berkata, “Aku memecah-mecah roti untuk semut setiap hari. Ketika tiba hari Asyura (10 Muharram) maka semut itu tidak mau memakannya. (Irsyadul Ibad, hal: 49)
21.       Diceritakan dari Muhammad bin Al-Munkadir bahwa dia melakukan haji tiga puluh tiga kali. Pada haji terakhir, saat dia wuquf di padang Arafah dia berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku telah wuquf di tempat ini tiga puluh tiga kali. Haji pertama untuk kewajibanku. Haji kedua untuk ayahku. Haji ketiga untuk ibuku. Aku menjadikanMu saksi wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah hadiahkan hajiku yang tiga puluh untuk orang yang berhaji dan wuquf di padang Arafah ini yang hajinya tidak diterima.” Ketika dia meninggalkan padang Arafah dan turun di Muzdalifah, dia dipanggil di dalam tidurnya, “Wahai ibnu Al-Munkadir, Apakah kamu mau berbuat baik kepada Tuhan yang Menciptakan kemuliaan? Apakah kamu mau bermurah hati kepada Tuhan yang Menciptakan kemurahan? Sesungguhnya Allah berfirman padamu, “Demi kemuliaan dan keagunganku, sungguh aku telah mengampuni orang yang wuquf di Arafah sebelum aku menciptakan Arafah dalam jarak dua ribu tahun.” Kita memohon kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Pemurah agar mengampuni kita dari dosa-dosa besar kita, membawa pengabdian-pengabdian kita, dan menerima taubat kita. (Irsyadul Ibad, hal: 51)
22.       Al-Yafi’iy bercerita dari Sahl bin Abdillah, dia berkata, “Berkumpulnya waliyyullah (kekasih Allah) dengan manusia adalah kehinaan, dan menyendirinya adalah kemuliaan. Sedikit sekali aku melihat waliyyullah kecuali pasti suka menyendiri. (Irsyadul Ibad, hal: 52)
23.       Diceritakan bahwa ada sebagian orang thawaf melihat pada seorang amrad (lelaki tampan) atau wanita, maka jatuhlah biji matanya ke pipinya. Ada juga sebagian mereka meletakkan kedua tangannya kepada seseorang lalu menempel. Manusia tidak mampu memisahkannya sehingga ada sebagian ulama’ memberitahu mereka agar keduanya kembali ke tempat tadi yang digunakan untuk bermaksiat lalu berjanji kepada Allah dan bertaubat dengan benar. Keduanya melakukan itu. Allah pun membukanya. (Irsyadul Ibad, hal: 53)
24.       Yusuf Al-Maliky bercerita bahwa Imam Abu Bakar bin Faurak tidak pernah tidur di sebuah rumah yang di dalamnya ada mushaf Al-Qur’an. Jika dia ingin tidur maka dia pindah dari tempat itu sebagai rasa takdzim pada kitab Allah Azza wa Jalla. (Irsyadul Ibad, hal: 54)
25.       Al-Yafi’iy berkata, “Aku mendengar sebagian orang sholih di sebuah negeri Yaman ketika dimakamkan dan manusia telah pulang, terdengar dari kuburnya pukulan dan hantaman yang bengis, kemudian keluar dari kuburnya seekor anjing hitam. Syaikh bertanya kepada anjing hitam itu, “Celaka kamu, siapa kamu?” Anjing itu menjawab, “Aku adalah amal perbuatan orang mati itu.” Syaikh bertanya, “Pukulan tadi, padamu atau padanya?” Anjing itu menjawab, “Pukulan itu padaku. Aku menemukan di sampingnya ada surat Yasin dan saudara-saudaranya (seperti Ar-Rahman, Waqiah, Al-Mulk, dan lain-lain, red). Surat-surat itu memisahkanku darinya lalu memukulku dan mengusirku.” Kita memohon kepada Allah Yang Maha Pemberi, agar menjauhkan kita dari siksa kubur dan neraka, serta memberi kita bidadari, surga dengan berkah Al-Qur’an, amin. (Irsyadul Ibad, hal: 56)
26.       Diriwayatkan bahwa seorang yang melampaui batas dari bangsa Israel ketika mati dilempar ke jurang. Allah mewahyukan kepada Musa “Mandikan dia dan sholatlah untuknya. Sesungguhnya aku mengampuninya.” Musa bertanya, “Ya Tuhanku, sebab apa hal itu?” Allah berfirman, “Sesungguhnya dia membuka kitab Taurat pada suatu hari. Dia temukan di dalamnya nama Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Dia membaca sholawat padanya dan diampuni sebab itu.” (Irsyadul Ibad, hal: 61)
27.       Sebagian ulama bercerita, “Aku melihat di Shofa seorang lelaki mengendarai keledai. Di hadapannya ada dua pemuda yang bertindak bengis pada manusia. Kemudian, aku melihatnya di Bagdad dalam keadaan hina, keletihan, rambutnya panjang. Aku bertanya padanya, “Apa yang Allah lakukan padamu?” Dia berkata, “Aku meninggikan diri di tempat orang-orang yang merendahkan diri di dalamnya. Maka Allah merendahkanku di tempat orang-orang yang meninggikan dirinya.” Semoga Allah memberi kita sifat rendah hati dan meninggikan kita sebabnya pada tempat yang tinggi. (Irsyadul Ibad, hal: 37)
28.       Al-Ghazali bercerita di dalam kitab Ihya’ bahwa ada seorang yang punya sapi yang dia perah kemudian mencampur susunya dengan air, lalu menjualnya. Pada suatu hari ada banjir yang meneggelamkan sapinya. Sebagian anaknya berkata padanya, “Sesungguhnya air-air yang terpisah-pisah yang telah kita tuangkan ke susu telah berkumpul menjadi satu dan menenggelamkan sapi itu.” (Irsyadul Ibad, hal: 75)
29.       Syaqiq Al-Balkhi bercerita bahwa Abu Hanifah punya teman dalam berdagang yang dipanggil Bisyr. Suatu hari Bisyr keluar untuk berdagang ke Mesir. Abu Hanifah memberinya tujuh puluh baju sutera, kemudian menulis bahwa, “di dalam baju-baju itu ada satu baju sutera yang punya aib (rusak sedikit) dengan ciri-ciri begini dan begitu. Jika kamu menjualnya, maka jelaskan kepada pembeli tentang aib itu.” Bisyr menjual semua baju itu dan pulang ke Kufah. Abu Hanifah bertanya, “Apakah kamu menjelaskan tentang aib yang ada di baju sutera itu?” Bisyr berkata, “Aku lupa tentang hal itu.” Abu Hanifah menyedekahkan semua uang dagangannya, modal dan labanya semuanya yang berjumlah seribu dirham. “Sungguh telah masuk ke dalam harta itu suatu syubhat maka aku tidak membutuhkannya.” (Irsyadul Ibad, hal: 75)
30.       Diceritakan juga bahwa ada seorang wanita Israel mempunyai rumah di samping istana raja. Rumah itu mengganggu pemandangan istana. Setiap kali raja mencoba membeli rumah itu, wanita itu menolak untuk menjualnya. Suatu hari, wanita itu keluar dalam sebuah perjalanan. Raja menyuruh agar rumah itu dihancurkan. Pada saat wanita itu pulang dari perjalanannya, dia bertanya, “Siapa yang menghancurkan rumahku?” Dikatakan kepadanya, “Raja telah menghancurkannya.” Wanita itu mengangkat pandangannya ke langit dan berkata, “Tuhanku, pemimpinku, tuanku… Aku telah menjauh dan Kamu selalu hadir. Kamu Pembela bagi orang lemah dan Penolong bagi orang yang dianiaya.” Kemudian dia duduk. Raja keluar bersama rombongannya, dan saat melihat wanita itu, raja berkata, “Apa yang kamu tunggu disini?” Wanita itu menjawab, “Aku menunggu runtuhnya istanamu.” Raja mengejek ucapan itu dan menertawainya. Pada saat malam tiba, raja dan istananya ditelan bumi. Di bekas runtuhan istana itu ada tulisan: “Apakah kamu meremehkan doa dan meremehkannya? Apakah kamu tidak tahu apa yang dilakukan oleh sebuah doa? Sungguh Allah telah berkehendak pada sesuatu yang kamu lihat. Tidak ada kerajaan yang kekal di sisimu.” (Irsyadul Ibad, hal: 81)
31.       “Diceritakan ada seorang lelaki yang tenggelam dalam kerusakan moral telah mati di tepian kota Basrah. Istrinya tidak menemukan orang yang mau membantu membawa jenazahnya karena sangat banyak perbuatan buruknya. Manusia menjauh darinya. Kemudian istrinya menyewa beberapa tukang pikul untuk membawanya ke sebuah tempat sholat. Tidak seorang pun yang mau sholat untuknya. Mereka membawanya ke padang pasir untuk menguburnya. Di dekat padang pasir itu ada sebuah gunung yang dihuni oleh seorang lelaki yang termasuk tokoh orang-orang zuhud. Lelaki zuhud itu turun ingin sholat untuknya. Tersebarlah berita itu ke seluruh negeri, mereka berkata, “Lelaki zuhud turun untuk si ahli maksiat.” Manusia keluar untuk ikut melakukan sholat bersama lelaki zuhud itu. Mereka heran terhadap kemauanya menyolati si ahli maksiat. Lelaki zuhud itu berkata pada mereka, “Sesungguhnya dikatakan kepadaku dalam mimpiku, “Turunlah kamu pada sebuah tempat, kamu akan melihat sebuah jenazah lelaki yang tidak mempunyai siapa-siapa kecuali hanya istrinya. Sholatlah kamu untuknya, sesungguhnya dia telah diampuni dosanya.” Maka bertambah heran orang-orang atas hal itu. Lelaki zuhud itu bertanya kepada istri orang itu tentang perbuatan dan rahasianya. Wanita itu berkata, “Dia itu sepanjang hari ada di tempat pelacuran, sibuk dengan khomernya.” Lelaki zuhud bertanya lagi, “Pikirkan lagi apakah dia punya amal baik?” Wanita itu menjawab, “Tidak, demi Allah, sesungguhnya dia itu sadar dari mabuknya ketika akan sholat Shubuh, lalu mengganti bajunya, berwudlu dan sholat Shubuh. Setelah itu dia kembali ke tempat pelacuran dan asyik dengan khomer dan permainannya. Namun, rumahnya tidak pernah sepi dari satu anak yatim, kadang dua anak yatim yang diperlakukan penuh kasih sayang melebihi anaknya sendiri. Ketika dia sadar di pertengahan mabuknya, dia menangis dan berkata, “Ya Allah, di pojok manakah dari pojok-pojoknya neraka Jahannam, Kamu akan masukkan aku sebab keburukan moral ini?” (Irsyadul Ibad, hal: 83)
32.       Al-Baghawi bercerita dalam kitab Ma’alimnya bahwa dalam bangsa Israel ada seorang lelaki sholih yang punya anak kecil dan punya seekor anak sapi yang dibawa ke hutan dan berkata, “Ya Allah aku titipkan padaMu anak sapi ini untuk anakku sehingga dia besar.” Kemudian lelaki itu meninggal dan sapi itu pun ada di dalam hutan dalam keadaan aman. Anak sapi itu selalu lari setiap kali ada orang melihatnya. Anak itu tumbuh menjadi anak yang patuh pada orang tuanya, dan membagi malam harinya menjadi tiga bagian; sepertiga malam untuk sholat, sepertiga malamnya lagi untuk tidur dan sepertiga malamnya lagi untuk duduk di samping kepala ibunya. Jika telah masuk waktu pagi, anak itu berangkat mencari kayu bakar, memikul kayu-kayunya ke pasar dan menjualnya sesuai harga yang dikehendaki oleh Allah. Dia jadikan uangnya sepertiga untuk sedekah, sepertiga lagi untuk makan, dan sepertiga lagi untuk diberikan kepada ibunya. Pada suatu hari ibunya berkata, “Sesungguhnya bapakmu mewariskan padamu seekor anak sapi yang dia titipkan di dalam hutan itu, maka berangkatlah kamu, dan berdoalah pada Tuhannya Ibrahim, Ismail, Ishak dan Yaqub agar mengembalikannya padamu. Adapun ciri-cirinya adalah ketika kamu melihatnya maka kamu akan melihat seakan-akan sinar matahari muncul dari kulitnya. Anak sapi itu dikenal dengan sebutan Al-Mudzahhabah (yang lumuri emas) karena sangat bagusnya dan sangat kuning warnanya.” Anak itu pergi ke hutan dan melihat sapi itu sedang merumput. Berteriaklah anak itu dan berkata, “Aku menginginkanmu atas nama Tuhan Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Yaqub.” Sapi itu mendatanginya secara cepat dan berdiri di hadapannya. Dia memegang lehernya dan menuntunnya. Sapi itu berkata, “Wahai pemuda yang berbakti kepada ibu dan bapaknya. Tunggangilah aku, sesungguhnya hal itu akan lebih mudah bagimu.” Pemuda itu berkata, “Sesungguhnya ibuku tidak menyuruhku melakukan hal itu, tetapi dia berkata, “Peganglah lehernya.” Sapi itupun berkata, “Demi Tuhannya bangsa Israel, seandainya kamu menunggangiku maka kamu tidak akan pernah mampu memilikiku selamanya, berjalanlah, maka sesungguhnya jika kamu menyuruh gunung untuk keluar dari tempatnya niscaya ia akan berjalan bersamamu karena perbuatanmu yang sangat baik kepada ibumu.” Pemuda itu berjalan membawanya kepada ibunya. Ibunya berkata, “Sesungguhnya kamu miskin, tidak ada harta pada dirimu. Dan adalah pekerjaan yang berat bagimu jika siang hari kamu mencari kayu dan malam hari kamu beribadah, maka pergilah, jual sapi ini.” Pemuda itu bertanya, “Berapa saya menjualnya?” Ibunya menjawab, “Tiga dinar, dan janganlah kamu menjualnya tanpa bermusyawarah denganku. Harga sapi itu adalah tiga dinar.” Pemuda itu berangkat ke pasar. Allah mengutus seorang malaikat untuk melihat akhlaqnya, kemampuannya dan untuk menguji pemuda itu tentang kebaktiannya pada orang tuanya, dan Allah Maha Mengetahui atas hal itu. Malaikat berkata pada pemuda itu, “Berapa harga sapi yang kamu jual ini?” Pemuda itu  menjawab, “Tiga dinar dan harus berdasarkan musyawarah dengan ibuku.” Malaikat berkata, “Ambillah enam dinar dan tidak perlu bermusyawarah dengan ibumu.” Pemuda itu menjawab, “Seandainya kamu memberiku emas seberat sapi ini aku tidak akan mengambilnya kecuali atas ijin ibuku.” Kemudian dia pergi ke ibunya dan memberitahu harganya. Ibunya berkata, “Kembalilah kamu kepadanya dan juallah enam dinar atas kerelaanku.” Maka berjalanlah pemuda itu ke pasar. Malaikat datang kembali dan berkata, “Apa kamu telah bermusyawarah pada ibumu?” Pemuda itu menjawab, “Sesungguhnya ibuku menyuruhku tidak mengurangi harganya dari enam dinar atas perintahnya.” Malaikat berkata, “Sesungguhnya aku akan memberimu dua belas dinar tanpa kamu harus bermusyawarah pada ibumu.” Pemuda itu kembali menolak dan kembali ke ibunya dan memberitahukan hal itu. Ibunya berkata, “Sesungguhnya yang mendatangimu itu adalah malaikat yang menyamar sebagai manusia untuk mengujimu. Jika dia datang lagi, katakan padanya, “Apakah kamu menyuruhku menjual sapi ini atau tidak?” Maka pemuda itu melakukan saran ibunya. Malaikat berkata, “Pergilah kepada ibumu dan katakan padanya, “Tahanlah sapi ini. Sesungguhnya Musa bin Imran akan membelinya darimu sebab adanya orang yang terbunuh dari bangsa Israel. Janganlah kamu jual kecuali dengan harga dinar emas sepenuh kulitnya.” Pemuda itu melakukannya dan Allah mentakdirkan kepada bangsa Israel untuk menyembelih sapi itu. Bangsa Israel tidak henti-hentinya bertanya sifat-sifatnya sehingga diberikan keterangan tentang sifat-sifat sapi itu sebagai balasan atas kebaikannya pada orang tuanya, sebagai keutamaan dariNya dan kasih sayang. (Irsyadul Ibad, hal: 92)
33.       Al-Yafi’iy bercerita bahwa Allah swt, mewahyukan pada Sulaiman bin Daud as, “Keluarlah kamu ke tepi laut. Kamu akan melihat keajaiban.” Sulaiman bin Daud as, keluar ditemani sekumpulan jin dan manusia. Ketika dia sampai di tepi laut, dia menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak ada sesuatu yang dilihatnya. Dia berkata kepada Jin Ifrit, “Menyelamlah ke dasar laut ini. Bawalah berita tentang sesuatu yang tidak aku ketahui yang kamu dapat dari sana.” Jin itu menyelam dan kembali beberapa detik lalu berkata, “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya ku pergi ke dasar laut sepanjang perjalanan sekian dan sekian, namun aku tidak sampai ke dasar laut paling bawahnya. Aku tidak melihat sesuatu.” Nabi Sulaiman berkata kepada Jin Ifrit yang lain, “Menyelamlah ke dalam laut ini, dan bawalah kepadaku sesuatu yang kamu temukan di dalamnya.” Jin itu menyelam dan kembali dalam beberapa detik, dan berkata seperti apa yang dikatakan oleh jin Ifrit pertama. Hanya saja dia menyelam dua kali lebih dalam dari yang tadi. Nabi Sulaiman berkata kepada Ashif bin Barikhya, dia adalah seorang menterinya yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an, (artinya) “Berkata seseorang yang punya ilmu dari Al-Kitab.” (Surat An-Naml, 40) Nabi Sulaiman berkata kepada Ashif, “Bawalah kepadaku berita tentang sesuatu yang ada di dalam laut ini.” Ashif menceritakan bahwa ada sebuah kubah yang terbuat dari kafur putih yang memiliki empat  pintu; pintu satu  terbuat dari permata, pintu kedua terbuat dari yaqut, pintu ketiga terbuat dari intan, pintu keempat terbuat dari Zabarjad hijau. Semua pintu itu terbuka tetapi anehnya tidak ada setetes air yang masuk ke dalamnya. Kubah itu ada di dalam laut sedalam tiga kali perjalanan jin Ifrit pertama tadi. Kemudian Ashif meletakkan kubah itu di hadapan Nabi Sulaiman as, sedangkan di tengah kubah itu ada seorang pemuda paling tampannya pemuda, berpakaian bersih, sedang berdiri melakukan sholat. Nabi Sulaiman as, masuk ke kubah itu dan mengucapkan salam padanya, dan berkata, “Apa yang menyebabkanmu diturunkan ke dasar laut ini?” pemuda itu menjawab, “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya ayahku adalah orang lumpuh, dan ibuku adalah orang buta. Aku mengabdi kepada mereka selama tujuh puluh tahun. Ketika kematian mendatangi ibuku, ibuku berkata, “Ya Allah panjangkan kehidupan anakku dalam ketaatan padamu.” Ketika kematian menemui ayahku, dia berkata, “Ya Allah jadikanlah anakku mengabdi padamu di sebuah tempat yang tidak ada jalan bagi setan untuk memasukinya.” Kemudian aku pergi ke tepi laut ini setelah mengubur keduanya, dan melihat kubah ini. Aku masuk ke dalamnya untuk melihat keindahannya. Tiba-tiba seorang malaikat membawa kubah ini padahal aku masih ada di dalamnya. Dia menurunkanku ke dasar laut ini. Sulaiman berkata, “Pada masa siapa kamu datang ke tepi laut ini?” Pemuda itu berkata, “Sejak zaman Nabi Ibrahim as.” Nabi Sulaiman melihat sejarah, dan menemukan jarak itu sejauh 1.400 tahun (seribu empat ratus tahun), padahal pemuda itu tetap muda, tidak ada uban di kepalanya. Nabi Sulaiman as, kembali bertanya, “Apa yang kamu makan dan kamu minum selama ada di dalam laut ini?” pemuda itu berkata, “Wahai Nabi Allah, setiap hari seekor burung hijau datang kepadaku, di paruhnya ada benda kuning sebesar kepala manusia, maka aku memakannya. Aku merasakan rasa dari berbagai macam kenikmatan di dunia. Maka hilanglah lapar dan haus dariku, hilang juga rasa panas, dingin, tidur, kantuk, lemas, dan rasa kesepian.” Nabi Sulaiman as, berkata, “Apakah kamu senang untuk tinggal bersama kami atau kamu ingin kembali ke tempatmu.” Pemuda itu menjawab, “Kembalikan aku ke tempatku wahai Nabi Allah.” Nabi Sulaiman pun berkata, “Kembalikan dia wahai Ashif.” Maka Ashif mengembalikannya dan Nabi Sulaiman menoleh sambil berkata, “Lihatlah bagaimana Allah menerima doa kedua orang tua, maka hati-hatilah kalian dari berbuat buruk kepada kedua orang tua.”  (Irsyadul Ibad, hal: 93)
34.       Ahmad dari Utsman bin Ash berkata, “aku mendengar Rasulullah saw, bersabda, “Nabi Allah Daud punya sebuah waktu yang dia gunakan untuk membangunkan keluarganya sambil berkata, “Wahai keluarga Daud, bangunlah kalian dan sholatlah. Sesungguhnya waktu saat ini adalah waktu Allah mengabulkan doa kecuali doanya penyihir.” (Irsyadul Ibad, hal: 103)
35.       Al-Yafi’iy pernah bercerita, bahwa ada seorang pemuda di kalangan bangsa Israel. Tidak ada pemuda yang lebih tampan darinya di zamannya. Pemuda itu penjual keranjang. Suatu hari, saat dia berkeliling menjual keranjang, seorang wanita keluar dari sebuah rumah milik raja dari raja-raja Israel. Ketika wanita itu melihatnya, wanita itu pulang tergesa-gesa dan berkata kepada anak perempuan raja, “Sesungguhnya aku melihat seorang pemuda di pintu sedang menjual keranjang. Aku belum pernah melihat pemuda setampan dia.” Putri raja itu berkata, “Masukkan dia kesini…” wanita itu keluar padanya dan berkata, “Wahai pemuda, masuklah bersamaku. Kami akan membeli barang daganganmu.” Maka masuklah pemuda itu. Wanita itu mengunci pintunya. Kemudian lelaki itu masuk lagi ke pintu yang lain. Wanita itu menguncinya, begitu juga hingga dikunci untuknya tiga pintu. Putri raja itu menghadap lelaki itu dengan wajah dan dada bagian atas terbuka. Pemuda itu berkata, “Silahkan beli keperluanmu.” Putri raja berkata, “Kami tidak mengajakmu untuk hal itu. Kami mengajakmu untuk hal ini, yaitu bermesraan.” Pemuda itu berkata, “Takutlah kalian pada Allah..!!” Putri raja itu berkata, “Jika kamu tidak menuruti kemauanku, aku akan melaporkanmu pada raja, bahwa kamu telah masuk ke rumah ini untuk memperkosaku..” Pemuda itu memberinya nasehat, tetapi putri raja menolak. Pemuda itu berkata, “Bawakan aku sebuah tempat wudlu.” Putri itu berkata, “Pelayan, bawakan padanya tempat wudlu’ di atas gedung istana, di sebuah tempat yang mana dia tidak akan bisa lari darinya. Al-Yafi’iy melanjutkan ceritanya, “Dari atas gedung itu ke tanah berjarak empat puluh hasta. Ketika ada di paling atasnya gedung, pemuda itu berdoa, “Ya Allah, seseungguhnya aku telah diajak untuk bermaksiat padamu. Aku memilih untuk melemparkan diriku dari gedung ini karena aku tidak mau bermaksiat padamu.” Kemudian pemuda itu membaca, “Bismillaah…!!” sambil melompat dari atas gedung. Allah menurunkan seorang malaikat dari malaikat-malaikatnya lalu memegang dua ketiaknya, meletakkannya dalam keadaan berdiri di atas kedua kakinya. Ketika sudah tiba di tanah, pemuda itu berkata, “Ya Allah, seandainya saja kamu memberiku rizki yang bisa menolongku agar aku tidak berjualan keranjang ini..” Allah mengutus beberapa belalang emas kepadanya sehingga keranjangnya penuh. Ketika seekor belalang hinggap di bajunya, pemuda itu berkata, “Ya Allah jika rizki ini adalah rizkiku di dunia maka berikanlah keberkahan.” Maka dikatakan padanya, “sesungguhnya sesuatu yang aku berikan padamu ini adalah sebagian dari dua puluh lima pahala dari kesabaranmu saat melompat dari gedung ini.” Pemuda itu berkata, “Ya Allah, aku tidak punya keperluan atas sesuatu yang akan mengurangi sesuatu yang aku miliki disisiMu, di akhirat nanti.” Maka Allah menghilangkan semua itu darinya. Dikatakan kepada setan, “Apakah kamu bisa menggodanya?” maksudnya, “apakah kamu bisa menggodanya untuk berbuat dosa?”, setan berkata, “Bagaimana aku bisa menggoda seseorang yang merendahkan dirinya di hadapan Allah?” Semoga Allah meridloinya, memberi kita manfaat darinya. (Irsyadul Ibad, hal: 106)
36.       Al-Ashmu’iy berkata, “Aku keluar untuk haji ke Baytullah Al-Haram dari arah Syam. Ketika kami berjalan, keluar pada kami seekor singa bertubuh besar, pandangannya tajam, menghadang jalan rombongan. Aku berkata pada seorang laki-laki di sampingku, “Apakah dalam rombongan ini tidak ada seorang lelaki yang bisa mengambil pedang dan mengusir singa itu?” Lelaki itu berkata, “jika laki-laki maka aku tidak tahu. Tetapi aku kenal seorang wanita yang bisa mengusirnya tanpa pedang.” Aku bertanya, “Mana dia?” lelaki itu berdiri dan aku berdiri menemaninya menuju sebuah tandu yang dekat dari kami. Lelaki itu memanggil, “Wahai putriku, turunlah, usirlah untuk kami singa itu..!” putri itu berkata, “Wahai ayah, apakah hatimu senang jika singa itu melihatku padahal singa itu jantan dan aku wanita? Tetapi wahai ayahku, katakan kepada singa itu, “anakku Fatimah mengucapkan salam padamu dan bersumpah atasmu demi Allah yang tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur, jika kamu tidak pergi dari jalannya rombongan kamu ini.”  (Irsyadul Ibad, hal: 108)
37.       Diceritakan dari Fudloil bin Iyadl ra, bahwa dia datang pada saat seorang muridnya akan meninggal dunia. Dia membacakan padanya Syahadat, tetapi mulutnya tidak mengucapkannya. Hal itu dicoba berulang-ulang. Murid itu berkata, “Aku tidak akan mengucapkannya dan aku berlepas diri darinya.” Kemudian murid itu meninggal. Maka keluarlah Fudloil bin Iyadl dari samping muridnya dalam keadaan menangis. Beberapa jam setelah itu, Fudloil melihat dalam mimpinya, bahwa murid itu dibawa ke neraka. Fudloil berkata padanya, “Wahai orang miskin, kenapa dicabut kema’rifatan itu darimu?” murid itu berkata, “Wahai guru, aku pernah punya penyakit, dan aku mendatangi seorang dokter. Dokter itu berkata padaku, “Minumlah setiap tahun satu gelas khomer. Jika kamu tidak melakukannya, maka penyakitmu tidak akan pernah hilang darimu.” Maka aku melakukan saran itu, aku meminumnya satu tahun satu kali untuk pengobatan.” Hal ini adalah keadaan bagi orang yang meminumnya untuk pengobatan, maka bagaimana keadaan orang yang meminumnya dengan tujuan lain? Kita memohon kepada Allah kesehatan dari setiap musibah dan ujian. (Irsyadul Ibad, hal: 112)
38.       Diceritakan bahwa sebagian orang bertaubat ditanya tentang penyebab taubatnya. Dia berkata, “Suatu hari aku menggali kubur, aku melihat di dalamnya beberapa orang mati berpaling dari arah kiblat. Aku bertanya hal itu kepada keluarga-keluarga mereka tentang mereka. Keluarga-keluarga itu menjawab, “mereka yang telah mati itu meminum khomer ketika masih hidup di dunia ini dan belum sempat bertaubat.” (Irsyadul Ibad, hal: 108)
39.       Diceritakan dari Nabasy bahwa dia berkata, “Aku menggali sebuah kubur, aku melihat penghuninya berubah menjadi babi, dan benar-benar diikat dengan rantai dan belenggu di lehernya. Aku pun takut melihat kejadian itu. Aku ingin keluar dari kubur itu, tapi tiba-tiba ada seseorang yang berkata, “Apakah kamu tidak mau bertanya tentang amal perbuatannya dan mengapa dia disiksa?” aku bertanya, “Kenapa?” Suara itu menjawab, “Dia minum khomer saat masih hidup di dunia dan mati sebelum bertaubat.” (Irsyadul Ibad, hal: 112)
40.       Diceritakan dari orang-orang sholih, bahwa dia berkata, “Ananku meninggal. Ketika aku menguburkannya, aku bermimpi melihatnya beberapa saat setelah itu. Rambutnya beruban. Aku bertanya padanya, “Wahai anakku, aku menguburkanmu saat masih muda, dan mengapa kamu beruban?” Dia berkata, “Wahai ayahku, ketika kamu menguburkanku, di sampingku ada orang yang dikuburkan. Dia suka minum khomer ketika di dunia. Api menyala saat kehadirannya ke kuburan. Maka tidak ada yang tersisa dari kami seorang pemuda kecuali beruban rambutnya sebab dahsyatnya nyala api itu.” Kita memohon kepada Allah perlindungan dari hal itu. (Irsyadul Ibad, hal: 112)
41.       Diceritakan dari Imam Syafi’iy ra, bahwa dia berkata, “Aku tidak pernah bersumpah demi Allah sepanjang usiaku, tidak bersumpah dalam kedustaan dan kejujuran.” (Peringatan) sesungguhnya sumpah yang dusta hukumnya adalah haram, dan itu adalah dosa besar menurut kesepakatan ulama’. (Irsyadul Ibad, hal: 113)
42.       Auf bin Abdillah berkata, “Telah sampai kepadaku bahwa, tidaklah airmata manusia mengenai sebuah tempat dari badannya kecuali Allah haramkan tempat itu dari api neraka. Muhammad bin Al-Munkadir ketika menangis, dia mengusapkan airmatanya ke wajah dan jenggotnya dan berkata, “Telah sampai kepadaku keterangan bahwa api neraka tidak akan membakar tempat yang terkena airmata (airmata taubat, red).” (Irsyadul Ibad, hal: 115)
43.       Hasan berkata, “Sesungguhnya Adam as, menangis ketika diusir dari surga selama tiga ratus tahun sehingga mengalir sungai Sarandib sebab airmatanya.” (Irsyadul Ibad, hal: 115)
44.       Mujahid berkata, “Daud as, menangis selama empat puluh hari dalam keadaan sujud, tidak mengangkat kepalanya sampai rumput tumbuh dan menutupi kepalanya. (Irsyadul Ibad, hal: 115)
45.       Dalam kitab Shahih Al-Bukhori, dari Aisyah ra, bahwa Abu Bakar ra, adalah seorang lelaki yang mudah menangis, tidak bisa menguasai kedua matanya saat membaca Al-Qur’an.” (Irsyadul Ibad, hal: 116)

Bondowoso, 10 Muharram 1434 H
Saif Ibnu Rusly